Monday 27 December 2021

Hikmah dalam Perbedaan

 


Harus disadari bahwasanya Bumi merupakan tempat tinggal seluruh umat manusia dan makhluk lainnya. Sesungguhnya kita merupakan sebuah keluarga besar. Kita hidup di bawah langit dan berpijak di pertiwi yang sama, yaitu Bangsa Indonesia yang Indah ini. Dan Tuhan sebagai penguasa kita semua. Walau kenyataannya semua orang berbicara berbeda-beda, dan menganut agama berbeda-beda pula, namun semuanya seperti dalam satu wadah, semogalah kita tiada saling membenci.

Laksana tubuh kita yang terdiri dari beragam organ, dengan masing-masing fungsinya, atau seperti seperangkat gamelan yang menghasilkan nada berbeda, namun semuanya hadir untuk saling melengkapi. Sehingga, menghasilkan mozaik kehidupan yang dinasmis, indah dan harmoni. 

Demikian pula manusia yang berbeda, semuanya hadir membawa  bakat, dan guna yang berbeda. Namun, semuanya memiliki tujuan hidup yang sama yakni hidup bahagia dan terhindar dari penderitaan, baik jasmani dan rohani. Untuk itu, tidak ada alasan bagi kita untuk mengklaim sebuah kebenaran, apalagi mengembangkan rasa dengki, picik, fanatisme sempit.

Harus kita sadari kembali bahwasanya Tuhan Yang Maha Esa meresapi semua makhluk. Semua kenampakan  yang ada di semesta ini sejatinya adalah wujud kosmis dari Tuhan.

Konsep ini tentu  mengisyaratkan bahwasanya kita tidak memiliki legitimasi untuk membenci orang lain. Sebab, di dalam setiap mahluk ada esensi Ketuhanan yang sama. Itu sebabnya, tidaklah salah pendiri Bangsa ini menjadikan Sesanti Tutur Sutasoma sebagai perekat keberagaman Indonesia: Bhineka Tunggal Ika.

Untuk itu, sekali lagi, saya mengajak  untuk selalu dapat Hidup dalam harmoni dan kerukunan. Hendaknyalah kita bersatu dan bekerja sama. Berbicara  dengan satu bahasa (Bahasa Kasih Sayang) sehingga kita bisa berkembang, maju bersama-sama dalam bingkai saling asih, saling asuh, dan saling asah. Seperti apa yang telah dicontohkan oleh orang-orang suci di masa lalu yang telah melaksanakan  kewajibannya di jalan kebenaran sejati, semestinya demikianlah kita tidak goyah dan terbawa egoisme sempit.

“Tujuan pengetahuan adalah kearifan. Tujuan peradaban adalah kesempurnaan. Tujuan kebijaksanaan adalah kebebasan. Dan, tujuan pendidikan adalah karakter yang baik”.

Mari kita kembangkan sikap dan sifat mencintai semua dan tidak membenci siapapun. Dengan demikian, kita akan dapat membangun peradaban kehidupan yang lebih santun, lebih beradab dan berkesalehan sosial.

Hanya dengan hidup Harmoni kita bisa tumbuh menjadi bangsa yang maju dan sejahtera. Karena kebencian hanya akan berujung pada penderitaan dan perpecahan.

Saturday 30 October 2021

Waktu Berjalan Serasa Begitu Cepat

 


Waktu berjalan serasa begitu cepat, perasaan baru saja saya menggendong anak yang pertama, ternyata sekarang tinggi nya sudah melebihi saya. Tentunya puji syukur serta doa yang hanya bisa saya panjatkan, "Ya Allah, isilah hati anak-anak kami dengan cahaya dan hikmah, dan jadikan mereka hamba-hamba-Mu yang layak untuk menerima nikmat-Mu, dan perbaikilah diri mereka dan perbaiki pula umat ini melalui mereka".

Disadari atau tidak bahwa menjadi orang tua adalah sebuah pekerjaan yang tiada habisnya. Setidaknya itu pendapat saya saat mengalami sendiri menjadi orang tua bagi ketiga anak saya. Bak mencukur kumis dan jenggot, sebaik dan sehalus apapun seorang laki-laki melakukannya, keesokan harinya atau beberapa hari kemudian dia harus melakukannya lagi. 

Bak mencuci piring atau baju, setelah beberapa saat seorang ibu harus melakukannya lagi dan lagi. Jika bisa diandaikan, seperti itulah tugas sebagai orang tua. 

Semua hal ini akhirnya bergulir saat buah hati memasuki fase atau tahapan tersulit dalam menjalani tugas sebagai orang tua. Konon fase tersebut adalah saat anak-anak menginjak masa-masa remaja. Masa peralihan dari dunia anak-anak menuju dunia dewasa yang lebih kompleks.

Menjadi lebih sulit lagi, jika tugas dan kewajiban mengawasi serta membimbing para remaja ini harus dilakukan dengan keterbatasan waktu pengawasan karena kesibukan. Saya sadar betul akan hal itu, oleh karenanya saya memilih untuk menitipkan anak pertama di Pesantren. Minimal agar masa-masa menuju persiapan menuju dewasa bisa diisi dengan bekal ilmu agama yang mumpuni.

Sebagai orang tua, kami berharap agar ketika anak berada di Pesantren, minimal mendapatkan panduan yang kuat dalam bersikap, berucap dan bertindak. Panduan itu adalah selalu adanya dosa dan pahala dalam setiap perbuatan manusia, agar mampu membentengi pengaruh dari luar yang tak pernah kita duga. Karena dosa dan pahala lah yang seharusnya menjadi panduan tiap manusia di dunia untuk menjalani setiap apa yang dilakukannya. Bukan hanya para remaja, tetapi juga untuk kita semua.


Wednesday 22 September 2021

Kenapa Suka Naik Gunung?

 


Beberapa waktu ini saya sering ditanya sama teman-teman, kenapa naik gunung ? Ya saya jawab asal saja, biar bisa nurunin gunung...haha....lalu dia nya diam. Memang bagi sebagian kawan yang tidak mempunyai hobi seperti saya, mesti terheran-heran. Apa enak nya naik gunung. Sudah capek, kedinginan, dari basecamp ke puncak harus memanggul carrier yang besarnya se gajah, pulang terkadang nggak bisa jalan seminggu karena nyeri, belum lagi yang ngeselin kalau ketemu temen yang suka nge-bully dan bingung kalo kita suka naik gunung.

Nah, buat kamu yang termasuk golongan baris innocent atau yang enggak tahu, melalui tulisan ini saya akan memberitahu alasan-alasan “Kenapa suka naik gunung?” 

Mendaki gunung adalah proses mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Mengagumi dan menikmati ciptaan Tuhan dengan cara yang luar biasa.

Mereka yang suka mendaki itu keren kawan! Gunung adalah hasil karya Sang Pencipta yang kerennya tiada duanya. Dengan naik gunung, kamu akan melalui banyak proses yang nggak gampang. Dari situlah, kamu bakal sadar, kamu nggak ada apa-apanya dibandingin gunung yang sedang kamu daki itu.

Peluh yang kamu keluarin, tubuh yang menggigil kedinginan, seakan membuat kamu sadar, mereka sedang berdzikir menyebut nama sang Penguasa jagad. Dan dari titik itu juga, kamu bisa menghargai hidup dan bersyukur atas agungnya ciptaan Tuhan Yag Maha Esa.

Selain itu mendaki gunung itu sama halnya dengan mengenali diri sendiri. Sejauh kaki melangkah, para pendaki ini juga sedang mencari tahu siapakah dirinya sebenarnya.

Naik gunung membuat kita sadar atas pribadi kita sendiri atau teman sependakian kita. Kok bisa sih, naik gunung bisa bikin kita sadar karakter kita? Emang naik gunung sama kayak konsul ke psikolog, gitu ya? Hahaha, Oke, gak usah panik, jadi teorinya seperti ini: 

Temen kamu       : “Bro, minta airnya dong, punya gue abiss nihh”

Kamu                        : “Duhh, punya saya abis juga bro, tahan bentar ya?” 

Terpaksa bohong karna kamu juga takut air kamu abis kalo diminta, kan kamu juga butuh air kan yaa. 

Nah, dari kondisi kamu diatas, bisa aja disimpulkan kalo kamu egois! Kenapa bisa seperti itu? Karena, orang naik gunung itu bukan sekedar naik dan turun trus bisa upload foto dengan bangganya. Semuanya tentang proses, jadi intinya itu sebenarnya bukan nyampe puncak, tapi mendalami moment ndaki.

Coba deh kamu tanya sama diri kamu sendiri, saat kamu capek siapa yang bantu? Saat kamu gagal semangat, siapa yang cerewet jadi tim horeee? Saat kamu udah gak kuat? Siapa yang mau nungguin kamu? Saat kamu mendadak kena hipoksia?

Siapa yang dengan sabar nenangin kamu, memotivasi kamu supaya seloww, membuat kamu bisa move up dan termotivasi meneruskan perjalanan? Nah proses inilah yang penting, proses inilah yang bakal memberi tahu kamu, siapa mereka yang setia dan siapa yang tidak.

Jadi, kalo ada yang bilang naik gunung biar bisa kenal diri sendiri, itu bener. Karena disini, kamu bakal sadar, apakah kamu sabar, bisa toleran sama temen, atau mungkin dari ndaki ini kamu bakal sadar kalo kamu ternyata manja, kekanak kanakan dan lain sebagainya.  

Kadang kala, sifat asli sesorang akan keluar dalam kondisi dan situasi, yang serba kekurangan. Iyaa, kekurangan, kurang air, kurang makanan, kurang selimut, kurang istirahat, kurang kehangatan, kurang perhatian, kurang kasih sayang....haha....

Naik gunung itu bukan sekadar nyampe puncak terus pulang dengan segudang foto yang dipamerin, naik dengan kaos berlabel yang bisa ngasih publik tahu kalau kamu beredar atau naik untuk tujuan absurd - menaklukan alam.

Manusia itu cuma butiran debu, yang harusnya bisa sadar dan membandingkan diri yang kecil ini dengan gagahnya gunung yang sedang mereka daki. Mendaki juga bukan tentang puncak, toh puncak cuma benda mati, yang gak ada apa apanya kalo dibandingin sama mereka yang nemenin kita saat perjalanan menujunya. 

Saya rasa itu alasan nya.....

Sunday 29 August 2021

Tut Wuri Handayani untuk Pendidikan Anak

 


Saat saya sekolah SMP dulu belum mengenal laptop, walaupun sejarah mencatat bahwa Laptop pertama kali dikenalkan oleh Osborne dan Alan Key pada tahun 1981, sementara saya SMP sekitar tahun 1993. Artinya teknologi tersebut sudah ada sekitar 13 tahun lamanya, namun saya belum pernah melihatnya, karena harga nya yang cukup mahal dan termasuk barang mewah.

Saat ini Laptop sudah bukan menjadi barang mewah lagi, melainkan sebagai kebutuhan sekunder untuk menunjang kegiatan kerja karena dinilai praktis. Tidak hanya pekerja kantoran dan mahasiswa yang membutuhkan laptop untuk keperluan tugas-tugas. Pelajar SMP pun sekarang sudah diajarkan supaya melek teknologi lewat pembelajaran komputer. Supaya apa yang diajarkan di sekolah tidak lupa, maka laptop jadi cara mempermudah belajar mengenai komputer. 

Dan sebagai orang tua, tentunya dituntut untuk mengikuti perkembangan tersebut. Saat ada pengumuman harus mengumpulkan laptop untuk anak di sekolah, ya harus diusahakan. Namanya juga ikhtiar agar anak bisa belajar lebih baik ....semoga bermanfaat dan berkah ilmunya ya le....Aamiin....

Papa dan Mamamu hanya bisa Tut Wuri Handayani.

#LaptopUntukAnakSekolahSMP




Wednesday 25 August 2021

Usia Bukan Penghalang Untuk Mendaki Gunung

 


Saat berada di Puncak Gunung Bekel, ada pemandangan yang cukup menarik bagi saya. Diantara belasan pendaki yang ada disana, ada satu sosok yang membuat kami sangat terkesan. Beliau adalah Mbah Nik, seorang pendaki yang sudah berusia 75 tahun. 

Hal ini tentu sesuatu yang luar biasa, karena mendaki gunung membutuhkan fisik dan mental yang prima serta yang tak kalah penting adalah waktu. Sehingga naik gunung identik dengan pendaki-pendaki mahasiswa atau pemuda yang dalam usia fisik yang prima dan memiliki waktu luang karena kesibukan yang tidak terlalu padat.

Namun hal ini tidak berlaku bagi Mbah Nik. Di usia yang bagi sebagian orang sudah dapat disebut dengan kakek, Mbah Nik justru senang melakukan pendakian.

Bayangkan, di usia tersebut ia aktif mendaki disaat sebagian orang seusianya lebih memilih mengistirahatkan tubuh dan menjauhi kegiatan-kegiatan ekstrim. Dan ini adalah sesuatu yang luar biasa. 

Ada yang bilang bahwa “OBAT PALING MANJUR ADALAH HATI YANG SENANG" dan saya yakin mbah Nik melakukan pendakian ini karena senang, sehingga beliau tetap sehat di usia yang sudah tua.

Pertanyaannya adalah apakah kalian semua senang mendaki?

Jika senang maka hidup kalian semua akan lebih sehat.”

Semangat 💪💪💪☺️☺️

Saturday 14 August 2021

Salam Hormat Para Pejuang Lingkungan

 


Mengawali segala sesuatu itu biasanya sangat sulit, namun jika tidak dimulai maka hal tersebut hanya akan menjadi hayalan belaka. 

Di negeri Cina ada ungkapan bahwa Perjalanan seribu mil dimulai dengan satu langkah. Ungkapan ini memberitahu kita betapa pentingnya langkah pertama dalam melakukan hal apapun.

Memang benar adanya bahwa setiap kesuksesan tidak pernah muncul secara tiba-tiba. Semua diperlukan langkah pertama. Bentuknya bermacam-macam, bisa berupa kemauan keras, keberanian dan tindakan nyata. 

Seperti halnya mempelopori kegiatan pembangunan lingkungan, hal ini diperlukan kemauan keras, keberanian dan tindakan nyata. Karena hidup di masyarakat yang heterogen diperlukan jiwa yang besar, setiap individu mempunyai keinginan yang beraneka ragam, namun tidak semua nya mau melakukan hal nyata. Nah disitulah letak nya kita harus mengambil sikap untuk mau berbuat lebih dan terkadang agak memerlukan ekstra effort.

Tapi kalau sudah terjadi dan berjalan, semua akan mengikuti dan cenderung ingin menjadi yang tampak di depan. Ya tidak masalah, itulah fenomena yang kerap terjadi, garam tidak perlu tampak agar air menjadi asin. Yang terpenting adalah tujuan utama nya bisa terwujud.

Nah setelah melangkah pertama, kita harus terus melangkah. Jika tidak kita akan berhenti di tengah jalan. Berhenti sama artinya dengan tujuan yang tidak tercapai. Untuk itu kita harus melihat proses secara berbeda. 

Menjalani proses bisa berefek positif, kalau kita bisa memaknai setiap kejadian dengan cara pandang yang tepat. Saat terjadi kendala, pandanglah sebagai pembelajaran. Jika mengalami kesulitan pandanglah sebagai tantangan untuk berbuat lebih banyak dan lebih ikhlas lagi.

Semangat para pejuang lingkungan....

Salam hormat dari kami...🙏🙏👍👍💪💪

Tuesday 10 August 2021

Dapat Telepon dari Anak di Pesantren

 

Sudah hampir satu bulan sejak PPKM diberlakukan, saya belum sempat menjenguk anak saya di pondok. Rasa kangen sebenarnya sudah mulai menyelimuti, tapi apa daya memang kondisi dan situasi belum tepat untuk kesana.

Disaat selesai sholat magrib, tiba - tiba ponsel saya berdering, dan ternyata itu adalah nomor telepon pondok pesantren yang biasa kami gunakan untuk berkomunikasi dengan anak saya.

Saya angkat dan ternyata benar si kakak sedang menelpon. "Assalamualaikum Pa", sapa anak saya. "Waalaikum salam Nak", jawab saya. Dari situ mulailah kami berkomunikasi.

Dia menjelaskan tentang beberapa kegiatan saat di pesantren dan juga di sekolah formalnya dalam beberapa waktu terakhir ini. Yang paling menarik adalah dia menyampaikan bahwa dia telah terpilih menjadi ketua OSIS di sekolah nya dan memohon doa restu kepada saya.

Yang sempat saya sampaikan adalah sebagai orang tua pasti nya bangga ketika anak nya bisa terpilih dan dipercaya sebagai ketua OSIS di sekolah, karena kepemimpinan merupakan sebuah modal strategis yang harus dimiliki, dan setiap manusia esensinya adalah seorang pemimpin.

Pembentukkan jiwa kepemimpinan dapat diperoleh melalui berbagai kegiatan intra sekolah maupun ekstrakurikuler, seperti Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), Pramuka, Paskibraka, PMR dan lain-lain.

Jiwa kepemimpinan merupakan keniscayaan bagi generasi muda, karena dengan jiwa kepemimpinan, para pemuda akan mampu mengarahkan dan menggerakkan kehidupannya ataupun kehidupan orang-orang di sekitarnya untuk mencapai visi, misi, dan tujuan yang akan dicapai.

Terakhir yang saya sampaikan, selamat mengemban amanah anakku, semoga kemudahan dan keberkahan selalu menyertai setiap langkahmu.

Sekali lagi selamat atas terpilihnya Kakak Yaugy menjadi Ketua OSIS SMP Al Madinah Diwek Jombang periode 2021 - 2022.

Monday 19 July 2021

Diperlukan kematangan dalam berfikir dan bertindak

 


Semua orang pasti menua, tapi nggak semua orang menjadi dewasa pada saat bertambahnya usia.

Kedewasaan tidak dilihat dari segi usia, karena yang menjadikan tolak ukur sebuah kedewasaan adalah kemampuan untuk memiliki pola pikir yang matang.

Umur tidak menjadi patokan untuk mengetahui kedewasaan seseorang. Bisa jadi kamu akan bertemu dengan orang yang lebih muda dari kamu, namun pemikirannya lebih dewasa dibandingkan orang yang berusia 40 atau 50 tahun.

Kedewasaan tidak datang secara instan, tapi juga tidak bisa sekadar ditunggu begitu saja. Kamu harus melatih pola pikir dan sikap dewasa lewat berbagai proses kehidupan. Kuncinya adalah kemampuan dan keinginan untuk terus berproses memperbaiki diri menjadi lebih baik, dan open minded serta berkeinginan untuk belajar dalam setiap prosesnya.

Wednesday 30 June 2021

Kekuatan Sebuah Tulisan dan Ucapan

 


Ada ungkapan bahwa satu peluru bisa menembus satu kepala, tetapi satu tulisan bisa menembus ribuan bahkan jutaan kepala. Berapa banyak orang yang akhirnya patah semangat setelah membaca beberapa tulisan, atau sebaliknya berapa banyak orang yang akhirnya memiliki motivasi besar setelah mengikuti seminar ?

Hal ini tentu menjadi sebuah bukti bahwa tulisan dan ucapan memiliki kekuatan yang besar. Kemudian, dalam hal negatifnya juga banyak. Misalkan berapa banyak yang depresi karena membaca komentar negatif atas dirinya, atau berapa banyak yang menjadi minder karena ucapan seseorang dan seterusnya.

Sederhananya, berapa banyak orang yang akhirnya malas bertemu atau mengikuti sebuah acara karena selalu disindir, dianggap tidak mampu, tidak ada gunanya, dan seterusnya. Memang lidah tidak bertulang, tetapi sangat bisa membuat banyak orang tersakiti. 

Jadi sebuah renungan untuk kita semua, sudah berapa tulisan baik yang kita buat? sudah berapa ucapan yang membuat orang menjadi lebih baik yang kita ucapkan?

Jika masih sedikit maka, mari kita sama-sama merenung dan memikirkan benar-benar sebelum menulis atau mengucapkan sesuatu. 

Monday 7 June 2021

Mencicipi Rujak Kecut Banyuwangi

 


Ada yang bilang bahwa Banyuwangi adalah kota seribu rujak, karena disini rujak begitu banyak sekali macamnya seperti Rujak Wuni, Rujak Locok, Rujak Lethok, Rujak Kecut, Rujak Pecel, Rujak Cemplung, Rujak Singgul, Rujak Soto, Rujak Bakso dan rujak-rujak lainnya. 

Nah hari ini saya berkesempatan mencicipi Rujak Kecut khas Banyuwangi. Mendengar nama rujak kecut, siapapun pasti akan membayangkan dominan rasa asam dalam kuliner tersebut. Namun jangan salah, bila mencoba kuliner yang satu ini, aroma harum, segar, disertai rasa gurih, pedas, manis dan asam akan membuat ketagihan.

Menurut penjual rujak kecut di Desa Wisata Osing, masyarakat Osing bila sakit kepala obatnya cukup mengkonsumsi rujak kecut. "Wong dadi obat. Lak ngelu makan rujak kecut marek." kata nya.



Friday 4 June 2021

Tulisan saat di Bumi Blambangan

 


Jarum jam di tangan menunjukkan angka sembilan pagi. Hari itu saya mendapatkan tugas untuk berkunjung ke beberapa lokasi di ujung timur pulau Jawa. Tanah di desa Krajan, Sukojati, Kecamatan Kabat, Kabupaten Banyuwangi, masih basah karena diguyur hujan lokal sejak pagi. 

Laju mobil yang saya kendarai berjalan lambat karena harus menyusuri jalan sempit perkampungan. Dari kaca mobil, saya bisa memandang hamparan sawah di kanan dan kiri jalan.

Titik yang saya kunjungi hampir merata di seluruh Kabupaten Banyuwangi, mulai sisi utara, selatan, timur dan barat. Start saya mulai dari Rogojampi, sekitar 20 kilometer dari Kota Banyuwangi. Selanjutnya saya lanjutkan ke Cluring, Singojuruh, Genteng, Kalipuro, Muncar dan beberapa lokasi lainnya.

Dari beberapa lokasi tadi, yang paling berkesan saat berada di Muncar. Konon menurut salah satu warga yang saya ajak ngobrol ketika makan siang, Muncar adalah pusat kerajaan Blambangan yang dibangun VOC setelah kekalahan rakyat Blambangan dalam perang Puputan Bayu. Bisa disebut, di Muncar inilah periode Kerajaan Blambangan II yang bercorak Islam dimulai, dan merupakan ibu kota kerajaan terakhir sebelum akhirnya pindah ke Banyuwangi.

Di Muncar saya sempat mampir di Situs Umpak Songo, Desa Tembokrejo. Situs ini dipercaya sebagai bekas reruntuhan bagian kerajaan. Di dalam areal seluas setengah hektare itu terdapat 49 batu besar dengan sembilan batu di antaranya berlubang di tengah. Batu-batu yang tengahnya berlubang itu berfungsi sebagai umpak atau penyangga. Karena itulah, situs ini dinamakan Umpak Songo yang artinya sembilan penyangga.

VOC memindahkan ibu kota kerajaan ke wilayah ini karena letaknya yang berdekatan dengan Pelabuhan Muncar. VOC berkepentingan mengawasi Selat Bali dari kerajaan-kerajaan di Bali yang berusaha merebut Blambangan. Apalagi, kerajaan-kerajaan di Bali kerap memberi bantuan kepada Blambangan saat peperangan melawan VOC maupun kerajaan-kerajaan Islam sehingga Blambangan sulit terkalahkan.

Langkah lain, VOC akhirnya terpaksa bekerja sama dengan Mataram Islam untuk mengislamkan Blambangan sebagai upaya untuk memutus hubungan Blambangan dengan Bali. Islamisasi itu ditempuh dengan menempatkan orang-orang Mataram Islam untuk menjadi raja di Blambangan dengan harapan proses Islamisasi berlangsung cepat.

Jarum jam mulai menunjukkan pukul lima sore, sudah saat nya kembali ke penginapan. Saya merasa bersyukur dimana bisa mendapatkan sebuah pengetahuan tentang sejarah kerajaan Blambangan yang mana riwayatnya masih tetap lestari di masyarakat.

Wednesday 19 May 2021

Coretan tentang Gerbang Impian

 


Pernahkah kawan-kawan memiliki banyak keinginan, harapan, dan cita-cita?

Pernahkah kawan-kawan menuliskan hal-hal yang di impikan tercapai pada titik tertentu dalam hidup?

Pernahkah kawan-kawan mendapati bahwa sebagian impian tidak akan pernah menjadi kenyataan dan sebagian harapan mustahil untuk diwujudkan?

Saya pernah.

Saya memiliki banyak keinginan, banyak cita-cita. Dulu, saya rajin menuliskan setiap impian dan keinginan. Namun, suatu hari, saya mendapati bahwa apa yang saya impikan tidak bisa dicapai pada tenggat waktu yang sudah saya tentukan. 

Perasaan marah dan kecewa berkecamuk di dalam diri. Saya bertanya kepada Tuhan, mengapa Dia mengizinkan saya gagal mencapai apa yang saya inginkan. Saya tahu tak seharusnya saya mempertanyakan nya kepada Tuhan, tetapi saat itu kekecewaan begitu menguasai. Kondisi saya bisa dibilang sangat buruk.

Hingga pada suatu waktu, saya mendengar lagu yang berjudul Trust His Heart, yang berbunyi :

God is too wise, to be mistaken

God is too good, to be unkind

So when you don’t understand, when you don’t see His plan

When you can’t trace His hand

Trust His Heart

Dalam bahasa Indonesia kurang lebih berarti:

Allah begitu bijak, tak mungkin salah

Allah begitu baik, tak mungkin jahat

Saat kau tak mengerti, (saat kau) tak paham rencana-Nya,

(saat kau) tak melihat tangan-Nya,

Percaya hati-Nya.

Syair itu membuat saya merenungkan atas apa yang saya alami. Benar bahwa banyak impian saya  yang tidak menjadi kenyataan, namun saya telah melupakan sejumlah fakta yang penting. Saya lupa bahwa ada sesuatu yang selalu bekerja di balik layar. Saya lupa bahwa hidup yang saya jalani sekarang ini bukanlah milik saya sepenuhnya. Saya lupa bahwa meskipun saya memiliki pensil dan kertas, Allah memiliki alat tulis yang lengkap!

Kawan, tidaklah salah jika kita punya banyak impian dan keinginan. Tetapi, janganlah kita pernah lupa bahwa kita memiliki Allah yang berdaulat, yang memegang kendali atas segala sesuatu. Kita boleh saja memegang pensil dan menulis semua impian dan keinginan kita, tetapi ingatlah bahwa Allah memegang penghapusnya. 

Izinkan Dia menghapus keinginan-keinginan kita yang tidak benar dan menuliskan rencana-Nya yang lebih baik dalam hidup kita. Dan, perhatikanlah bagaimana Dia bekerja di balik layar hidup kita masing-masing.

Ketika kawan-kawan merasa keadaan di sekeliling tidak berjalan sesuai dengan keinginan, jangan takut! Allah, Sang Pencipta sedang dan akan terus bekerja menggenapi rencana-Nya di dalam dan melalui dirimu.

Tuesday 11 May 2021

Jangan Jadi Orang Yang Bermental Kepiting

 

Di Desa Mecajah, Tanjungbumi, Bangkalan, Madura, banyak sekali masyarakat yang bekerja menangkap kepiting di laut.

Ketika mereka mencari kepiting, pasti hasil yang didapatnya akan dimasukan ke dalam bak atau baskom.

Saya pernah bertanya kepada salah seorang penangkap kepiting itu, apakah tidak khawatir kalau kepitingnya akan keluar dari baskom karena tidak ditutup ? Beliau menjawab , ya sebenarnya khawatir juga, tapi kami tahu sifat kepiting. 

Wah menarik ini, ungkap saya. Memangnya seperti apa sifat kepiting itu pak ?

Beliau menjawab, "ketika ada temannya yang berusaha keluar dari baskom, maka teman-temannya yang lain akan berusaha menariknya kembali, begitulah seterusnya, hingga dari sekumpulan kepiting yang ditangkap itu tidak ada yang berhasil keluar."

Dari situ sebenarnya bisa ditarik sebuah pelajaran hidup, bahwa diantara kita mungkin sering seperti segerombolan kepiting itu. Ketika ada salah seorang teman kita yang mencoba untuk berhasil, kita sering dengki dengannya. Seolah-olah kita berharap dia tidak akan pernah bisa berhasil di dalam hidupnya.

Rasa dengki dalam diri ini haruslah kita buang, karena tidak ada manfaatnya bagi diri kita, itu hanya akan membuat diri kita tambah sakit melihat kenyataan teman kita jauh lebih baik dibanding kita.

Percayalah semua orang memiliki kesempatan dan peluangnya masing-masing, tentunya itu sesuai dengan proses hidup yang dialami nya.


Sunday 9 May 2021

Pentingnya Menanamkan Nilai Kejujuran

 


Sebagai orang tua, sudah tentu kita seringkali menanamkan nilai-nilai kebaikan kepada anak kita, salah satunya adalah kejujuran. Karena jika tidak jujur kepada orang lain, suatu saat kita akan diperlakukan serupa, bisa oleh siapa saja. Dan, sering dalam kasus yang tidak pernah di duga.

Ada sebuah kisah yang inspiratif yang bisa kita jadikan pelajaran. Di sebuah pulau kecil terdapat nelayan yang hidup bertetangga dengan seorang pedagang beras. Setiap hari nelayan tersebut membeli satu kilo beras di pedagang beras.

Sebaliknya pedagang beras membeli ikan di nelayan, keduanya saling melanggani.

Suatu hari, tukang beras menimbang apa betul ikan yang dibelinya persis satu kilo.

Ternyata, TIDAK.

Dengan marah, dia mengadukannya ke perangkat desa.

Si nelayan dipanggil, perangkat desa bertanya apa dia menggunakan ukuran tertentu dalam menjual ikan.

Sang nelayan menjawab : “Maaf pak perangkat, saya primitif, saya tidak memiliki alat. Tapi saya selalu memakai skala untuk menimbang berat.”

Lalu perangkat desa bertanya kembali : “Bagaimana Anda yakin ikan yang anda jual memang betul satu kilo?”

Nelayan tersebut menjelaskan: “Saya membeli sekilo beras darinya setiap hari. Dengan sebatang kayu, saya meletakkan beras di satu sisi, lalu menambahkan ikan di sisi lain sampai seimbang. Kalau ada seseorang yang salah menimbang, dia adalah tukang beras.”


Saturday 8 May 2021

Mainan Miniatur Kapal

 


"Nenek moyangku orang pelaut, gemar mengarung luas samudera."

Kita pasti pernah mendengar atau bahkan menyanyikan lagu ini kan? Indonesia adalah negara maritim, negara yang wilayahnya dikelilingi lautan. Dengan letak geografis yang seperti itu, sudah dipastikan lautan menjadi penghubung antar pulau nya.

Sebagian besar masyarakat Indonesia bermata pencaharian di lautan. Dan hal ini berlangsung sejak dahulu sampai sekarang. 

Saat mendarat di dermaga pulau Bawean, anak saya melihat beberapa kapal yang bersandar. Seperti biasa berbagai pertanyaan mulai dilontarkan kepada saya. Mulai dari kapal kok bisa terapung, apa saja jenis & macam kapal, serta berbagai pertanyaan lainnya. Sebagai orang tua saya mencoba menjawab pertanyaan- pertanyaan tersebut. 

Nah sesampainya dirumah, mata anak saya langsung tertuju pada miniatur kapal yang ada di atas almari. Dia meminta untuk diturunkan. Diamati beberapa saat, lalu dia teringat salah satu kapal yang ada di dermaga. Dan dia bilang ada kemiripan, ya memang itu adalah miniatur kapal ikan yang ada di dermaga.

Miniatur kapal ini konon sudah berusia 26 tahun. Dibeli almarhum mertua saat beliau masih hidup dan dirawat keluarga dengan baik sampai sekarang. 


Saturday 24 April 2021

Cerita tentang Makna Kebahagiaan

 


Suatu hari saya dan beberapa teman sedang menaiki perahu di perairan Pulau Halmahera. Kata teman saya, “Lihatlah kawan, air begitu penting dalam kehidupan ini, tanpa air kita semua akan mati.”

Pada saat yang bersamaan, sepertinya seekor ikan kecil mendengarkan percakapan kami dari bawah permukaan air, ia mendadak menjadi gelisah dan ingin tahu apakah air itu, yang katanya begitu penting dalam kehidupan ini. Ikan kecil itu berenang dari tengah sampai ke pinggir pantai sambil bertanya kepada setiap ikan yang ditemuinya, “Hai, tahukah kamu dimana air ? Aku telah mendengar percakapan manusia bahwa tanpa air kehidupan akan mati.”

Ternyata semua ikan tidak mengetahui dimana air itu, si ikan kecil semakin gelisah, lalu ia berenang menuju ke dasar laut untuk bertemu dengan ikan sepuh yang sudah berpengalaman, kepada ikan sepuh itu ikan kecil ini menanyakan hal serupa, “Dimanakah air ?”Jawab ikan sepuh, “Tak usah gelisah anakku, air itu telah mengelilingimu, sehingga kamu bahkan tidak menyadari kehadirannya. Memang benar, tanpa air kita akan mati.”

Apa arti cerita tersebut bagi kita ?Manusia kadang-kadang mengalami situasi seperti si ikan kecil, mencari kesana kemari tentang kehidupan dan kebahagiaan, padahal ia sedang menjalaninya, bahkan kebahagiaan sedang melingkupinya sampai-sampai dia tidak menyadarinya…..

Kehidupan dan kebahagiaan ada di sekeliling kita dan sedang kita jalani, selagi kita mau dan berupaya untuk memahaminya.

Walau apapun masalah yang datang melanda, walau besar ujian yang kita tempuh, maka hadapi lah semuanya dengan ketenangan dan Keikhlasan. Kerana hidup ini senantiasa ada manisnya, kadang-kadang pahit, selalunya suka, tiba-tiba menjadi duka. Oleh karena itu, hadapilah semuanya dengan senyuman! Moga tabah menghadapi segala dugaan, rintangan dan cabaran untuk manjadi "Logam yang berharga”.

Kehidupan dan kebahagiaan ada di sekeliling kita dan sedang kita jalani, sepanjang kita mau membuka diri dan pikiran kita dan selalu bersyukur atas nikmat yang ia berikan, karena saat untuk berbahagia adalah saat ini, saat untuk berbahagia dapat kita tentukan.

Sunday 11 April 2021

Sepeda Baru Untuk Putriku

 


Begitu cepatnya waktu berlalu, putri ku tumbuh dengan usia empat tahun, dia melihat teman sebayanya sudah banyak yang bisa naik sepeda. 

Ketika dia semangat untuk belajar naik sepeda, sepedanya sudah keburu rusak karena tidak pernah dipakai selama dua tahun, rantai berkarat, mur sadelnya kendor, ban rodanya robek karena jarang dipompa, wah pokoknya rusak yang tadinya sepeda itu baru. Dari segi ukuran juga sudah tidak sesuai lagi dengan putri ku, karena dulu belinya saat dia masih berusia dua tahun.

Dengan melihat semangat belajar sang anak, rasanya nggak tega kalau nggak bisa mengupayakan untuk membelikannya sepeda baru. Dan syukur alhamdulillah hari ini dia sudah mendapatkan sepeda baru nya. Terlihat pancaran kebahagiaan dari sorot mata nya saat sepeda baru tersebut sudah datang dan siap dipakai. 

Dengan semangat dia belajar naik sepeda, jatuh dan bangun sudah dia alami, dia tidak ambil pusing. Dan akhirnya putri ku sekarang sudah bisa naik sepeda dengan percaya diri karena rajin untuk berlatih.




Saturday 10 April 2021

Nikmatnya Kebersamaan

 


Makan adalah suatu kegiatan yang menyenangkan untuk orang yang tengah merasakan lapar. Makan adalah sebuah kebutuhan yang penting bagi makhluk hidup, khususnya manusia.

Namun pernahkah kalian merasa jika makan secara bersama-sama, maka makanan yang dimakan pun terasa lebih nikmat? 

Sebagai contoh, beberapa waktu lalu saluran drainase di lokasi tinggal kami mengalami penyumbatan, alhasil saat hujan tiba, ada rumah warga yang saluran pembuangannya tidak berfungsi dengan baik yang mengakibatkan air kembali masuk ke dalam rumah.

Untuk mengatasi hal tersebut, kami sepakat melakukan kerja bhakti dan selesai melakukan pekerjaan, kami pun makan bersama. Walaupun lauknya sangat sederhana, tapi rasanya menjadi sangat nikmat.

Dibalik itu semua, kami sangat sadar jika kebersamaan ini mempunyai arti yang sangat penting. Mengapa kebersamaan itu penting? Karena dengan kebersamaan kita bisa saling bertukar pengalaman hidup yang sangat berguna ketika menghadapi suatu masalah. Kebersamaan juga bisa untuk berbagi kebahagiaan dan kekonyolan bersama. Dengan selalu menjaga kebersamaan dengan orang-orang di sekitar kita, kita bisa mendapatkan arti hidup yang sebenarnya.




Monday 22 March 2021

Rindu Makanan Khas Pulau Bawean

 


Hampir tiga tahun ini saya belum pulang ke Pulau Bawean, tentunya ada beberapa alasan yang membuat saya dan keluarga melakukan hal ini. Sesekali terlintas kerinduan berbagai kuliner dari pulau ini. Karena keunikan rasa dan kelezatannya yang jarang saya jumpai di tempat lain.

Tidak heran kalau makanan khas Bawean rasanya enak, karena bahan yang digunakan kebanyakan dari ikan segar. Masyarakat disana setiap hari mengkonsumsi ikan. Berbagai jenis ikan diolah menjadi aneka masakan yang khas. Meski banyak sekali makanan berbahan ikan, namun anda juga bisa menemukan makanan khas Bawean dengan bahan lainnya.

Kuliner makanan Pulau Bawean belum terlalu banyak dieksplore, sehingga membuat kita sulit untuk menemukan informasi makanan khas Bawean.

Nah kebetulan ada keluarga besar yang layar ke Jawa dan membawa beberapa makanan khas Bawean, melalui tulisan ini saya akan mencoba mengenalkannya.

Makanan khas pertama yaitu koncok-koncok. Namanya unik sekali, membuat orang penasaran dengan makanan tersebut. Bahan dasar yang digunakan untuk membuat makanan koncok-koncok yaitu ikan laut, penyedap makanan, air, garam, daun pisang, tepung terigu, dan gula. Cara membuat koncok-koncok yaitu meghaluskan ikan laut terlebih dahulu, lalu dicampur dengan tepung terigu, air, garam, gula dan penyedap. Semua bahan diaduk hingga rata lalu dibentuk menjadi lonjong dan dibungkus menggunakan daun pisang.

Selesai dibungkus lalu adonan dikukus hingga matang, setelah matang koncok-koncok diiris tipis dan digoreng. Makanan sudah matang lalu siap dihidangkan dengan sambal khas Bawean atau saos sambal.

Makanan khas kedua adalah posot-posot, makanan ini adalah kerupuk yang bentuknya lonjong-lonjong. Terbuat dari ikan tongkol dan ikan tenggiri. Bahan ikan dihaluskan lalu diberi campuran tepung tapioka kemudian ditambahkan telur. Adonan posot-posot lalu dibentuk lonjong dan dikeringkan. Selesai dikeringkan kemudian digoreng hingga matang.

Makanan khas ketiga yaitu apel-apel, makanan ini terbuat dari ikan binggul yang diberi bumbu lalu dikeringkan kemudian digoreng. Bisa dimakan langsung atau juga bisa dengan sambal.

Sebenarnya masih banyak lagi makanan khas Bawean, namun untuk kali ini cukup dulu ya....nanti kita sambung pada tulisan lainnya.


Saturday 20 March 2021

Pengenalan Dunia Pendidikan kepada Anak sejak dini

 


Mengenalkan wawasan wiyata mandala kepada anak sejak dini akan sangat penting mengingat sekolah merupakan suatu wadah yang diyakini oleh banyak orang tua sebagai tempat penyedia jasa pendidikan yang akan membentuk dan mendidik anak sehingga begitu mereka lulus, anak-anak akan dapat memberikan manfaat bagi diri mereka sendiri, keluarga, dan terutama negara. 

Persiapan tidak hanya dari sisi finansial, dari sisi mental juga sangat penting karena akan mempermudah mereka untuk belajar dan beradaptasi di lingkungan baru, berkenalan dengan teman baru dan menjalani serangkaian aktivitas baru yang dirancang untuk pembelajaran dan pendidikan anak. 

Selain itu secara perlahan anak akan belajar mengenai hal-hal yang perlu mereka siapkan ketika mereka tumbuh, bahwa mereka harus lebih banyak mencari ilmu yang dipergunakan untuk mempermudah kehidupan mereka nantinya.

Budaya Sinoman di Lingkungan

 


Saya terlahir dari lingkungan pedesaan yang mana masih memegang adat istiadat Jawa. Bisa dikatakan, tradisi Jawa ini sangat lengkap dalam menyertai kehidupan sehari-hari. Dari kelahiran sampai kematian, semua tidak bisa dipisahkan dari tradisi. Di tengah perkembangan teknologi saat ini, masih ada tradisi Jawa yang masih dipertahankan sampai sekarang seperti Sinoman.

Sinoman merupakan wujud dari budaya Jawa yang paling mendasar, yaitu gotong royong. Walaupun identik dengan pernikahan sinoman sendiri juga dapat dijumpai pada event-event lain dalam tradisi masyarakat Jawa. 

Salah satunya adalah ketika ada sanak keluarga yang meninggal, maka para tetangga atau orang sekitar akan langsung bebondong-bondong ke rumah duka untuk membantu segala persiapan untuk pemakaman.

Sinoman secara tidak langsung mengajarkan kepada kita semua untuk bisa ikhlas dalam membantu sesama. Dari Sinoman, saya juga banyak belajar untuk bisa lebih dekat dengan tetangga. Memberikan semangat tanpa pamrih. Ya, seharusnya tradisi inilah yang harus selalu dipupuk oleh masyarakat. 



Friday 19 March 2021

Merayakan Ulang Tahun Anak


Merayakan ulang tahun anak adalah bagian interaksi antara orang tua dan anak, karena dengan hal itu hubungan keduanya dapat terjalin, termasuk apakah anak merasa disayangi, diperhatikan dan memperoleh dukungan yang cukup.

Hari ini tanggal 19 Maret 2021 genap berusia 13 tahun putra saya, walaupun tidak tinggal satu rumah karena harus menuntut ilmu di Pondok Pesantren, saya dan keluarga berusaha tetap memberikan perhatian dengan datang untuk memberikan ucapan selamat seperti yang kami lakukan sebelumnya saat dia masih di rumah.

Tidak perlu mewah dengan acara yang istimewa, cukup sederhana yang penting bermakna. 

Pesan dari kami untuk mu nak...."Belajarlah yang rajin dan tekun di Pesantren, harapan kami agar engkau bisa menjadi pembela Papa dan Mama di hari pengadilan Alloh kelak.

Selamat berjuang , Nak ! Dengarkan guru-gurumu, muliakan mereka. 

Seperti kau muliakan Papa dan Mamamu. Beliau-beliau adalah pengganti Papa dan Mamamu dirumah.

Sekali lagi selamat berproses, Nak ! Berbahagialah, tersenyumlah, kelak kau akan paham maksud Kami....."




Tuesday 16 March 2021

Tiga Tipe Manusia di Lingkungan Sosial

 


Dalam bergaul di lingkungan sosial kerap kali kita menjumpai berbagai tipe manusia. Setidaknya yang saya ketahui ada tiga tipe. Ada orang yang bertipe sebagai pengagum, yaitu mereka yang selalu kagum dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan. 

Ada juga yang bertipe pengamat, yaitu mereka yang diam dan hanya mengamati semua perubahan yang terjadi dalam kehidupan. 

Dan yang terakhir adalah tipe pelaku, tipe ini sangat jarang, hanya sedikit. Mereka sebagai pelaku dalam perubahan dan selalu mengupayakan sesuatu yang bermanfaat.

Lalu pertanyaannya, termasuk tipe yang manakah kita ? Saya yakin masing- masing dari kita yang mengetahui nya.

Sunday 14 March 2021

Balada Obrolan di Pos Kamling

 

Bapak-bapak warga RT 02 di poskamling tampak merembukkan suatu masalah. Mereka mengerutkan dahi masing-masing. Namun, ada satu orang yang tampak tidak memperhatikan. Rupanya ada yang lebih mengasyikkan daripada lumpia goreng, sepiring pisang rebus, dan gelas-gelas kopi di tengah mereka.

“Kita harus memikirkan drainase di tempat kita, karena ketika hujan deras rupanya sudah ada beberapa warga yang rumah nya kemasukan air,” ucap saya.

“Percuma dikeruk kalau tidak maksimal pak, kita harus selektif apabila memilih orang yang akan mengeruk saluran air kita", sahut Pak Joko.

“Ya, rencana hari sabtu ini kita bahas di rapat warga pak". Kata Pak Cipta, ketua RT 02 yang baru terpilih.

"Sampean hari sabtu ada acara pak ?" Tanya Mas Satya kepada saya. Lalu saya sampaikan insyaallah tidak ada acara pak.

Kami masih asyik mengobrol. Pak Kus asyik memainkan gadget nya. Pisang rebus seperti merengek meminta diperhatikan. Gelas-gelas masih penuh kopi, kecuali gelas Pak Dwi. Malam semakin tua, sementara tak satu pun dari kita berkeliling kampung untuk mengambil jimpitan. Suara kucing terdengar dari kejauhan. 

Sampai suara TV yang baru saja dihibahkan oleh Pak Cipta untuk Pos Kamling menampilkan Acara One Pride yang ternyata baru dipindah chanel nya oleh seseorang diantara kami.

Akhirnya Mas Satya dan Mas Irfan berangkat keliling kampung sambil mengambil uang jimpitan. Sementara nyamuk- nyamuk nakal terus berusaha mengganggu kami yang tertinggal di Pos RT 02.

Thursday 11 March 2021

Pentingnya Sebuah Identitas dan Merk Suatu Kota

 


Sekitar tahun 2010 yang lalu, saya pernah mendapat lokasi penugasan di Kota Tuban. Saat itu Tuban sangat terkenal dengan julukan "Tuban Kota Tuwak". Ketika mendengar kata tuwak yang terbayang adalah orang mabuk dan hal negatif lainnya. 

Kemudian pada perkembangannya Tuban berupaya menghapus image negatif yang melekat pada julukan “Kota Tuwak”. Julukan tersebut dianggap bertentangan dengan fakta sejarah proses perjalanan panjang Kabupaten Tuban yang syarat dengan nilai spiritual, estetika dan religius, salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk menghapus image tersebut adalah dengan ditetapkannya motto “Tuban Bumi Wali”.

Dari hal diatas bisa kita lihat bahwa pemerintah bisa melihat pentingnya merk suatu daerah. Sayangnya, jika kita amati dengan detil, banyak pengelola kota yang kurang tepat dalam memahami pentingnya merk ini. Banyak pengelola kota menghadirkan beragam icon di kota-kota tanpa mempertimbangkan aspek-aspek dari merk tersebut. 

Kesadaran menghadirkan icon dan symbol itu bahkan lebih banyak yang sekedar copy paste dari tempat lain. Sehingga, karena munculnya tidak dari hasil olahan pikiran, diskusi yang mendalam, serta kesadaran kritis atas persoalan yang ingin dicitrakan, maka icon-icon tersebut hanya menjadi pajangan tempat menghiasi bingkai photo seseorang. Sementara nilai tambah dari icon tersebut masih jauh, apalagi berdampak langsung pada ekonomi wilayah.

Merk adalah sekumpulan nilai-nilai yang nyawanya adalah seluruh tindakan, komitmen, visi, dan integritas. Semua itu dikumpulkan secara simple pada sebuah produk antropologis yang ditancapkan kepada siapapun yang mengetahuinya.

Tidak terkecuali untuk kota atau wilayah. Merk menjadi demikian penting karena didalamnya akan dihimpun beragama citra positif yang ditanamkan, ditumbuhkan, dirawat, dan kemudian didiasporakan kepada berbagai pihak. Sehingga citra yang ditampilkan akan mewakili kualitas dari kota atau wilayah tersebut.


Saturday 27 February 2021

Adanya Masalah Dalam Hidup Ini

 


Beberapa waktu yang lalu ada kawan yang berdiskusi dengan saya, dia bilang kenapa saya sering dirundung masalah...? Kenapa ada kawan yang hidupnya tenang- tenang saja.

Saya sampaikan begini, bro....setiap orang yang hidup pasti mempunyai masalah, hanya saja cara menyikapinya yang berbeda-beda. Justru dengan adanya masalah sama hal nya kita mengizinkan Tuhan datang dalam hidup kita. 

Naluri kita secara otomatis akan membuat kita terus bergerak aktif untuk mencari cara mengatasi masalah tersebut. Di saat-saat seperti itu, kita akan mempunyai banyak waktu untuk mengingat Tuhan dan berdoa kepadaNya.

Terkait hal ini, saya teringat cerita dari para nelayan jepang saat menangkap ikan salmon dan membawanya sampai ke daratan. 

"Di Jepang, salah satu jenis ikan yang sering diolah menjadi makanan adalah ikan salmon. Ikan salmon akan terasa jauh lebih segar dan lezat apabila saat hendak diolah menjadi masakan, ikan ini masih dalam kondisi hidup.

Itulah sebabnya para nelayan selalu memasukkan ikan salmon hasil tangkapannya ke dalam kolam buatan agar di dalam perjalanan menuju daratan, ikan salmon tersebut dapat tetap bertahan hidup.

Meski demikian, banyak ikan salmon yang mati di dalam kolam buatan itu. Lalu, para nelayan mencari cara untuk menyiasati agar ikan salmon di dalam kolam buatan tersebut bisa bertahan hidup.

Mereka mencoba memasukkan seekor ikan hiu kecil ke dalam kolam buatan itu. Ajaibnya, hiu kecil itu berhasil membuat ikan-ikan salmon di dalam kolam yang sama terus bergerak. Karena risikonya jika tidak bergerak, ikan salmon itu akan dimangsa oleh hiu kecil. Akibatnya, jumlah ikan salmon yang mati semakin berkurang".

Diam membuat kita mati dan bergerak membuat kita hidup. Apa yang membuat kita diam? Ketika tidak ada masalah dalam hidup kita.

Ini bukan berarti kita harus mencari masalah dalam hidup ini. Namun, kita justru cenderung menjadi lengah dan terlena dalam situasi seperti itu. Begitu terlenanya sehingga kita tak sadar kita sudah “mati” secara perlahan.

Lalu, apa yang membuat kita “hidup dan terus bergerak” seperti ikan salmon dalam kisah tadi? Masalah, termasuk di dalamnya tekanan hidup.

Tetap semangat....💪💪


Thursday 18 February 2021

Renungan Bertambahnya Usia

 


Hari ini telah bertambah usiaku. Ucapan selamat ulang tahun banyak kuterima, baik di sosial media maupun di dunia nyata, datang dari keluarga, sahabat, rekan kerja dan saudara. Mereka mendoakan agar umurku berkah, diberikan kesehatan serta banyak rezeki. Hal tersebut merupakan kado terindah yang aku dapatkan.

Terbersit di hati sebuah makna usia. Hari demi hari, waktu berlari tanpa henti, bahkan tanpa kompromi meninggalkanku. Kontrak hidupku di dunia ini berkurang satu tahun. Artinya, bahwa aku hidup tinggal sebentar lagi dan semakin dekat dengan kematian. Oleh sebab itu, aku harus bisa mengartikan "ulang tahun" dengan benar dan tepat dengan memberikan pertanyaan kepada diri tentang berapa banyak yang sudah aku berikan untuk melakukan hal terbaik buat Allah SWT, keluarga, saudara, teman dan lingkunganku.

Hidup ini sebuah misteri dan penuh rahasia. Manusia memiliki keterbatasan dalam memaknai hidup. Pada umumnya, manusia tidak mengetahui banyak hal tentang sesuatu, yang mereka tahu hanyalah tentang yang nampak saja. Tidak ada seorangpun yang tahu berapa lama ia akan hidup, di mana ia akan mati, dalam keadaan apa ia akan mati, dan dengan cara apa ia akan mati. Sebagian manusia menyangka bahwa hidup ini hanya satu kali dan setelah itu mati ditelan bumi. Mereka meragukan dan tidak percaya bahwa mereka akan dibangkitkan kembali setelah mati.

Disinilah letaknya kita harus merenung. Usia yang bertambah, pastilah memiliki makna besar. Apa makna bertambahnya usia ini bagi kehidupan? Sebuah pencapaian prestasi? Sebuah gambar masa depan? Sebuah refleksi kehidupan? Semua adalah sebuah perjalanan panjang dari proses hidup. Sebuah upaya berlanjut dari hidup menuju mati, menuju alam abadi. Tujuan hidup makin dekat digapai. Tujuan yang mana? Tujuan yang hakiki, sebuah fase dengan dimensi berbeda. Kembali ke awal, kembali dari titik nol. Yaitu kematian. Kehidupan adalah perjalananan menuju kematian. Tidak ada sebenarnya ulang tahun bertambah umur, yang ada hanyalah usia yang semakin berkurang. 

Wahai diri, janganlah engkau bangga jikalau diberi waktu panjang di dunia. Karena waktu adalah pedang, jika engkau tidak menggunakannya, maka ia yang malah akan menebasmu. Dan dirimu jika tidak tersibukkan dalam kebaikan, pasti akan tersibukkan dalam hal yang sia-sia. Kelak engkau akan ditanya , dimana waktu yang engkau habiskan.

Tuesday 16 February 2021

3 Tempat Yang Penuh Pembelajaran

 


Sekitar tahun 2017 yang lalu, saya pernah berkunjung ke Nusakambangan, sebuah pulau penjara yang dikenal sejak masa kolonial Belanda. Penjahat kelas berat dibui di pulau tersebut. Reputasi sebagai penjara superketat memang sudah melekat sejak lama.

Saya datang kesana, semata-mata hanya ingin mengetahui suasana di pulau tersebut. Dan saat kembali menyeberang ke Cilacap. Saya bisa mengambil hikmah bahwa di dalam penjara saya melihat kebebasan adalah hal yang sangat berharga.

Di lain waktu saya sempat menjenguk teman yang sedang sakit di Rumah Sakit. Sepulang dari sana, saya menyadari bahwa tidak ada yang lebih indah daripada kesehatan.

Ketika ada tetangga atau kerabat yang meninggal, kita datang untuk takziah lalu mengantarkan jenazah sampai ke pemakaman. Disitu, kita akan memahami bahwa hidup ini tidak berarti apa-apa. Karena, tanah yang kita pijak hari ini akan menjadi atap kita di esok hari.

Untuk memahami kehidupan yang sedang kita jalani, sesekali kita perlu berkunjung ke 3 lokasi yang saya sebutkan diatas, yaitu :

1. Penjara

2. Rumah Sakit

3. Lokasi Pemakaman

Untuk itu, selagi kita masih diberi waktu dan kesempatan, perbanyaklah berbuat baik, jujur dalam berkata, jangan suka menyakiti dan jangan suka menghina orang lain. Hendaklah selalu bersyukur apapun keadaan kita.

Selalu rukun dengan keluarga, teman dan tetangga, karena kita tidak tahu kapan kita akan kembali kepada Nya.


Saturday 6 February 2021

Apa yang terjadi...terjadilah....

 


Hari ini saya menemukan secarik kertas yang bertuliskan "What goes around comes around" yang artinya "Apa yang terjadi maka terjadilah". Sontak saya teringat peristiwa saat masih kecil dulu, saya sering ditanya, besuk kalau sudah besar pingin jadi apa ? Atau sebaliknya saya juga kerap kali bertanya kepada teman-teman besuk kalau sudah besar pingin jadi apa? 

Saat ini mungkin kita sudah bisa merasakan apakah keinginan kita dulu sudah sesuai dengan kondisi yang kita alami sekarang. Atau predikat yang kita capai saat ini sudah sesuai dengan yang kita cita-cita kan dulu.

Mimpi, angan dan harapan yang kita upayakan akan tergenggam, tapi pada akhirnya "yang terjadi, terjadilah..."

Manusia pada akhirnya akan kembali kepada segala ketentuan yang telah di kehendaki-Nya. Bagaimanapun upaya yang di lakukan, di usahakan, di ikhtiarkan pada akhirnya akan kembali kepada keputusan-Nya...itulah kehendak takdir.

Melalui kekuatan doa dengan di imbangi upaya yang di lakukan kita memiliki berjuta harapan kepada Tuhan semesta alam dengan melalui proses serta peperangan yang akan kita hadapi, dan satu hal lagi bermimpilah...teruslah bermimpi selama mimpi itu masih bisa dilakukan, karena buat saya mimpi adalah motivasi dan cambuk serta mantra yang memiliki unsur kekuatan menuju tercapainya suatu keinginan.

Benar adanya masa depan tidak untuk di lihat, karena sesungguhnya kita sedikitpun tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan kelak, kita hanyalah mampu merancang dan memimpikannya, hanya Allah lah yang mengetahui apa yang akan terjadi di masa depan kelak, semua nya sudah di atur dan di tuliskan-Nya sesuai dengan kehendak-Nya.

Tetapi kita bisa memegang janji Allah bahwa ada masa depan untuk kita, dan rancangan-Nya adalah kebaikan semata-mata. Kita tidak perlu bersusah-susah untuk mencari tahu masa depan kita, apa yang akan terjadi nanti, karena hanya Allah lah  yang tahu secara persis masa depan kita.

Wednesday 3 February 2021

Hikmah dibalik "Nasi yang sudah menjadi bubur"


Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita dihadapkan pada suatu permasalahan. Dan tak jarang, jika kita salah langkah dalam mencari jalan keluarnya. Harusnya mengambil kebijakan A tapi justru tergesa-gesa dan tidak berfikir panjang lantas memilih jalan B yang membuatnya semakin runyam. Ibarat "Nasi telah menjadi bubur".

Dalam dunia kuliner ketika nasi sudah menjadi bubur tugas kita adalah menabur garam, meracik bumbu dan menghiasinya, bukan menyesali dan menyalahkan diri sendiri.

Nasi yang terlanjur menjadi bubur tersebut akan tetap enak dan semakin nikmat ketika setiap dari kita dapat ikhlas menerimanya. Biarlah nasi menjadi bubur, tidak ada salahnya. Memang itu proses yang harus dilaluinya. Mungkin dengan seperti itulah cara Sang Khalik memberikan hikmah di balik setiap permasalahan. Tidak akan sekali pun Dia menjatuhkan umatnya. Toh masalah tak jarang kita juga yang menciptakan, akibat dari keusilan dan kesombongan dari kita sebagai manusia.

Ketika telah terjadi seperti itu, justru kita akan menjadi lebih kreatif. Memutar otak dan tidak jarang akan menemukan ide cemerlang, mencoba dan terus mencoba sampai akhirnya menemukan jalan pintas yang mengagumkan, bisa jadi membuat semesta melongo bertanya-tanya.

Intinya adalah, bagaimana kita bisa menerima, mengelola, dan mengemas dari setiap masalah menjadi suatu rasa syukur dan menikmatinya. Bukan berlari dan menghindar dari setiap masalah.

Dalam mengelola permasalahan, terkadang kita juga membutuhkan masukan yang bermanfaat dari kerabat, sahabat dan orang-orang terdekat untuk menghindari jalan buntu yang akan semakin membuat pusing. Tujuannya adalah untuk berbagi, barangkali mereka sudah lebih berpengalaman. 

Jadi, saat kita diterpa oleh sesosok yang bernama masalah, tenangkanlah hati, jernihkanlah pikiran, carilah jalan keluar yang terbaik.


Tuesday 2 February 2021

Berlatih Menjadi Jiwa Yang Ikhlas

 


Manusia itu terkadang aneh. 

"Saat musim kemarau merindukan​ musim hujan. Saat musim hujan merindukan​ musim kemarau".

"Saat masih bujangan, pengen punya is​tri. Begitu sudah dapat istri, pengen seperti bujangan".

"Diam di rumah merindukan​ bepergian. Setelah bepergian merindukan​ rumah".

"Ketika masih jadi karyawan ingin jadi Entreprene​ur supaya punya kebebasan waktu. Begitu jadi Entreprene​ur ingin jadi karyawan, biar tidak pusing".

"Yang berkulit putih mengagumi yang hitam. Yang berkulit hitam mengagumi yang putih".

"Waktu tenang mencari keramaian. Waktu ramai mencari ketenangan​".

​"Punya anak satu mendambaka​n banyak anak. Punya banyak anak mendambaka​n satu anak saja".

Kita tidak pernah bahagia sebab segala sesuatu tampak indah hanya sebelum dimiliki. Namun setelah dimiliki tak indah lagi.

Kapankah kebahagiaa​n akan didapatkan​ kalau kita hanya selalu memikirkan​ apa yang belum ada, namun mengabaika​n apa yang sudah dimiliki tanpa rasa syukur ?

Semoga kita menjadi pribadi yang senantiasa bersyukur dengan berkah yang sudah kita miliki.

Jangan menutup mata kita, walaupun hanya dengan daun kecil.

Jangan menutupi hati kita, walaupun hanya dengan sebuah pikiran negatif. Bila hati kita tertutup, tertutuplah semua.

Syukuri apa yang ada, karena hidup adalah anugerah bagi jiwa-jiwa yang ikhlas.

Sunday 31 January 2021

Mencoba Untuk Merenung

 


Sebagai manusia kita dianugerahi pikiran. Berhari-hari kita disibukkan dengan berbagai hal. Dan tak jarang jika kesibukan kita tersebut banyak menguras energi dan pikiran. Sadarkah kita bahwa selain tubuh, pikiran juga membutuhkan istirahat.

Sediakan beberapa menit dalam sehari untuk melakukan perenungan. Lakukan di pagi hari yang tenang, segera setelah bangun tidur. Atau di malam hari sesaat sebelum beranjak tidur.

Konon nenek moyang kita dulu juga melakukan hal ini. Ada yang dilakukan di goa, di hutan dan tempat khusus lainnya. Kalau kita saat ini tidak harus ditempat khusus, cukup dikamar atau diruangan yang memungkinkan untuk melakukan hal ini.

Merenunglah dalam keheningan. Jangan gunakan pikiran untuk mencari berbagai jawaban. Dalam perenungan kita tidak mencari jawaban. Cukup berteman dengan ketenangan maka kita akan mendapatkan kejernihan pikiran. Jawaban berasal dari pikiran kita yang bening. 

Tidak cukup hanya dengan tidur. Kita perlu tidur dalam keadaan terbangun. Merenunglah dan dapatkan ketentraman batin.

Pikiran yang digunakan itu bagaikan air sabun yang diaduk dalam sebuah gelas kaca. Semakin banyak sabun yang tercampur semakin keruh air. Semakin cepat kita mengaduk semakin kencang pusaran.

Merenung adalah menghentikan adukan. Dan membiarkan air berputar perlahan. Perhatikan partikel sabun turun satu persatu, menyentuh dasar gelas.

Benar-benar perlahan. Tanpa suara. Bahkan kita mampu mendengar luruhnya partikel sabun. Kini kita mendapatkan air jernih tersisa di permukaan. Bukankah air yang jernih mampu meneruskan cahaya. Demikian halnya dengan pikiran kita yang bening.

Saturday 30 January 2021

Ketika Alam Ingin Bercanda Dengan Kita

 


Suatu ketika saya mendapat tugas untuk melakukan kunjungan ke Pulau Muna, karena waktu yang diberikan cukup singkat. Maka bergegaslah saya berangkat dari Hotel di Baubau menyeberang ke Raha. Saat sampai di pelabuhan Raha saya menuju lokasi yang sudah ditentukan.

Karena terburu-buru saya lupa membawa jas hujan. Alhasil saya pun berbasah kuyup kedinginan saat perjalanan.

Keesokan harinya saya berencana menyeberang ke Desa Terapung Tapitapi. Dengan berbekal pengalaman sebelumnya, segala sesuatu nya pun saya siapkan, termasuk jas hujan. Ternyata panas dan terik datang membakar hari. Sebalkah?

Dilain waktu saya pernah terburu-buru mengejar waktu, tetapi perjalanan malah tersendat, seolah membiarkan saya terlambat. Namun, ketika saya ingin melaju dengan tenang, pengendara lain malah membunyikan klakson agar saya mempercepat langkah. Sebalkah?

Mengapa keadaan seringkali tidak bersahabat? Mereka seakan meledek, mengecoh, bahkan tertawa terbahak-bahak. Inikah yang disebut dengan “ketidakmujuran”?

Sadari saja, itu adalah cara alam ingin bercanda dengan kita. Itulah cara alam mengajak kita tersenyum, menertawakan diri kita sendiri, dan bergurau secara nyata. Kejengkelan itu muncul karena kita tak mencoba bersahabat dengan keadaan. Kita hanya mementingkan diri sendiri.

Kita lupa bahwa jika toh keinginan kita tidak tercapai, tak ada salahnya kita menyambutnya dengan senyum, meski secara kecut, tak apalah.....☺️👍👍


Friday 29 January 2021

Racun Pikiran

 


Sekitar 5 bulan yang lalu tepatnya bulan Agustus 2020, kami bersama beberapa warga sedang menginisiasi sebuah pembangunan lingkungan berupa proyek pembuatan pagar perumahan, diperkirakan nilai proyeknya memakan dana puluhan juta rupiah. 

Singkat cerita kami segera melakukan koordinasi dengan seluruh perangkat lingkungan dan tokoh masyarakat. Alhasil proyek pembangunan disepakati untuk dijalankan dan dibentuk sebuah kepanitiaan. 

Ditengah perjalanan ternyata pengumpulan dana tidak semulus perkiraan. Karena ini proyek sosial, banyak diantara orang-orang yang menyangsikan keberhasilan proyek tersebut. Alasannya adalah saat ini masa pandemi dimana ekonomi sulit, bagaimana mungkin bisa mengumpulkan dana sebanyak itu. Ada juga yang menganggap hal ini tidak mungkin bisa dijalankan karena anggaran nya terkesan ngawur dan asal tulis saja, tidak mungkin pembuatan pagar dengan panjang hampir 200 meter bisa dibangun dengan dana puluhan juta. Belum lagi dihadapkan persoalan lain, siapa nanti pekerja yang mengerjakan, tidak akan ada orang yang mau membantu dan masih banyak lagi hal teknis yang kami hadapi.

Dengan berbekal kemauan yang kuat, transparasi pelaporan keuangan, dukungan dari beberapa orang dan atas ijin Allah SWT. Kami terus bekerja untuk mewujudkan keinginan untuk membangun pagar tersebut. Saat ini sudah berjalan hampir 5 bulan. Dan syukur alhamdulillah pembangunan tersebut sudah bisa direalisasikan dengan nilai proyek yang sudah dikeluarkan sebesar Rp 109.000.000. Sebuah pencapaian yang diluar perkiraan awal. Saat ini pagar sudah berdiri kokoh dan sudah bisa diambil manfaat nya.

Dari sepenggal cerita diatas saya ingin memberikan sebuah ulasan bahwa pikiran kita sesungguhnya memiliki kemampuan yg luar biasa. Tetapi seringkali diracuni oleh hal-hal negatif yang masuk dari luar diri kita sehingga melemahkan pikiran kita. Dalam hal ini, kata-kata seperti: “Tidak mungkin”, “Sangat sulit”, “Mustahil”, “Tidak ada harapan”, “Tidak akan bisa”, dan lainnya adalah racun pikiran yang bisa menciptakan mental block, yang akan membatasi & melemahkan kemampuan pikiran kita.

Oleh karena itu, buang jauh-jauh kata-kata terlarang itu jika mau sukses. Jadilah pribadi yang positif, yang harapannya tinggi dan kekecewaannya pendek. Itu yang akan menghebatkan.


Thursday 28 January 2021

Belajar Menyederhanakan Persoalan Hidup

 


Selama masa pandemi ini kita dituntut untuk menyesuaikan segala hal, baik itu terkait kebiasaan-kebiasaan kita, urusan pekerjaan kita, urusan sosial kita dan masih banyak lagi. Tentunya hal tersebut berpotensi menimbulkan banyak masalah. 

Sebenarnya yang membuat rumit masalah itu adalah diri kita sendiri. Pikiran rumit karena ia belum mencapai pada pembelajaran hidup, bagaimana berpikir logis. Perasaan menjadi rumit, karena mengundang terlalu banyak persoalan yang tak selayaknya dirasa-rasakan. 

Hidup ini begitu sederhana, jika mengerti cara menikmatinya, tanpa harus mengada-ada dan membiasakan meletakan masalah pada tempatnya. 

Pada suatu malam, kami sempat mendiskusikan hal ini bersama beberapa orang sahabat. Sebagai contoh kita tak mungkin bisa mengendalikan jalannya semesta raya. Pikiran dan perasaan orang lain itu di luar jangkauan, kita hanya bisa menciptakan kesan tentang diri kita pada orang. Soal penilaian, itu hak pribadi orang. Tugas kita di dunia hanya menanamkan kebaikan dan berbuat baik. Adapun ketika kita masih diperbincangkan juga di belakang, biar saja, itu bukan urusan kita. Biarkan saja mereka diurus oleh Tuhan..!

Kompleksitas pikiran manusia seperti gerobak, manusia itu seringkali membawa-bawa "sampah informasi" ke mana-mana. Sampah itu ada di dalam pikiran dan perasaan. "Sampah" yang  diseret-seret ke manapun ia pergi. Semua masalah yang bukan urusan dirinya dimasukan tanpa filter. Baik soal-soal di masa lalu, dan masa sekarang. Seolah semua masalah orang adalah masalah dirinya. 

Lucunya, sebegitu banyak masalah hidup yang harus ia selesaikan dan dihadapi, alih-alih menyelesaikan masalah-masalah pribadinya, ia masih "rakus" memata-matai hidup orang lain di sekitarnya. 

Mereka memasukkan berita remeh-temeh, gosip-gosip yang bertebaran baik di jejaring sosial maupun di lingkungan ke dalam pikirannya. Apa yang menarik dari urusan pribadi orang, bukankah kita juga sudah sedemikian rumit dengan hidup kita sendiri yang belum memberi manfaat bagi sesama dan meninggalkan jejak bagi kehidupan ini? 

Manusia ini makhluk yang "kreatif", terkadang, sering mengundang kerumitan-kerumitan dalam pikiran dan perasaannya sendiri. Padahal, kita memiliki naskah hidup sendiri-sendiri yang harus dimainkan. Kurang elok dipandang  jika menjadi juri atas hidup orang lain. 

Mungkin benar kata-kata dari Socrates, "Bahagia itu sederhana, termasuk di dalamnya menyederhanakan urusan-urusan dalam hidup".


Tuesday 26 January 2021

Obrolan ringan saat di kolam renang

 


Saat saya duduk di kolam renang sebuah hotel, ada seseorang yang mendekati saya, dia memperkenalkan diri dan mengajak ngobrol. Dari pembicaraan singkat yang kami lakukan ternyata dia adalah tamu hotel yang sedang menunggu anaknya berenang.

Entah karena kesamaan situasi dimana kami sama-sama berada di lokasi yang sama membuat kami menjadi akrab. Seseorang tersebut banyak menceritakan kisah hidupnya kepada saya. Diantaranya bahwa menjadi orang itu sebaiknya seperti air bukan seperti besi. 

Cerita yang disampaikan begini, ada dua buah benda yang bersahabat karib yaitu besi dan air. Besi seringkali berbangga akan dirinya sendiri. Ia sering menyombong kepada sahabatnya : “lihat ini aku, aku kuat dan keras, aku tidak seperti kamu yang lemah dan lunak.” Air hanya diam saja mendengar tingkah sahabatnya.

Suatu hari besi menantang air berlomba untuk menenembus suatu gua dan mengatasi segala rintangan yang ada di sana. Aturannya : “barang siapa dapat melewati gua itu dengan selamat tanpa terluka maka ia dinyatakan menang.”

Rintangan pertama mereka ialah mereka harus melalui penjaga gua itu yaitu batu-batu yang keras dan tajam. Besi mulai menunjukkan kekuatannya, ia menabrakkan dirinya ke batu-batu itu. Tetapi karena kekerasannya, batu-batuan itu mulai runtuh menyerangnya dan besipun banyak terluka disana sini karena melawan batu-batuan itu.

Air melakukan tugasnya, ia menetes sedikit demi sedikit untuk melawan bebatuan itu, ia dengan lembut mengikis bebatuan itu sehingga bebatuan lainnya tidak terganggu, ia hanya melubangi seperlunya saja untuk lewat tetapi tidak merusak yang lainnya.

Score air dan besi 1:0 untuk rintangan ini atas kemenangan air.

Rintangan kedua mereka ialah mereka harus melalui berbagai celah sempit untuk tiba di dasar gua.

Besi mengubah dirinya menjadi mata bor yang kuat dan ia mulai berputar untuk menembus celah-celah itu. Tetapi celah-celah itu cukup sulit untuk ditembus, semakin keras ia memutar memang celah itu semakin hancur tetapi ia pun juga semakin terluka.

Air dengan santainya merubah dirinya mengikuti bentuk celah-celah itu. Ia mengalir santai dan karena bentuknya yang bisa berubah ia bisa dengan leluasa tanpa terluka mengalir melalui celah-celah itu.

Score air dan besi 2:0.

Rintangan ketiga ialah mereka harus dapat melewati suatu lembah dan tiba di luar gua.

Besi kesulitan mengatasi rintangan ini, ia tidak tahu harus berbuat apa, dan akhirnya ia berkata kepada air : “Score kita 2:0, aku akan mengakui kehebatanmu jika engkau dapat melalui rintangan terakhir ini!”.

Airpun segera menggenang sebenarnya ia pun kesulitan mengatasi rintangan ini, tetapi kemudian air membiarkan sang matahari membantunya untuk menguap. Ia terbang dengan ringan menjadi awan, kemudian dengan bantuan angin yang meniupnya keseberang dan mengembunkannya maka air turun sebagai hujan.

Air menang telak atas besi dengan score 3:0.

Pelajaran yang kita dapatkan dari sini, jadikanlah hidupmu seperti air. Air dapat memperoleh sesuatu dengan kelembutannya tanpa merusak dan mengacaukan karena dengan sedikit demi sedikit ia bergerak tetapi ia dapat menembus bebatuan yang keras.

Ingat, hati seseorang hanya dapat dibuka dengan kelembutan dan kasih, bukan dengan paksaan dan kekerasan. Kekerasan hanya menimbulkan dendam dan paksaan hanya menimbulkan keinginan untuk membela diri.

Air selalu merubah bentuknya sesuai dengan lingkungannya, ia fleksibel dan tidak kaku karena itu ia dapat diterima oleh lingkungannya. Dan sekalipun air mengalami suatu kemustahilan untuk mengatasi masalahnya, ia tidak mengandalkan kekuatannya sendiri. Sehingga ia mengalami mujizat, dan dikaruniakan kemampuan untuk merubah dirinya menjadi uap.


Tulisan saat berkunjung ke Trenggalek

 

Kemana pun destinasi yang dituju, setiap perjalanan tentu memiliki makna. Biasanya kita mengemas makna perjalanan dalam bentuk foto yang akan selalu menjadi kenangan setelah pulang. Selain foto, makna perjalanan juga bisa dituangkan ke dalam bentuk tulisan. Gak hanya menjadi kenangan untuk diingat tapi juga bisa jadi sumber inspirasi bagi orang lain.

Saat berkunjung ke kota Gaplek Trenggalek, saya bertemu dengan beberapa orang. Salah satunya adalah Mbah Mirah. Beliau adalah warga asli Trenggalek yang tinggal di lereng perbukitan di daerah Bendungan.

Keseharian beliau menanam ketela untuk dibuat gaplek. Seperti sudah banyak diketahui, letak geografis daerah Bendungan yang berada di perbukitan dataran tinggi sehingga lahan persawahan cenderung lebih sempit dibandingkan dengan luas daerah secara keseluruhan. 

Adapun sebagian warga ada yang berusaha menanam padi Lahan kering atau dalam istilah lokal dikenal "gogo", tidak diperoleh hasil yang memuaskan dikarenakan luas lahan mereka yang tidak terlalu luas dan sudah ada tanaman lain atau sistem tumpang sari. Sehingga untuk mencukupi kebutuhan beras, warga masyarakat banyak yang mengandalkan belanja dari toko. Hal tersebut tentunya cukup membebani warga masyarakat mengingat banyak warga yang hidup dibawah garis kemiskinan dan juga disebabkan pula minimnya lapangan pekerjaan. 

Adalah pohon ketela atau pohon singkong, pohon ini dapat tumbuh subur di daerah Bendungan bahkan dilahan yang sudah digunakan sistem tumpang sari sekalipun. Hampir setiap pekarangan warga masyarakat terdapat tanaman ubi ketela atau singkong tersebut. 

Hal ini dilakukan untuk mencari alternatif makanan pokok pengganti beras karena singkong sendiri dapat diolah menjadi nasi thiwul. Masa panen singkong sendiri setelah masa tanam berkisar sembilan atau sepuluh bulan. Untuk mengolah singkong menjadi nasi thiwul yang siap saji dibutuhkan proses pengolahan yang cukup panjang. Setelah Ketela dikupas, ketela tersebut kemudian dijemur kurang lebih selama 5 hari. Kemudian ketela yang sudah kering atau yang lebih dikenal dengan sebutan gaplek tersebut dicuci bersih lalu ditumbuk halus menjadi tepung. Setelah ketela kering tersebut berubah menjadi tepung, untuk membuat nasi thiwul masih harus melewati proses pembentukan bulir atau dalam istilah warga lokal dikenal dengan sebutan nginthil. Setelah proses penginthilan selesai kemudian bulir tepung tersebut di tanak yang membutuhkan waktu sekitar 45 menit. Barulah nasi thiwul tersebut dapat dihidangakan. Nasi thiwul itu sendiri sangat cocok dihidangkan dengan lauk ikan asin, bothok dan sambal. Berdasarkan cerita para sesepuh warga daerah Bendungan, nasi thiwul sudah ada sejak zaman dahulu kala, bahkan dahulu warga masyarakat hanya mengkonsumsi nasi thiwul saja tanpa nasi putih, mengingat minimnya lahan persawahan masyarakat dan rendahnya daya beli masyarakat terhadap beras yang dijual di toko- toko. 

Kurang lebih seperti itu pengalaman saya saat berkunjung ke Trenggalek kota Gaplek.