Sunday 30 March 2014

Teluk Penyu


Satu lagi keindahan alam Indonesia yang tidak ada habisnya…..!!! Adalah Pantai Teluk Penyu yang merupakan salah satu tempat wisata andalan Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Sangat cocok sebagai pelepas penat dan penghilang stres. 
Pantai Teluk Penyu terletak di kecamatan Cilacap Selatan dengan jarak 2 km ke arah timur dari pusat kota Kabupaten Cilacap dan dapat dijangkau dengan kendaraan umum dan pribadi. Kawasan pantai yang membujur dari utara (Pelabuhan Perikanan Samudra Cilacap), ke selatan (Pulau Nusakambangan) dengan panorama gelombang laut yang cukup besar, kapal-kapal tanker yang keluar masuk Pelabuhan Tanjung Intan dan perahu-perahu nelayan tradisional yang berlalu lalang di sepanjang pantai Teluk Penyu serta tegarnya Kilang Pertamina dan Pulau Nusakambangan menambah indahnya suasana pantai.
Tiket Masuk Pantai Teluk Penyu
Foto dengan backgraund Pulau Nusakambangan ( Tempat Penjara Kelas Kakap )

Thursday 27 March 2014

Cilacap Bercahaya



Cilacap dengan sesanti-nya Cilacap BERCAHAYA (Bersih, Elok, Rapi, Ceria, Hijau, Aman, Jaya) merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah dengan daerah yang luas. Berbatasan dengan batas wilayah sebelah selatan Samudra Indonesia, sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Banyumas, Kabupaten Brebes, dan Kabupaten Kuningan Propinsi Jawa Barat, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Kebumen, dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan Kota Banjar Propinsi Jawa Barat. 

Dengan luas wilayah 225.360,840 Ha terbagi menjadi 24 Kecamatan, 269 desa, dan 15 kelurahan. Wilayah tertinggi adalah kecamatan Dayeuhluhur dengan ketinggian 6 meter dari permukaan air laut. 


Bicara tentang Cilacap, tidak enak rasanya jika tidak bicara tentang pulau Nusakambangan. Pulau ini memang tidak terlalu jauh dengan pantai Cilacap. Saya terus terang belum pernah  kesana.
Namun menurut masyarakat, pesisir pantai pulau tersebut cukup indah dan karena belum banyak penduduk disana, sehingga masih dapat dikatakan alami. 
Sejarah Kabupaten Cilacap

1. Zaman Kerajaan Jawa 
Penelusuran sejarah zaman kerajaan Jawa diawali sejak zaman Kerajaan Mataram Hindu sampai dengan Kerajaan Surakarta. Pada akhir zaman Kerajaan Majapahit (1294-1478) daerah cikal-bakal Kabupaten Cilacap terbagi dalam wilayah-wilayah Kerajaan Majapahit, Adipati Pasir Luhur dan Kerajaan Pakuan Pajajaran, yang wilayahnya membentang dari timur ke arah barat :
- Wilayah Ki Gede Ayah dan wilayah Ki Ageng Donan dibawah kekuasaan Kerajaan Majapahit.
- Wilayah Kerajaan Nusakambangan dan wilayah Adipati Pasir Luhur
- Wilayah Kerajaan Pakuan Pajajaran.
Menurut Husein Djayadiningrat, Kerajaan Hindu Pakuan Pajajaran setelah diserang oleh kerjaan Islam Banten dan Cirebon jatuh pada tahun 1579, sehingga bagian timur Kerajaan Pakuan Pajajaran diserahkan kepada Kerajaan Cirebon. Oleh karena itu seluruh wilayah cikal-bakal Kabupaten Cilacap di sebelah timur dibawah kekuasaan Kerajaan Islam Pajang dan sebelah barat diserahkan kepada Kerajaan Cirebon.
Kerajaan Pajang diganti dengan Kerajaan Mataram Islam yang didirikan oleh Panembahan Senopatipada tahun 1587-1755, maka daerah cikal bakal Kabupaten Cilacap yang semula di bawah kekuasaan Kerajaan Islam Pajang diserahkan kepada Kerajaan Mataram .
Pada tahun 1595 Kerajaan Mataram mengadakan ekspansi ke Kabupaten Galuh yang berada di wilayah Kerajaan Cirebon.
Menurut catatan harian Kompeni Belanda di Benteng Batavia, tanggal 21 Pebruari 1682 diterima surat yang berisi terjemahan perjalanan darat dari Citarum, sebelah utara Karawang ke Bagelen. Nama-nama yang dilalui dalam daerah cikal-bakal Kabupaten Cilacap adalah Dayeuhluhur dan Limbangan.
 
2. Zaman Penjajahan Belanda
Pembentukan Onder Afdeling Cilacap (dua bulan setelah Residen Launy bertugas) dengan besluit Gubernur Jenderal D.De Erens tanggal 17 Juli 1839 Nomor 1, memutuskan :
"Demi kepentingan pelaksanaan pemerintahan daerah yang lebih rapi di kawasan selatan Banyumas dan peningkatan pembangunan pelabuhan Cilacap, maka sambil menunggu usul organisasi distrik-distrik bagian selatan yang akan menjadi bagiannya, satu dari tiga Asisten Resident di Karesidenan ini akan berkedudukan di Cilacap".
Karena daerah Banyumas Selatan dianggap terlalu luas untuk dipertahankan oleh Bupati Purwokerto dan Bupati Banyumas maka dengan Besluit tanggal 27 Juni 1841 Nomor 10 ditetapkan :"Patenschap" Dayeuhluhur dipisahkan dari Kabupaten Banyumas dan dijadikan satu afdeling tersendiri yaitu afdeling Cilacap dengan ibu kota Cilacap, yang menjadi tempat kedudukan Kepala Bestuur Eropa Asisten Residen dan Kepala Bestuur Pribumi Rangga atau Onder Regent. Dengan demikian Pemerintah Pribumi dinamakan Onder Regentschap setaraf dengan Patih Kepala Daerah Dayeuhluhur.
Bagaimanapun pembentukan afdeling memenuhi keinginan Bupati Purwokerto dan Banyumas yang sudah lama ingin mengurangi daerah kekuasaan masing-masing dengan Patenschap Dayeuhluhur dan Distrik Adiraja.
Adapun batas Distrik Adiraja yang bersama pattenschap Dayeuhluhur membentuk Onder Regentschap Cilacap menurut rencana Residen Banyumas De Sturier tertanggal 31 Maret 1831 adalah sebagai berikut:
Dari muara Sungai Serayu ke hulu menuju titik tengah ketinggian Gunung Prenteng. Dari sana menuju puncak, turun ke arah tenggara pegunungan Kendeng, menuju puncak Gunung Gumelem (Igir Melayat). dari sana ke arah selatan mengikuti batas wilayah Karesidenan Banyumas menuju ke laut. Dari sana ke arah barat sepanjang pantai menuju muara Sungai Serayu.
Dari batas-batas Distrik Adiraja dapat diketahui bahwa Distrik Adiraja sebagai cikal-bakal eks Kawedanan Kroya lebih besar dari pada eks Kawedanan Kroya, karena waktu itu belum terdapat Distrik Kalireja, yang dibentuk dari sub-bagian Distrik Adiraja dan sebagai Distrik Banyumas. Sehingga luas kawasan Onder Regentschap Cilacap masih lebih besar dari luas Kabupaten Cilacap sekarang.
Pada masa Residen Banyumas ke-9 Van de Moore mengajukan usul Pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 3 Oktober 1855 yang ditandatangani Gubernur Jenderal Duijmaer Van Tuist, kepada Menteri Kolonial Kerajaan Belanda dalam Kabinet Sreserpt pada tanggal 29 Desember 1855 Nomor 86, dan surat rahasia Menteri Kolonial tanggal 5 Januari 1856 Nomor 7/A disampaikan kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda.
Usul pembentukan Kabupaten Cilacap menurut Menteri Kolonial bermakna dua yaitu permohonan persetujuan pembentukan Kabupaten Cilacap dan organisasi bestir pribumi dan pengeluaran anggaran lebih dari F.5.220 per tahun yang keduanya memerlukan persetujuan Raja Belanda,setelah menerima surat rahasia Menteri Kolonial Pemerintah Hindia Belanda dengan besluit Gubernur Jenderal tanggal 21 Maret 1856 Nomor 21 antara lain menetapkan Onder Regentschap Cilacap ditingkatkan menjadi Regentschap (Kabupaten Cilacap)


Wednesday 26 March 2014

Berpetualang di Waduk Darma Kabupaten Kuningan, Jawa Barat


Petualangan saya kali ini adalah mengunjungi Waduk Darma di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Waduk Darma adalah sebuah danau buatan yang terletak di Desa Jagara, Kecamatan Darma. Dari Kota Kuningan jaraknya sekitar 12 kilometer. Waduk Darma yang mempunyai luas sekitar 425 ha dan kapasitas maksimal airnya mencapai sekitar 39.000.000 m3 ini mulai dibangun sekitar tahun 1958. Untuk mewujudkan Waduk Darma ini, ada sekitar delapan desa yang ditenggelamkan.


Pasokan air di Waduk Darma berasal dari beberapa sungai kecil di sekitar Kabupaten Kuningan, seperti Sungai Cinangka dan Sungai Cisalak. Setelah terkumpul di Waduk Darma, air tersebut sebagian digunakan untuk irigasi sawah sampai ke Kabupaten Cirebon dan sebagian lagi digunakan untuk kebutuhan air minum oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di kota Kuningan dan di sekitar Kota Cirebon
Selain berfungsi sebagai penampung air, Waduk Darma juga dijadikan sebagai sarana rekreasi dan olahraga. Panorama di sekitar Waduk Darma, terutama pada saat matahari akan tenggelam, menjadi daya tarik tersendiri bagi orang-orang yang datang ke Waduk Darma. Apalagi bila menikmatinya sambil duduk di perahu yang mengelilingi pulau mungil bernama Munjul Goong yang ada di tengah-tengah Waduk Darma.
 

Saturday 22 March 2014

Alun-alun Kota Kabupaten Purbalingga

Saat berada di Purbalingga saya diajak teman-teman untuk mengunjungi alun-alun. Pertama memang tujuan kami hanya ingin mencari tempat nongkrong sambil melepas penat selesai melakukan aktifitas pekerjaan. Namun setelah melihat banyak penjual durian akhirnya kami memutuskan untuk membeli buah yang lezat tersebut.
Alun-alun purbalingga berada tepat di depan pendopo kabupaten Purbalingga. Ada dua pohon beringin besar berada disisi kanan dan kiri. Di sepanjang pinggir alun-alun ditanami pepohonan hijau yang menambah rindangnya ruang publik ini.
Ketika sore tiba, puluhan pedagang mulai ramai mendorong gerobag dan bersiap menggelar tenda-tenda dagangannya. Aneka macam jajanan ditawarkan. Sate, bakso, soto, lesehan seafood, ayam goreng, roti bakar, batagor, mie ayam, bubur ayam, jagung bakar, dan aneka panganan lainnya.
Alun-alun Purbalingga juga dipenuhi berbagai macam permainan anak. Mobil-mobilan, scooter, sepeda genjot rame-rame, mancing ikan, dan puluhan pedagang mainan yang bisa kita temui.
Bagi kaum dewasa, banyak juga pedagang yang menawarkan pakaian dan berbagai macam asesoris yang menarik untuk dibeli.
Mengenai tarif parkir motor, anda cukup rogoh kocek 1000 rupiah. Memang tarif di parkiran umum cuma 500 rupiah, tapi biasanya parkiran di alun-alun berbeda.
Kian malam kian ramai. Anak-anak, muda-mudi dan orang dewasa memenuhi alun-alun Purbalingga.
Kalau anda ke Purbalingga, rasanya tak lengkap sebelum menikmati indahnya lampu kelap-kelip di alun-alun Purbalingga sambil menikmati hidangan kuliner yang beraneka macam.