Monday 30 December 2013

Taman nasional Tesso Nilo

Taman Nasional Tesso Nilo adalah sebuah taman nasional yang terletak di Provinsi Riau, Indonesia, diresmikan pada 19 Juli 2004 dan mempunyai luas sebesar 38.576 hektare.
Lanskap hutan Tesso Nilo merupakan salah satu benteng pertahanan terakhir bagi gajah dan harimau Sumatera. Dengan lebih dari 4000 jenis tumbuhan yang tercatat sejauh ini dan lebih dari 200 spesimen tumbuhan yang ditemukan dalam setiap plot 200 meter persegi, tingkat keragaman tumbuhan vaskular Tesso Nilo merupakan salah satu yang tertinggi dalam sejarah ilmu pengetahuan (Lihat laporan LIPI dan Center of Biodiversity Management). Diyakini masih banyak spesies lain yang bisa ditemukan di hutan ini



Saturday 14 December 2013

Tugu Equator di Pangkalan Lesung


Ketika saya melintasi jalan lintas timur Pulau Sumatera, saya sempatkan singgah sejenak di tugu equator yang berada di Dusun Tua, Kecamatan Pangkalan Lesung, Kabupaten Pelalawan, Riau. Karena perjalanan yang saya tempuh cukup jauh, jadi saya berhenti untuk beristirahat sejenak dan mengambil dokumentasi di tugu yang digunakan sebagai penada batas belahan bumi sebelah utara dan sebelah selatan ini.
Tak heran kalau ditempat ini suhunya cukup panas, karena posisi saya tepat di garis khatulistiwa.



Beberapa waktu yang lalu saya sudah pernah mengunggah di jejaring sosial baik itu di Facebook maupun di blog pribadi saya ( rudysalam18@blogspot.com ) tepatnya bulan Oktober 2013 mengenai tugu khatulistiwa / equator yang ada di Lipat Kain. Sekarang saya sudah berada di penanda garis khatulistiwa yang kedua di Pulau Sumatera yaitu di tugu equator Pangkalan Lesung. Perlu diketahui bahwa di Pulau Sumatera ini terdapat 4 tugu penanda garis khatulistiwa yaitu di Lipat Kain, Pangkalan Lesung, Bonjol dan Koto Alam. 
Nah berikut adalah foto Tugu Equator di Pangkalan Lesung yang sempat saya abadikan.
 

Tuesday 10 December 2013

Rumah Pengasingan Bung Karno di Parapat


Beberapa hari lalu, saya menginjakkan kaki di Parapat. Di kota yang terletak di pinggir danau Toba tersebut terdapat rumah tempat tinggal Bung Karno selama menjalani pengasingan. Rumah bergaya bangunan Eropa itu masih berdiri megah.
Rumah tersebut terletak persis di pinggiran danau Toba. Rumah tersebut berlantai dua. Konon, rumah ini bekas vila para mandor perkebunan Belanda. Di tahun 1949, rumah tersebut menjadi saksi getirnya perjuangan para pemimpin Republik.
Pada akhir Desember 1949, tiga pemimpin Republik Indonesia, yakni Bung Karno, Sjahrir, dan Haji Agus Salim, di buang Sumatera Utara. Awalnya mereka ditempatkan di Brastagi. Namun tak lama kemudian, ketiganya dipindahkan ke Parapat.

Di Parapat ketiga pemimpin Republik itu menempati rumah bekas tempat peristirahatan orang-orang Belanda. “Rumahnya sangat indah dan cantik,” kata Bung Karno. Rumah itu terletak di ketinggian dan langsung menghadap ke danau Toba. “Sangat indah pemandangan itu,” kenang Bung Karno dalam buku otobiografinya, Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.
Di rumah itulah Bung Karno menghabiskan hari-harinya. Sebagai orang tawanan, Bung Karno tidak bebas. Kabar tentang keberadaannya di Parapat ditutup rapat. Dengan begitu, rakyat Indonesia di Parapat tidak begitu mengetahuinya. Yang menarik, seperti diceritakan Bung Karno sendiri dalam otobiografinya, kendati berada di bawah pengawasan yang ketat dari tentara Belanda, Bung Karno tetap berupaya membangun komunikasi dengan dunia luar. Itu sedikit kisah tentang bangunan tempat pengasingan Bung Karno di Parapat. 

Sayangnya Rumah pengasingan itu tidak diperuntukkan sebagai museum sejarah. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara menjadikan rumah bersejarah itu sebagai “Mess Pemda”. Tamu-tamu Pemprov Sumut diinapkan di rumah itu. Akibatnya, furniture rumah tersebut sudah tidak asli lagi. Tak hanya itu, masyarakat umum juga tidak bisa mengakses rumah bersejarah itu.