Sunday 31 August 2014

Menikmati Spageti Bolognese ala Kedai Makan Bandar Kroya MasterChef Agus

Beberapa minggu tidak update tulisan di blog karena padatnya aktifitas pekerjaan serasa kangen juga dengan sensasi menekan keyboard laptop sambil mencurahkan berbagai peristiwa yang pernah saya lalui. Tema yang saya angkat kali ini yaitu pengalaman menikmati Spageti Bolognese ala Kedai Makan Bandar Kroya MasterChef Agus. 
Sebenarnya ini adalah kali kedua saya mampir ke kedai makan ini. Saat datang kesini yang pertama ketika saya mau melakukan perjalanan ke Sidareja via jalur kereta. Nah saat ini saya datang yang kedua dalam rangka mengantar teman yang mau balik ke kota asal.
Awalnya kami hanya ingin pesan minum saja sambil ngobrol untuk menunggu kereta datang. Tiba-tiba Mas Agus menghampiri kami untuk menyapa para pelanggan, tidak berpikir lama langsung saya sapa dia dan saya minta untuk membuatkan makanan khas Itali yaitu Spageti Bolognese. 
Setelah menunggu beberapa saat makanan yang kami pesan datang juga. Dan sang MasterChef lah yang membuatnya sendiri. Seperti ingin mengetahui bagaimana pendapat saya mengenai makanan ini, mas Agus menanyakannya langsung....cukup lumayan juga masakannya mas....jawab saya.
Tak lupa moment ini langsung saya abadikan dengan beberapa jepret kamera saku saya. Hehe....nice picture gan.....


Thursday 7 August 2014

Menonton Kesenian Orkes Mandailing di Sokela



“Tanpa manusia, budaya tidak ada, namun lebih penting dari itu, tanpa budaya, manusia tidak akan ada” begitulah kata bijak yang dikatakan Clifford James Geertz seorang ahli antropologi asal Amerika Serikat. Sebuah kata bijak yang sederhana namun sangat dalam makna dan filosofinya. Apabila menurut sejarah manusia, mengenai otak dan kecerdasannya yang menghasilkan sebuah budaya berdasar cipta, rasa dan karsa maka disitulah letak peradaban manusia diukur. Dengan terciptanya sebuah budaya, maka manusia tidak akan lepas dari budayanya masing-masing dan selalu tergantung akan budaya tersebut.
Pulau Bawean tidak hanya kaya akan potensi kekayaan alam yang unik dan menakjubkan. Akan tetapi pulau yang satu ini juga kaya akan seni budaya yang beraneka ragam. Hal ini dikarenakan Bawean di bangun oleh ras yang beragam dan di bangun atas hasil modifikasi dari budaya perantau. Seni budaya bawean diantaranya ada kercengan, gelipang, mandailing, dungkah, korcak dan sebagainya. Seni Mandailing terdiri dari personel musik, pembaca pantun, dan penari. Kesenian ini biasanya sering dilaksanakan pada acara pernikahan dan penyambutan hari-hari besar. 
Tadi malam saya sempat mengajak anak saya untuk menonton salah satu kesenian Mandailing di dusun Sokela, Patar Selamat, Sangkapura, Bawean. Hal ini saya lakukan untuk mengenalkan salah satu seni budaya kepada anak saya. Karena budaya ini sudah mulai luntur oleh derasnya arus budaya dari luar yang masuk. Semoga dengan ikut nguri-uri kabudayan ( ikut menghidupkan kebudayaan ) maka warisan budaya ini akan tetap lestari terjaga. 


Wednesday 6 August 2014

Berkesempatan Sholat Dhuhur di Masjid Besi Malaysia



Saat berkunjung ke kawasan Pusat Pemerintahan Federal Malaysia yang baru di daerah Putrajaya, saya berkesempatan menunaikan sholat Dhuhur di Masjid Tuanku Mizan Zainal Abidin atau yang biasa dikenal sebagai Masjid Besi. Disebut Masjid Besi karena sebagian besar material yang dipakai untuk pembangunan Masjid Tuanku Mizan ini menggunakan besi dari berbagai jenis dan aplikasi, mulai dari material untuk konstruksi hingga material yang dipakai untuk ornamen guna memperindah interior dan eskterior bangunan masjid ini menggunakan besi sebagai material utama. Konon Masjid besi ini dirancang berdasarkan 3 konsep yaitu : angin, sederhana dan berkerawang/bercelah. Kira-kira 6.000 ton besi baja dihabiskan untuk pembangunan masjid ini, itu setara dengan 75% dari total keseluruhan material yang dipakai untuk membangun masjid ini, sisanya baru menggunakan beton. Wajar bila kemudian masyarakat setempat terlanjur menyebutnya dengan sebutan Masjid Besi. 
Dengan tiga konsep itu menghasilkan bangunan masjid yang cukup istimewa. Dinding yang berkerawang / bercelah menghasilkan ruang masjid yang sejuk tanpa perlu menggunakan penyejuk udara ataupun kipas angin. Tapi menggunakan teknologi GDC (Gas District cooling) atau kalau bahasa kita angin semilir hehe....... Masjid ini juga menggunakan wire mesh (anyaman serat baja) khusus untuk arsitektural-nya. Wire mesh tersebut konon semuanya di import dari Jerman dan Cina.

Masjid besi Tuanku Mizan Zainal Abidin terdiri dari lima lantai utama yang menyediakan berbagai fasilitas bagi jamaah masjid dan pengunjung. Antara lain terdapat ruang sholat yang besar dan nyaman, tempat wudlu yang bagus untuk pria dan wanita, perpustakaan, lantai khusus untuk kru media masa baik televisi maupun radio untuk memudahkan segala kegiatan liputan oleh media di masjid ini, area parkir yang luas, kamar mandi dan ruang pengurusan jenazah dan ruang pengurus masjid.

Selain fasiltas fasilitas tersebut, Masjid Besi Tuanku Mizan Zainal Abidin juga dilengkapi dengan lift, foyer, koridor, tangga, eskalator, penghitung pengunjung, dapur, ruang utility, ruang audio visual, ruang VIP dan VVIP, pengurus masjid (DKM) dan area parkir beratap. Yang kesemuanya itu ditujukan bagi kenyamanan jamaah dan pengunjung Masjid di pusat pemerintahan Federal Malaysia tersebut.
Demikian sedikit cerita saat saya mengunjungi Masjid Besi di Malaysia.