Wednesday 16 April 2014

Nasi Grombyang Khas Pemalang



Beberapa waktu yang lalu saya sempat mengunjungi salah satu Kabupaten di Propinsi Jawa Tengah. Nama Kabupatennya yaitu Pemalang. Saya masih teringat ucapan teman saya “Ini Pemalang Masbro, bukan Malang, kalimat yang patut untuk ditegaskan kepada siapapun yang berada di muka bumi ini.” Yah, sebuah kutipan agak lebay kalau menurut saya. Namun itulah.....sesuatu yang ingin ia kenalkan kepada dunia akan existensi kota kelahirannya.

Menurut teman saya.... salah satu cara untuk mengenalkan Pemalang kepada dunia adalah dengan mengenalkan ciri khasnya antara lain adalah kuliner. Yups, Berbicara Pemalang tentunya sangat identik dengan Nasi Grombyangnya.


Nasi Grombyang merupakan Kuliner Pemalang berupa sajian soto yang berbahan daging sapi/kerbau dengan potongan lumayan besar yang dihidangkan dalam mangkuk lengkap dengan nasinya. Penyajian seperti inilah (nasi berkuah/grombyang-grombyang) yang akhirnya menjadi nama kuliner ini, Nasi Grombyang. Tidak hanya itu, ada persepsi lain yang menyebutkan bahwa nama grombyang sendiri diambil dari kuali besar tempat Nasi Grombyang sebelum disajikan.

Potongan daging yang menyumbul ke permukaan dan taburan daun bawang yang menggoda, wuih nikmat. Tambah sambal dikit biar lebih joss. Yang paling terkenal adalah Nasi Grombyang Pak Warso.

Kalo lagi makan jangan lupa update status FB, Twitter atau forusquare biar keren yah, biar Nasi Grombyang makin terkenal di dunia nyata dan dunia maya hehe.....pesan teman saya.
Harga seporsi untuk Kuliner Pemalang Nasi Grombyang pada umumnya adalah Rp 14.000. Untuk sate kerbau/sapi pelengkapnya cukup Rp 3.000 saja. Harga ini tidak tetap, artinya akan terupdate seiring berjalannya waktu dan harga sembako, weks.



Di Pemalang, yang paling terkenal adalah Nasi Grombyang Pak Warso. Lokasinya di Jl. RE Martadinata atau (+/-) 100m utara alun-alun Kota Pemalang.
Di sini selain menikmati makanannya kalian juga akan mendapatkan suguhan musik campursari, nyumbang seikhlase. Warung Nasi Grombyang Pak Warso ini kira-kira dapat menampung 50-60 orang.
 


Sunday 13 April 2014

Pakuning Tanah Jawa di Gunung Tidar Magelang

Setiap jengkal tanah di pulau Jawa kita kunjungi namun serasa belum lengkap kalau belum ke Pakuning Tanah Jawa yang berada di gunung Tidar Magelang. Keberadaan daerah Magelang terbungkus oleh berbagai legenda. Salah satu dongeng yang hidup dikalangan rakyat mengisahkan sebagaimana dikisahkan M. Bambang Pranowo (2002) bahwa pada zaman dahulu kala, ketika Pulau Jawa baru saja diciptakan oleh Sang Maha Pencipta dalam bentuk tanah yang terapung-apung di lautan luas, tanah tersebut senantiasa bergerak kesana kemari. Seorang dewa kemudian diutus turun dari kahyangan untuk memaku tanah tersebut agar berhenti bergerak. Kepala dari paku yang digunakan untuk memaku Pulau Jawa tersebut akhirnya menjadi sebuah gunung yang kemudian dikenal sebagai Gunung Tidar. Gunung yang terletak di pinggir selatan kota Magelang yang kebetulan berada tepat dibagian tengah Pulau Jawa tersebut memang berbentuk kepala paku, karena itu gunung Tidar dikenal luas sebagai “pakuning tanah jawa”.
Dongeng lain yang tentunya diciptakan setelah masuknya Islam mengisahkan bahwa pada zaman dahulu daerah ini merupakan kerajaan jin yang diperintah oleh dua raksasa. Syekh Subakir, seorang penyebar agama Islam, datang ke daerah ini untuk berdakwah. Tidak rela atas kedatangan Syekh tersebut terjadilah perkelahian antara raja Jin melawan sang Syekh. Ternyata Raja Jin dapat dikalahkan oleh Syekh Subakir. Raja Jin dan istrinya kemudian melarikan diri ke Laut Selatan bergabung dengan Nyai Rara Kidul yang merajai laut Selatan. Sebelum lari Raja Jin bersumpah akan kembali ke Gunung Tidar kecuali rakyat didaerah ini rela menjadi pengikut Syekh Subakir. Legenda ini sangat melekat bagi masyarakat  tradisional Jawa, tidak sekedar di Magelang, tapi juga ke daerah-daerah lain di Jawa, bahkan sampai di Lampung dan mancanegara (Suriname). Hal ini karena telah disebutkan dalam jangka Joyoboyo dan mengalir secara tutur tinular menjadi kepercayaan masyarakat. Apalagi pemerintah kota Magelang menjadikan Tidar sebagai simbol atau maskot daerah dengan menempatkan gunung Tidar yang dilambangkan dengan gambar paku di dalam logo pemerintahan. Di samping itu nama-nama tempat begitu banyak menggunakan nama Tidar, seperti nama Rumah Sakit Umum Daerah, nama perguruan tinggi, nama terminal dll. Yang semuanya menguatkan gunung Tidar menjadi legenda abadi.  
Untuk mencapai ke sana kita harus melewati jalan setapak yang cukup jauh dan melelahkan.
 Disana terdapat makan Kyai Semar dan makan Kyai Sepanjang
 
 
 
 
 

Wednesday 9 April 2014

Semalam di Yogyakarta

Semalam di Yogyakarta....topik ini saya rasa yang paling pas untuk menghiasi tulisan catatan perjalanan saya kali ini. Yogyakarta memang kota yang sangat istimewa bagi saya. Begitu lengkapnya kekayaan kota ini, mulai dari BUDAYA, KULINER, dan KERAMAHTAMAHANnya seakan enggan untuk pergi dari wilayah yang sudah 254 tahun ini. Walaupun waktu yang sangat singkat berada di kota ini saya manfaatkan dengan mengunjungi beberapa tempat yang menjadi icon kota Yogya. Beruntung saya bisa diantarkan oleh teman-teman saya untuk mengunjungi tempat-tempat seperti :

1. Tugu Yogyakarta
Tugu Yogyakarta adalah sebuah tugu atau monumen yang sering dipakai sebagai simbol atau lambang dari kota Yogyakarta. Tugu ini dibangun oleh Hamengkubuwana I, pendiri kraton Yogyakarta. Tugu yang terletak di perempatan Jl Jenderal Sudirman dan Jl. Pangeran Mangkubumi ini, mempunyai nilai simbolis dan merupakan garis yang bersifat magis menghubungkan laut selatan, kraton Jogja dan gunung Merapi. Pada saat melakukan meditasi, konon Sultan Yogyakarta pada waktu itu menggunakan tugu ini sebagai patokan arah menghadap puncak gunung Merapi.

Tugu ini sekarang merupakan salah satu objek pariwisata Yogya, dan sering dikenal dengan istilah “tugu pal putih” (pal juga berarti tugu), karena warna cat yang digunakan sejak dulu adalah warna putih. Tugu pal ini berbentuk bulat panjang dengan bola kecil dan ujung yang runcing di bagian atasnya. Dari kraton Yogyakarta kalau kita melihat ke arah utara, maka kita akan menemukan bahwa Jalan Malioboro, Jl Mangkubumi, tugu ini, dan Jalan Monumen Yogya Kembali akan membentuk satu garis lurus persis dengan arah ke puncak gunung Merapi.



 2. Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta 
Mesjid Gedhe Kauman adalah masjid raya Kesultanan Yogyakarta, atau Masjid Besar Yogyakarta, yang terletak di sebelah barat kompleks Alun-alun Utara Kraton Yogyakarta. Masjid Gedhe Kauman dibangun oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I bersama Kyai Faqih Ibrahim Diponingrat (penghulu kraton pertama) dan Kyai Wiryokusumo sebagai arsiteknya. Masjid ini dibangun pada hari Ahad Wage, 29 Mei 1773 M atau 6 Robi’ul Akhir 1187 H.

 3. Keraton Ngayogyakarta 
Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat atau Keraton Yogyakarta merupakan istana resmi Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang kini berlokasi di Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Walaupun kesultanan tersebut secara resmi telah menjadi bagian Republik Indonesia pada tahun 1950, kompleks bangunan keraton ini masih berfungsi sebagai tempat tinggal sultan dan rumah tangga istananya yang masih menjalankan tradisi kesultanan hingga saat ini. Keraton ini kini juga merupakan salah satu objek wisata di Kota Yogyakarta. Sebagian kompleks keraton merupakan museum yang menyimpan berbagai koleksi milik kesultanan, termasuk berbagai pemberian dari raja-raja Eropa, replika pusaka keraton, dan gamelan. Dari segi bangunannya, keraton ini merupakan salah satu contoh arsitektur istana Jawa yang terbaik, memiliki balairung-balairung mewah dan lapangan serta paviliun yang luas. 
 

 4. Akringan Kopi Joss Lek Man
Angkringan Lek Man dikelola oleh putra Mbah Pairo, penjual angkringan pertama di Yogyakarta. Memiliki minuman khas Kopi Joss, angkringan ini pernah menjadi tempat melewatkan malam sejumlah tokoh terpandang di Indonesia. Karena saya juga ingin mengikuti jejak mereka maka saya sempatkan datang ke angkringan ini.....hehe.......Sebuah tempat nongkrong berbagai kalangan diantaranya yaitu mahasiswa, komunitas cyber seperti blogger dan chatter, wartawan, seniman, budayawan, tukang becak, hingga penjaja cinta bisa berbincang santai. Lokasi angkringan ini yaitu terletak di sebelah utara Stasiun Tugu.
Sekian catatan perjalanan semalam saya di Yogyakarta.