Friday 31 January 2014

Berkesempatan Menunaikan Ibadah Sholat Jumat di Masjid Agung An Nur Pekanbaru

Jumat, 31 Januari 2014 saya berkesempatan menunaikan sholat Jumat di Masjid Agung An Nur Pekanbaru. Kebetulan hari ini adalah hari libur nasional ( hari Raya Imlek ) jadi saya tidak masuk kerja. Biasanya saya menunaikan sholat jumat di masjid belakang kantor saya. Masjid An Nur lokasinya tidak jauh dari tempat tinggal saya, berjarak kurang lebih 200 meter dari komplek Gubernur Riau.
Suasana begitu ramai karena pas hari ini takmir Masjid An Nur kedatangan tamu dari takmir masjid Negeri Sembilan Malaysia.
Masjid ini memiliki dua lantai. Bagian atas untuk sholat dan di bagian bawah ada perputaskaan, aula, ruang pertemuan, dan ruang kantor masjid. Untuk aula, bisa difungsikan sebagai resepsi pernikahan, seminar, dan lain-lain.

Bagian dalam Masjid Agung An Nur sangat nyaman. Tempat sholatnya pun dingin, sehingga membuat hati semakin sejuk. Ibadah bisa lebih khusyuk.

Masjid Agung An-Nur dibangun tahun 1968 dan diresmikan oleh Gubernur Riau, Arifin Ahmad. Kemudian saat Gubernur Saleh Djasit menjabat, masjid ini mengalami renovasi besar-besaran. Sampai-sampai harus menggusur Stadion hangtuah, markasnya tim sepakbola PSPS Pekanbaru. Kini, Masjid Agung An-Nur punya luas 12,6 hektar yang dulunya hanya 4 hektar saja.

Menariknya, masjid ini bersebelahan dengan Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Pekanbaru, yang hanya dipisahkan dengan Jalan Hang Tuah. Tapi, semuanya berjalan harmonis dan rukun dengan melaksanakan ibadah dan keyakinan masing-masing.

Inilah salah satu simbol dari kebhinekaan Indonesia, kita hidup dinegara yang multikultural, berbagai macam bahasa, suku, ras, dan Agama. tetapi saling damai.
Sebenarnya gak cuma contoh Masjid An-Nur dan Gereja HKBP di Pekanbaru aja, tetapi banyak contoh yang lain.
  

Banyak yang bilang tak perlu jauh-jauh ke India untuk melihat Taj Mahal. Di Pekanbaru, Riau ada Masjid Agung An-Nur yang mirip dengan Taj Mahal di Negeri Bollywood tersebut. Bedanya, kalau di Riau warna masjidnya dominan hijau. Masjid An Nur adalah gabungan arsitektur Melayu, Arab dan Turki dan telah menjadi ikon Kota Pekanbaru.




Rudy Salam
Pekanbaru, 15.06 WIB

 

Wednesday 29 January 2014

Perjalanan seribu mil diawali dengan sebuah langkah

Saya pernah membaca Pepatah Cina yang berbunyi "Perjalanan seribu mil diawali dengan sebuah langkah". Dan hal ini sempat menjadi renungan dalam pemikiran saya. 
Memang benar untuk mengawali sesuatu bukanlah hal yang mudah, karena dibutuhkan suatu pertimbangan, pemikiran dan konsekuensi yang harus dihadapi. Agar kita lebih mudah dalam melakukan langkah-langkah berikutnya.

Seorang pendaki gunung sejati tidak pernah melihat kebawah untuk mencapai puncak. Seorang pelari cepat memusatkan perhatian pada garis finish. Mungkin dalam mencapai segala sesuatu yang diharapkan, kadang kita harus melewati lembah yang curam, kerikil yang tajam, parit yang membuat kita terjatuh, terseok seok atau bahkan sampai berdarah. Tetapi disaat kita sudah berani untuk melangkah, kita harus tetap melangkah untuk mencapai suatu tujuan.

Seribu mil harus diawali dengan sebuah langkah, jangan pernah berhenti, maju dan pantang menyerah menghadapi segala sesuatu yang harus kita hadapi. Dengan demikian tanpa kita sadari, kita telah semakin dekat dengan tujuan yang hendak kita capai. Kita akan semakin kuat karena kita telah melalui semua hal yang membuat kita pernah tergelincir atau jatuh. Dan hal tersebut merupakan pengalaman yang senantiasa membuat kita lebih berhati-hati untuk langkah selanjutnya.

Jangan melihat "tujuan" sebagai akhir dari sebuah perjalanan, tapi jadikan tujuan sebagai bagian dari perjalanan. Dengan demikian kita akan terus mempunyai semangat untuk menuju ke tujuan demi tujuan tanpa kita pernah berhenti. Maka kemenangan demi kemenangan pun akan kita capai. 

Seribu mil selalu dimulai dengan sebuah langkah..!! Jangan pernah bermimpi sudah mencapai ribuan mil kalau kita tidak segera bangun untuk mengawali langkah pertama. Tetap semangat kawan......!!! tatap masa depan, raih impian, tujuan dari perjalanan anda adalah menjadi PEMENANG.



Rudy Salam
Riau, 22.28 WIB

Dinginnya Sumber Mata Air Ngembul

Pada kesempatan ini saya akan bercerita tentang pengalaman saya mengunjungi sumber mata air Ngembul yang letaknya berada di Dusun Ngembulsari, Desa Randugading, Kecamatan Tajinan, Kabupaten Malang. Konon pengelolaan nya sudah ada sejak jaman penjajahan Belanda. Fungsi utamanya dulu untuk penyediaan air bersih Pabrik Gula Sumberagung dan Karebet. Namun sekarang fungsinya juga digunakan untuk pemenuhan kebutuhan air bersih warga. 
Debit air nya cukup besar kurang lebih mencapai 300 ltr per detik. Melihat sumber air yang cukup besar dan jernih tersebut, saya langsung menceburkan diri dan merasakan sensasi segarnya. “ Bbbbbbrrrrrrr “ dingin sekali .......selain mandi di sekitar semburan mata air , saya juga masuk ke aliran sungai yang timbul karena sumber air itu. Pohon pisang banyak tumbuh disekitar aliran tersebut dan sempat kita robohkan untuk bermain perahu. 
Haha.......mengingatkan akan masa kecil dulu ....ketika bermain dan mandi di sungai........ sungguh pengalaman yang mengesankan.......
 
 



Monday 27 January 2014

Napak Tilas Sejarah Kerajaan Melayu di Pulau Penyengat



Pulau Penyengat dalam sebutan sumber-sumber sejarah, adalah sebuah pulau kecil yang berjarak kurang lebih 3 km dari Kota Tanjungpinang, pusat pemerintahan Provinsi Kepulauan Riau. Pulau ini berukuran kurang lebih 2.500 meter x 750 meter, dan berjarak lebih kurang 35 km dari Pulau Batam. Pulau ini dapat dituju dengan menggunakan perahu bot atau lebih dikenal bot pompong. Dengan menggunakan bot pompong, memerlukan waktu tempuh kurang lebih 15 menit. Menurut cerita, pulau mungil di muara sungai Riau ini sudah lama dikenal oleh para pelaut sejak berabad-abad yang lalu karena menjadi tempat persinggahan untuk mengambil air tawar yang cukup banyak tersedia di pulau ini, menurut legenda lebih lanjut nama “penyengat” diberikan pada pulau itu. Karena pernah para pelaut yang sedang mengambil air tawar di pulau tersebut diserang oleh semacam lebah yang dipanggil “penyengat” hingga membawa korban.

Nah...sudah mulai penasaran dengan ceritanya....mari kita telusuri bersama. Saya memulai perjalanan dari Tanjung Pinang dengan menggunakan perahu pompong, ongkosnya sekitar Rp 6.000 untuk sekali jalan, pompong diisi dengan 15 orang, kita harus menunggu setelah genap penumpang baru jalan. Bagi yang tidak mau menunggu bisa menyewa perahu sendiri dengan biaya sekitar Rp 80.000 untuk sekali menyeberang.
Gerbang Menuju Dermaga Pulau Penyengat

Tempat Menunggu Kapal Pompong
Setelah penumpang sudah sesuai dengan batas minimal untuk dijalankan, barulah kami diijinkan untuk menaiki perahu pompong.

Ini adalah kapal Pompong yang kami naiki, sebenarnya juga ngeri ketika ombak cukup besar, sampai-sampai baju kami basah semua terkena air laut.

Dan berikut adalah suasana diatas perahu pompong yang kami naiki.

Dari kejauhan pulau penyengat sudah terlihat.

Setelah menempuh perjalanan di atas kapal sekitar 15 menit, kami tiba di pulau penyengat. Sepanjang pengamatan kami di pulau ini tidak ada mobil, yang terlihat hanyalah motor dan untuk pelancong yang ingin mengelilingi pulau ini bisa menyewa bentor ( becak motor ) yang sudah dimodifikasi. Berdasarkan informasi dari salah satu pemilik bentor bahwa kendaraan ini merupakan sumbangan dari dinas pariwisata setempat.
Ongkos untuk mengelilingi pulau ini sebesar Rp 30.000. Itu sudah meliputi semua obyek wisata di pulau ini. 

Ok Sobat....mari kita mulai berkeliling mengunjungi obyek-obyek wisata di pulau penyengat. Dan sebelum berangkat biasanya kita akan ditunjukkan peta tempat mana saja yang akan dikunjungi oleh sopir bentor ( becak motor ).

Yang pertama kita kunjungi adalah :

1. Masjid Raya Sultan Riau
Mesjid ini di bangun pada tahun 1832 pada masa pemerintahan Yang Dipertuan Muda VII Raja Abdul Rahman, pembangunan mesjid ini dilakukan secara bergotong royong oleh semua masyarakat penyengat pada masa itu. Aspek yang paling menarik dalam pembangunan mesjid ini adalah digunakannya putih telur sebagai campuran semen untuk dinding mesjid. Mesjid ini merupakan bangunan yang unik dengan panjang 19,8 meter dan lebar 18 meter, rungan tempat sembahyang disangga oleh 4 buah tiang besar, atapnya berbentuk kubah sebanyak 13 buah dan menara sebanyak 4 sebuah, semuanya berjumlah 17 sesuai dengan rakaat shalat sehari semalam. Di dalam mesjid ini juga terdapat kitab suci Al-Quran yang ditulis tangan, serta lemari perpustakaan kerajaan riau-lingga yang pintunya berukir kaligrafi yang melambangkan kebudayaan islam sangat berkembang pesat pada masa itu. 

2. Selanjutnya adalah Makam Pahlawan Nasional Bidang Bahasa Indonesia Raja Ali Haji,
Beliau dikenal sebagai bapak bahasa Melayu-Indonesia. Budayawan di gerbang abad XX Salah satu mahakaryanya adalah Gurindam Dua Belas (1847), menjadi pembaru arus sastra pada zamannya.

3. Makam Yang Dipertuan Muda Riau VI Raja Ja'far dan Makam Yang Dipertuan Muda Riau VIII Raja Marhum Kantor

4. Komplek Istana Kantor

5. Gedung Mesiu

6. Benteng Bukit Kursi
 

7. Balai Adat Melayu Indera Perkasa
 
 
 
 
 
Sumur air tawar yang tidak kering walaupun musim kemarau
Nah ...sekian dulu napak tilas saya di pulau penyengat....kita akan sambung lagi pada perjalanan di tempat lain yang tidak kalah serunya.....