Sunday 30 June 2019

Mampir di Dataran Merdeka Malaysia


Kalau di Jombang tempat asal saya ada alun-alun yang sering digunakan untuk upacara memperingati hari kemerdekaan dan hari-hari besar nasional. Kalau di Kuala Lumpur Malaysia ada Dataran Merdeka yang konon sering digunakan untuk acara memperingati hari kemerdekaan Malaysia.


Lapangan ini merupakan saksi sejarah saat bendera Union Jack milik Inggris diturunkan dan bendera Malaysia pertama kali dikibarkan pada 31 Agustus 1957. Sejak saat itu, setiap hari kemerdekaan Malaysia disini digelar Parade Hari Kemerdekaan. Sebelum merdeka, lapangan ini bernama Selangor Club Padang milik Selangor Club. Lapangannya kemudian dipindahkan ke seberang Dataran Merdeka.

Hal yang paling menarik bagi saya dari kawasan Dataran Merdeka ini ada di seberangnya. Bangunan kuno peninggalan kolonial Inggris berjejer di seberang Dataran Merdeka. Yang paling mencolok dan terlihat sangat menawan adalah Bangunan Sultan Abdul Samad. Bangunan ini bergaya unik dengan menara jam yang dipuncaki kubah. Ada juga beberapa kubah khas masjid yang terpasang di bagian depan gedung.



Berkunjung ke Dataran Merdeka di Kuala Lumpur menjadi kegiatan yang mengasyikkan dan nyaman selama traveling ke Kuala Lumpur.


Perjalanan Tobelo ke Ternate


Berakhir sudah perjalanan dinas saya di Tobelo, saatnya berpindah ke lokasi lain yang tentunya tidak kalah menariknya. Saya percaya di setiap perjalanan selalu ada cerita yang bisa dibagikan. Namun sebelum itu saya akan transit terlebih dulu di kota indah yang terletak di kaki gunung gamalama. Kota tersebut bernama Ternate.

Perjalanan saya mulai pukul 07.00 WIT dari hotel Juliana di Tobelo tempat saya menginap menuju ke Pelabuhan Sofifi . Dengan menggunakan mobil sewaan kami tempuh dalam waktu 3,5 jam dengan jarak 186 KM. Sepanjang perjalanan hanya tampak kebun kelapa, pantai dan sesekali rumah penduduk. Jalan yang kami lewati berkelok dan naik turun, ya paling tidak bisa membuat keringat dingin bisa keluar jika tidak terbiasa.


Ditengah perjalanan sopir mobil menghentikan mobilnya di rest area untuk buang air kecil. Tanpa sadar saya pun merasa mual saat keluar dari mobil. Agar saya tidak muntah akhirnya saya beli keripik pisang di kedai rest area tersebut. Setelah saya makan alhamdulillah rasa mual saya bisa reda dan perjalanan pun saya lanjutkan.

Setelah 1 jam berjalan akhirnya saya tiba di pelabuhan sofifi. Kami membeli tiket kapal dari pelabuhan sofifi menuju ke pelabuhan mangga dua di Ternate. Harga tiketnya 50.000. Dan saya pun mendapat antrian kapal kedua karena kapal pertama sudah penuh.

Perjalanan menuju ternate kami tempuh dalam waktu 40 menit. Ombak yang lumayan mengguncang membuat semua penumpang kapal sedikit tegang. Beruntung saya memilih bangku paling belakang, jadi goncangan agak bisa direda.

Terlihat sesekali penjaga mesin kapal menarik mesin keatas, saya kurang paham kenapa hal itu dilakukan. Atau hanya untuk mengecek putaran baling-baling ya ? Kapal melaju ke arah barat menuju titik pemberhentian kapal di pelabuhan mangga dua. Terlihat gunung gamalama yang gagah di depan. Pertanda perjalanan kami sudah dekat. Seiring kapal mesin dimatikan alhamdulillah saya sudah tiba di Ternate dengan selamat.

#WelcometoTernate







Friday 28 June 2019

Keindahan Tobelo


Ada pepatah bilang "tak kenal maka tak sayang", mungkin kata itu yang paling pas saya gunakan untuk memulai tulisan saya malam ini. Sambil duduk di lobby hotel saya ingin sedikit berbagi pengalaman tentang salah satu keindahan sisi utara Indonesia. Titik yang ingin saya kenalkan adalah kota Tobelo.

Tobelo merupakan salah satu kota yang cukup ramai di pulau Halmahera, dengan ditunjang satu-satunya bandara dengan tujuan Manado dan Ternate. Selain itu Tobelo juga memiliki pelabuhan yang cukup ramai yang terhubung langsung dengan lautan pasific.

Sebagai kota yang cukup ramai di utara, kota Tobelo memiliki banyak penginapan yang cukup baik. Sehingga tak perlu menghawatirkan untuk mencari penginapan dikota kecil ini. Karena Tobelo yang ramai dikunjungi pedagang, jadi tak usah kesulitan untuk urusan makan.

Kami yang terbiasa makan apa saja, cukup dimanjakan dengan rasa makanan yang cukup nikmat, padahal makan diwarung biasa. Masakan khas lokal yang didominasi ikan adalah favorit kami. Ikan segar dimasak dengan beragam cara bakar, goreng, gulai semua enak.

Selain masakan khas, di Tobelo juga mudah ditemukan warung makan Jawa yang menjual nasi goreng, gado-gado, soto ayam, sate kambing dan ayam bahkan pecel ayam, tersedia di beberapa warung ditengah kota. Bagi kami, tak ada masalah makan yang kami temukan, semua enak.

Walaupun kunjungan kami tidak lama namun syukur alhamdulillah bisa menikmatinya dengan maksimal. Pertama-tama kami mengunjungi beberapa pantai indah yang bertebaran di tobelo. Selain itu kami juga sempat mengujungi beberapa tempat cantik lain di sekitarTobelo, yang paling dekat adalah Bukit Pancasila. Dengan menggunakan motor matik yang sudah berumur kami berangkat untuk menikmati keindahan kota Tobelo dari atas bukit yang sekaligus memberi pemandangan hingga ke pulau-pulau di depannya. Perjalanan yang menanjak menuju bukit Pancasila sempat membuat motor kami nggak kuat, beruntung insiden motor nggak kuat baru terjadi persis ketika kami tiba di gerbang bukit Pancasila.


Bukit Pancasila atau villa bupati adalah sebuah bukit kecil di belakang kota. Di bukit ini kita dapat melihat pemandangan kota Tobelo secara utuh hingga ke laut pasific. Disebut bukit pancasila karena dihalamannya terdapat patung Garuda Pancasila yang cukup besar menghadap kota Tobelo. Dikenal sebagai villa bupati, bukan berarti tempat ini merupakan tempat peristirahatan bupati Halmahera Utara, tapi di bukit ini terdapat semacam ruang terbuka besar sebagai ruang perjamuan tamu bupati. Di bukit ini kami bisa duduk-duduk santai di sofa empuk sambil menikmati sejuknya angin sore dan memanjakan mata melihat hijau royoroyo pemandangan kota Tobelo.


Saya rasa cukup dulu ya tulisan malam ini, saya harus beristirahat karena besuk ada perjalanan panjang yang harus kami tempuh lagi.

Wednesday 26 June 2019

Pisang Mulut Bebek Kenikmatan yang dibalut Kesederhanaan


Siang itu, saya memutuskan untuk rehat sejenak di pinggiran pantai sambil menikmati birunya laut Halmahera Utara. Disini tidak hanya tempatnya saja yang menarik, terdapat warung makan dengan menu makanan yang dijual tergolong unik dan layak untuk dicoba. Salah satu yang terkenal dari tempat ini adalah sajian Pisang Goreng Mulut Bebek.

Pisang jenis ini memang pisang asli khas dari Maluku Utara. “Pisang Bebe”, begitulah masyarakat lokal menyebut buah pisang berbentuk mulut bebek ini. Bentuknya yang tipis dan memanjang memang menyerupai paruh bebek dan inilah sebab pisang ini dinamakan Pisang Mulut Bebek hingga kini.

Bukan cuma bentuknya yang unik, makanan yang disajikan dari pisang ini pun cukup menarik. Pisang Mulut Bebek yang masih setengah matang dikupas dan diiris tipis memanjang, kemudian digoreng di minyak dengan tingkat panas tertentu. Setelah pisang ini nampak cukup renyah, pisang akan ditiriskan. Sepintas memang menyerupai keripik pisang, namun kita akan merasakan perbedaannya ketika disajikan. Bahan pelengkap sajian Pisang Goreng Mulu Bebek adalah sambal colo-colo yang terkenal dari Maluku Utara.

Saya akhirnya mencoba gigitan pertama menu pisang goreng ini dengan sambal colo-colo pelengkapnya. Ternyata rasanya luar biasa nikmat, rasa pisang yang tidak terlalu manis sangat cocok dengan nikmatnya sambal olahan asli Maluku ini.

Satu porsi Pisang Goreng Mulut Bebek ini hanya seharga 10.000 rupiah saja dan dapat dinikmati oleh dua orang. Saya memesan satu porsi beserta minuman pelengkap yang berupa rebusan air jahe dan gula merah. Minuman hangat khas Maluku ini bernama Gurakka. Minuman ini merupakan “jodoh” dari Pisang Goreng Mulut Bebek yang sebelumnya sudah saya nikmati.

Sajian sederhana namun begitu nikmat ini memberikan kesan tersendiri bagi saya tentang kehidupan di Maluku. Ternyata, kenikmatan tidak harus dibeli dengan harga yang mahal dalam balutan kemewahan.

Tuesday 25 June 2019

Sebuah Sajak dari Halmahera


Halmahera memang bukan Jawa yang padat
Halmahera memang bukan Sumatera yang besar pulaunya
Bukan juga Kalimantan
Apa lagi Sulawesi

Halmahera adalah cahaya
Cahaya untuk kehidupan
Cahaya untuk keabadian
Cahaya untuk perdamaian

Halmahera dari timur
Selalu tersimpan dalam dada
Dan sampai kapanpun selalu ada

#HalmaheraUtara
#PantaiEfi-efi



Tuesday 18 June 2019

Makan beradab pada adat istiadat Perkawinan Melayu.

Saya sempat bingung saat mendengar Mak Cik bilang ini nanti untuk meja makan beradab. Loh makan kok beradab, sontak saya teringat sila kedua Pancasila yang bunyinya "Kemanusiaan yang adil dan beradab". Hehe....

Saya masih penasaran makan beradab itu yang seperti apa ? Nah berawal dari situ setiap saat musti saya tanyakan kepada Mak Cik makanan beradabnya sudah datang apa belum ya ?  Karena kalau makanan beradab sudah datang tolong saya dipanggil, saya mau ambil foto.

Selang beberapa saat makanan beradab sudah datang. Dan ternyata makanan beradap itu berupa udang goreng yang ditancapkan ke buah nanas dan beberapa hidangan yang disajikan kepada pasangan kemantin beserta kedua orang tua pengantin.


Sebelum menyantap hidangan tersebut terdapat seorang yang dituakan untuk memimpin pembacaan doa. 

Setelah itu kemantin dan orang tua menyantab hidangan tersebut secara bersama-sama. Intinya perjamuan tersebut bertujuan agar kemantin dan kedua orang tua kemantin lebih akrab. Dan acara ini biasanya ada saat acara resepsi pernikahan.


Sunday 16 June 2019

Menonton Dangdut di Selangor Malaysia


"Jauh-jauh ke Malaysia, ketemunya musik dangdut juga ya bang", kata orang Indonesia yang kerja di Malaysia saat bertemu saya di salah satu resepsi pernikahan di kawasan Selangor, Malaysia.

Saya pun tersenyum dan menjawabnya, "tak masalah bang karena bagi saya ada rasa kebanggaan tersendiri manakala melihat langsung sebuah produk asli Tanah Air, mampu menyeruak hingga mancanegara. Begitu hebatnya sampai bisa menghipnotis banyak orang untuk ikut larut dalam irama khas gendang tersebut".

Seiring lagu yang didendangkan, saya pun ikut penasaran mengapa di antara banyak aliran musik, mereka memilih dangdut. Saya pun menanyakannya langsung kepada salah satu penyanyinya yang saat istirahat sempat makan bareng dengan saya.

Penyanyi tersebut menjawab dengan alasan yang sangat pragmatis yaitu "karena lagu dangdut bisa diterima semua kalangan dan saat kami bawakan lagu dangdut tersebut pasti suasananya ramai bang, ada saja yang berjoget dan juga ada yang nyawer," katanya.

Lagu demi lagu yang didendangkan oleh para penyanyi yang tergabung dalam group muzika asuhan pak hafit tersebut kami nikmati sampai di akhir acara. Dan hebatnya semua penonton yang terdiri dari berbagai macam etnis yang hadir larut dalam alunan musik yang didendangkan.



Friday 14 June 2019

Obrolan ringan tentang istilah "Jiran" sepulang sholat jumat


Jumat, 14 Juni 2019 adalah hari keempat saya berada di Negeri Jiran Malaysia. Sepulang dari sholat Jumat di komplek apartement tempat saya tinggal. Ada kawan yang sempat ngobrol dengan saya tentang istilah Jiran.

Padahal sudah sering kali saya menyebut istilah Jiran, tapi artinya sendiri saya baru tau hari ini setelah membuka Kamus Besar Bahasa Indonesia hehe.....

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jiran adalah orang yang tinggal sebelah-menyebelah atau dekat rumah. Jiran juga bisa diartikan sebagai tetangga dekat rumah. Selain itu, jiran juga punya arti negara tetangga.

Nah, dari situlah, kita bisa mengetahui kenapa Malaysia disebut sebagai Negeri Jiran. Malaysia merupakan negara tetangga Indonesia. Negara ini merupakan negara yang paling dekat dengan Indonesia di antara negara-negara lainnya di Asia Tenggara.

Bahkan Malaysia juga berbagi satu daratan dengan satu pulau di Indonesia, yaitu Kalimantan. Karena menjadi negara tetangga yang terdekat itulah, Malaysia mendapat julukan sebagai Negeri Jiran.

Selain itu, Brunei Darussalam sebenarnya juga dijuluki sebagai Negeri Jiran. Namun, julukan ini biasanya lebih melekat untuk Malaysia daripada Brunei.

Nah, itulah alasan kenapa Malaysia mendapat julukan sebagai Negeri Jiran.

Berkunjung Ke Pasar Tradisional Chow Kit dan Pasar Borong Serdang Malaysia


Hari ini saya berkesempatan mengunjungi dua pasar yang cukup populer di Malaysia yaitu Pasar Borong Serdang dan Pasar tradisional Chow Kit.

Kedua pasar tersebut akan membuat semua orang Indonesia yang masuk ke sana seperti berada di negeri sendiri.

Jangan heran jika mendengar berbagai macam logat daerah Indonesia di kawasan Pasar Tradisional Chow Kit, Kuala Lumpur, Malaysia. Pasar ini memang andalan Warga Negara Indonesia yang tinggal di Malaysia. Termasuk Pak Cik dan Mak Cik saya...hehe....

Untuk Pasar Borong Serdang pedagangnya selain orang Melayu juga banyak orang Bangladesh, bukanya pagi sampai siang hari sementara Pasar Tradisional Chow Kit akan ramai pada malam hari.

Pasar tradisional Chow Kit dan Pasar Borong Serdang ini cukup lengkap. Mulai dari daging sapi, daging ayam, ikan, sayuran hingga buah-buahan ada disana. Komoditas yang dijual tidak ada beda dengan pasar tradisional di Indonesia. Namun di Chow Kit lebih bersih dan tertata rapi.

Untuk Pasar Chow Kit lokasinya dekat menara kembar KLCC, jadi kalau kita sedang berada disana bisa melihat menara tersebut dengan jelas.

Nah setelah lelah berbelanja, ‎perut bisa diisi dengan aneka sajian khas Indonesia yang ada di sekitar Chow Kit. Kali ini saya memilih menu bakso saja.....

So bagi kawan-kawan yang melancong ke Malaysia tidak ada salahnya  untuk berkunjung ke dua pasar tersebut.

Wednesday 12 June 2019

Raja Buah tersebut bernama Durian


Saya masih ingat serial Upin Ipin yang tema ceritanya tentang kontes durian di kampungnya, dimana diakhir cerita, durian Atuk Dalang menjadi pemenang. Mungkin ada yang penasaran siapa Atok Dalang ? Hehe...beliau adalah penghulu Kampung Durian Runtuh di film Upin Ipin. Nah tulisan kali ini tidak jauh dari buah durian.

Hari ini saya berkesempatan untuk membuktikan sendiri bahwa buah durian layak disebut raja buah yang cukup populer di Asia. Bagaimana tidak, baik di Malaysia, Thailand dan Indonesia mempunyai penduduk dengan jumlah penggemar buah durian terbanyak.

Obrolan saya hari ini tidak jauh dari buah durian, kebetulan di Negeri Sembilan saya mempunyai Mak Cik yang mana anak menantunya berasal dari Thailand. Menurut dia di Thailand saat ini juga lagi musim durian, dan konon durian Thailand rasanya maknyus...

Nah saat saya balik dari Negeri Sembilan ke Selangor. Disepanjang jalan kami menjumpai banyak penjual buah durian. Pak Cik memberhentikan mobilnya. Sepertinya beliau tau bahwa kita dalam rombongan pingin mencicipi buah duriannya Malaysia.

Setelah mobil diberhentikan kami langsung menemui penjualnya dan melakukan transaksi.  Kalau dari penampakan wajah dan gaya bicaranya, penjual durian tersebut adalah orang keling. Dengan logat khas Malaysia sang penjual membuka durian tersebut lalu mempersilahkan kami mencicipinya. Dan setelah saya coba.....memang durian layak disebut Rajanya Buah.....hehe.....





Sepeda Motor boleh masuk jalan toll di Malaysia


Masih cerita dari Negeri Jiran, Malaysia.

Hari ini saya bersama Pak Cik dan Mak Cik saya yang kebetulan berdomisili di Malaysia melakukan perjalanan dari Selangor ke Negeri Sembilan.

Singkat cerita, perjalanan dimulai pukul 12.00 siang waktu Malaysia. Kami melalui jalan tol yang kurang lebih jaraknya sekitar 54 km. Dan mobil pun melaju kencang, Pak Cik berkata perjalanan kesana membutuhkan waktu sekitar 50 menit.

Ditengah laju kendaraan yang kencang, tiba - tiba saya lihat ada sebuah sepeda motor menyalip. Dan belum habis rasa heran saya, ternyata dikejauhan tampak pula beriringan beberapa sepeda motor di jalur sebelah kiri.

Penasaran, saya bertanya kepada Pak Cik, kok boleh ya motor masuk ke tol ?  Terus  berapa bayarnya ?

Pak Cik memberikan jawaban, yang membuat saya heran sekaligus kagum.

Ternyata, di negeri ini memang pemerintah membuat setiap jalan tol itu boleh dilalui oleh sepeda motor. Dan tidak membayar sepeserpun alias gratis.

Untuk motor, tidak ada gate seperti mobil. Tetapi disediakan pintu masuk khusus di setiap gate yang ada. Dan jenis motor yang boleh masuk ya bebas, artinya kelas motor bebek pun boleh masuk. Memang, aturannya bahwa motor tersebut hanya boleh memakai jalur paling kiri dan telah dibuatkan garis pembatas untuk pemotor. Tapi, namanya pelanggaran sih selalu ada.

Begitulah, sekelumit kisah tentang jalan tol di negeri jiran. Siapa tahu, pemerintah kita pun akan memperbolehkan motor masuk di tol. Hehe......Aamiin.....

Catatan tentang perbedaan waktu antara Indonesia dan Malaysia


Setelah satu hari berada di Malaysia, ada hal yang ingin saya tulis terkait adanya perbedaan waktu antara Indonesia dan Malaysia.

Walaupun disebut negara serumpun karena memiliki banyak persamaan dalam beberapa hal, namun tidak demikian dalam penetapan zona waktu. Meski terdiri atas dua kawasan wilayah, Barat (dekat Sumatera) dan Timur (bagian utara Kalimantan), negara tersebut tidak mengenal pembagian zona waktu seperti di Indonesia dan secara internasional hanya memakai satu zona waktu yaitu UTC +8 atau kalau di Indonesia sama dengan Waktu Indonesia Tengah ( WITA ).

Sementara di Indonesia terbagi menjadi tiga zona waktu yang meliputi: Waktu Indonesia Barat atau WIB yang mengusung UTC+7,  Waktu Indonesia Tengah atau WITA yang mengusung UTC+8 dan Waktu Indonesia Timur atau WIT yang mengusung UTC+9.

Jadi perbedaan waktu Indonesia dan Malaysia hanya berdasarkan WIB dan WIT. Selisih waktu antara WIB dengan Malaysia adalah satu jam lebih cepat sementara selisih waktu antara WIT dengan Malaysia adalah satu jam lebih lambat. Misalkan, WIB berada pada jam 7.00 maka waktu Malaysia berada pada jam 8.00 sementara WIT berada pada jam 9.00.

Pulau Sulawesi, provinsi Kalimantan Utara, Timur dan Selatan serta Kepulauan Sunda Kecil termasuk dalam wilayah zona waktu WITA dengan posisi jarum jam yang sama seperti Malaysia.

Sementara tempat tinggal saya di Sidoarjo yang secara geografis berada di pulau Jawa memiliki waktu lebih lambat 1 jam dengan Malaysia.