Tuesday 23 October 2012

Candi Borobudur



Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Lokasi candi adalah kurang lebih 100km di sebelah barat daya Semarang dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi berbentuk stupa ini didirikan oleh para penganut agamaBuddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. 



Monumen ini terdiri atas enam teras berbentuk bujur sangkar yang diatasnya terdapat tiga pelataran melingkar, pada dindingnya dihiasi dengan 2.672 panel relief dan aslinya terdapat 504 arca Buddha.Stupa utama terbesar teletak di tengah sekaligus memahkotai bangunan ini, dikelilingi oleh tiga barisan melingkar 72 stupa berlubang yang didalamnya terdapat arca buddha tengah duduk bersila dalam posisi teratai sempurna dengan mudra (sikap tangan) Dharmachakra mudra (memutar roda dharma). 



Menurut bukti-bukti sejarah, Borobudur ditinggalkan pada abad ke-14 seiring melemahnya pengaruh kerajaan Hindu dan Buddha di Jawa serta mulai masuknya pengaruh Islam. Dunia mulai menyadari keberadaan bangunan ini sejak ditemukan 1814 oleh Sir Thomas Stamford Raffles, yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Jenderal Inggris atas Jawa. Sejak saat itu Borobudur telah mengalami serangkaian upaya penyelamatan dan pemugaran. Proyek pemugaran terbesar digelar pada kurun 1975 hingga 1982 atas upaya Pemerintah Republik Indonesia dan UNESCO, kemudian situs bersejarah ini masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia. 

Kawah Candra Dimuka


Perjalanan kali ini menelusuri sebuah kawah yang cukup populer dikalangan pewayangan . Kawah ini bernama Kawah Candradimuka, letaknya berada diatas sebuah bukit yang lumayan tinggi di dataran tinggi Dieng dengan jarak tempuh sejauh 5 KM. Dengan track naik dengan kemiringan 30 hingga 45 derajat dengan jalan berbatu dan tanah yang cukup labil untuk ditapaki. Secara harfiah kawah Candradimuka berarti : ” Kawah = kawah gunung, lubang, kuali. Sedangkan Candradimuka = Sinar Bulan.” Menurut cerita pewayangan Kawah Candradimuka adalah tempat dimana Gatutkaca ( anak Werkudara dan Arimbi ) direbus supaya kuat, Gatutkaca satria Pringgadani, sebelum kelak menjadi pemimpin, oleh para dewa digulawentah atau semacam disekolahkan ke kawah Candradimuka. 


Tentu tidak perlu bayar uang gedung, uang ekstrakurikuler, uang buku, uang seragam, uang badge, yang jumlahnya ndak bisa dibayangkan sebelumnya. “Jutaan rupiah!” Ya, karena Candradimuka memang disiapkan untuk mendadar calon pemimpin dan bukan ‘perusahaan’ calon pemimpin. Tidak! Karena para dewa tahu, ia akan ‘mencetak’ manusia yang berakal budi luhur dan berjiwa kesatria. Meski tidak mengenal konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara, yang juga tertuang dalam UUD 45, para dewa ini sadar, bahwa pendadaran Jabang Tetuka, tidak saja membuatnya menjadi manusia yang kuat, yang mampu mengalahkan Patih Sekipu yang deksia. Tetapi juga membuat Tetuka menjadi manusia cerdas dan berbudi luhur. Pendek kata, Tetuka berhasil menjadi manusia (kesatria) yang sempurna, berkat dadaran para dewa yang dipimpin Batara Narada. 


Namun sekuat-kuatnya Tetuka atau Gatutkaca, ia punya titik kelemahan. Dan disanalah takdirnya ditentukan oleh sang Dewa. Gatutkaca harus tewas di tangan Karna. Karena ditangan Karna, tersimpan keris yang warangkanya berada di pusar Gatutkaca. Saat perang Baratayudha itulah antara keris dan kerangkanya menyatu di tubuh Gatutkaca. Gatutkaca pun gugur sebagai satria. 


Kawah Candradimuka telah menjadi simbul proses pendidikan/pendadaran diri bagi mereka yang akan melakukan tugas berat sebagai kesatria atau pemimpin. Gatutkaca memang oleh para dewa dipersiapkan untuk menjadi pemimpin sekaligus pahlawan bagi negerinya Amarta dan keluarganya Pandawa.

Pantai Siring Kemuning


Pantai Siring Kemuning adalah Kuta Van Bangkalan. Tidak berlebihan kalau saya memberi sebutan seperti itu karena bentang pantai yang memanjang dan didukung pasir putih yang ada membuat kita seakan ada di pulau dewata tepatnya di “pantai kuta” ketika kita berada di pantai siring kemuning. Sebagai negara maritim kepulauan dengan garis pantai membentang sepanjang 95.181 km, sangat wajar kalau Indonesia memiliki banyak sekali pantai yang indah. 


Beberapa di antaranya sudah sangat terkenal hingga ke dunia internasional, sebut saja Pantai Kuta dan Pantai Sanur di Bali. Namun tidak sedikit pula yang masih tersembunyi sehingga keindahannya tidak banyak disaksikan mata manusia. Salah satunya Pantai Siring Kemuning di Bangkalan,Madura. Pantai Siring Kemuning terletak di desa Mecajah di Kecamatan Tanjung Bumi, berjarak sekitar 50 km ke arah utara Kota Bangkalan. Jika memulai perjalanan dari Kota Bangkalan, butuh waktu sekitar sejam dengan menggunakan sepeda motor atau mobil pribadi untuk sampai di pantai ini. 


Sebaiknya gunakan kendaraan pribadi karena belum ada angkutan umum yang mencapai daerah Pantai Siring Kemuning. Suasana di tepi Pantai Siring Kemuning cukup asri dan sejuk, di lokasi dekat pintu masuk terdapat pohon-pohon yang cukup rindang, cocok sekali digunakan untuk lesehan sekedar melepas penat selama perjalanan menuju pantai. Tapi jangan lupa dengan syaratnya, tikar atau alas untuk lesehan harus dibawa sendiri karena belum ada yang menyewakannya. Selain pasir putih, pantai Siring Kemuning di beberapa tempat juga dihiasi batu karang. Kalau membawa anak kecil, sebaiknya berhati-hati untuk melepaskan mereka di zona berbatu karang. 


Bagi pengunjung yang hendak bermain air dan ombak di pantai pasir putih Siring Kemuning juga diharapkan untuk berhati-hati karena menurut penduduk setempat ombak di pantai ini bertipe menyeret bukan mendorong. Ombaknya memang tidak terlalu besar tapi tidak ada salahnya juga untuk selalu berhati-hati terutama anak-anak dan pengunjung yang tidak mahir berenang. Di balik kelebihan dan kekurangannya, Pantai Siring Kemuning adalah obyek wisata di Kota Bangkalan yang patut dikunjungi. Semoga saja pemerintah setempat dapat memberikan sedikit perhatian untuk aset-aset wisata seperti ini supaya pesona-pesona tersembunyi keindahan negeri ini dapat dinikmati khalayak ramai.

Penangkaran rusa Bawean

Mengunjungi penangkaran Rusa Bawean ( nama latin axis kuhlii ), rusa ini endemik atau habitat aslinya di Pulau Bawean, di dunia hanya ada di Pulau Bawean dan termasuk salah satu hewan yang dilindungi. Penangkaran seluas empat hektar ini berada di kaki Gunung gadung dan berbatasan langsung dengan hutan konservasi bawean. Tepatnya di desa Pudakit Barat, Kecamatan Sangkapura, Pulau Bawean.      

 

Sementara itu, berdasarkan penelitian terakhir kerjasama antara universitas Gajah Mada ( UGM) dengan Badan Konservasi Sumber Daya alam ( BKSDA ) tahun 2005. Populasi rusa Bawean berjumlah lebih dari 300 ekor. Jumlah ini memang berkurang dibanding tahun-tahun sebelumnya.



Berkurangnya populasi rusa Bawean ini karena ada perubahan habitat. Saat ini, populasi rusa Bawean di hutan konservasi lebih banyak tinggal di daerah Gunung Besar, Gunung Cina dan Komalasa. Pada zaman Belanda, hutan di Bawean ini adalah hutan lindung, jadi populasi rusa Bawean ini berkembang biak dengan pesat dan mencapai ribuan. tapi pada tahun 1932, hutan ini diubah menjadi hutan produksi, sebagian tanaman di hutan Bawean diganti dengan tanaman jati, jadi habitat rusa Bawean semakin sempit, dan ini berpengaruh dengan perkembangbiakannya. bahkan banyak rusa Bawean waktu itu yang terlantar di kampung, sehingga ditangkap oleh warga sekitar.     

Rawa Pening



Eksotis, mistis, dan fantastis! Ketiga kata itulah yang menggambarkan keindahan Rawa Pening. Taman wisata yang identik dengan kisah Baru Klinting. Taman Wisata Rawa Pening terletak di daerah Ambarawa. Akses menuju Rawa Pening tergolong mudah karena berada di Jalan Raya Semarang-Salatiga. Danau Rawa Pening sangatlah luas. Saat musim hujan, luas danau ini mencapai 4.500 hektare. Danau ini semakin eksotis karena dibentengi delapan buah gunung, yakni Gajah Mungkur, Merbabu, Telomoyo, Kendil, Kelir, Ungaran, Rong, dan Kendalisodo pada sisi selatan, barat, dan utara. Menikmati indahnya Rawa Pening dengan menyewa perahu jadi pilihan yang tepat. Dari atas perahu bisa dilihat hamparan hijau eceng gondok berbalut birunya langit. Sembari terus menyusuri danau, pengunjung akan menemukan aktivitas kehidupan nelayan di Rawa Pening. Aura mistis akan tergambar saat memotret keindahan panorama danau itu. Saking indahnya, danau ini sering disebut surga bagi para fotografer. Konon kabarnya, suasana pagi di Rawa Pening sangat misterius dan mistis. Apalagi jika ditambah ritual yang sering dilakukan oleh penduduk sekitar. Menurut salah satu sesepuh, Pandiman, ada beberapa mistis terkait sumber pembangkit listrik di Dam Jragung Tuntang. Tepatnya 6 Juli 1998, saat pagi buta ada kejadian luar biasa mengusik ketenangan air Rawa Pening. "Tiba-tiba, muncullah tanah dari dasar di tengah rawa pening seluas 5 hektare," cerita Pandiman. Setelah ditelusuri kembali, ternyata peristiwa ini bukan kali pertama. Sebelumnya, tahun 1965 peristiwa serupa terjadi. Saat itu, menjelang kejatuhan Presiden RI pertama Ir Soekarno. Sedangkan peristiwa kedua sesudah kejatuhan Presiden RI kedua, Soeharto. "Mungkin pertanda ada suatu kejadian besar di negeri ini," kata Pandiman mereka-reka. Adapun kata ketiga adalah fantastis. Eceng gondok tumbuh subur di sini dan merupakan salah satu komoditas yang bisa dimanfaatkan sebagai mesin pencari uang. Tanaman sejenis gulma ini dapat diubah jadi produk siap jual seperti tas, kursi, meja, tempat tidur, serta hiasan rumah lainnya. Di samping itu, Rawa Pening juga menghasilkan sejumlah ikan sekaligus sumber penghasilan bagi nelayan. Tak hanya eceng gondok, bahan baku lain yang bisa dimanfaatkan menjadi furnitur adalah bambu cendani atau bambu kecil, daun pandan, daun mangga, daun sirih, dan lamtoro. Legenda Baru Klinting Baru Klinting dan naga merupakan dua hal yang sangat identik dengan Rawa Pening. 


Dikisahkan, pada abad VIII tersebutlah Desa Wening dengan penduduk yang rukun dan damai. Pada suatu kali, sang raja hendak menggelar hajatan tahunan. Untuk meramaikan pesta besar-besaran ini, setiap warga diwajibkan menyajikan lauk-pauk. Menyambut perintah sang demang, penduduk pun segera mencari lauk-pauk ke hutan. Di tengah hutan, ada beberapa penduduk yang sedang kelelahan bersandar di sebuah pohon. Tanpa berpikir panjang, mereka langsung memotong akar pohon tempat bersandar mengusir kelelahan. Seketika, darah segar langsung keluar begitu kapak ditancapkan. Mereka masih belum menyadari akar pohon yang dipotong adalah badan dari seekor naga yang sedang bertapa selama delapan tahun. Mereka lantas girang karena perburuan beberapa hari membuahkan hasil. Saatnya tiba pergelaran dimulai. Sebuah pesta besar-besaran langsung dihelat. Di tengah keramaian pesta, muncullah seorang bertubuh kecil, kulit bersisik, kotor, dan sangat menjijikkan. Anak berumur delapan tahun itu bernama Baru Klinting. 


Tak lain dan tak bukan, Baru Klinting adalah sukma naga yang merasuk di tubuh anak kecil tersebut. Dia meminta sedikit makanan dari warga yang sedang merayakan pesta. Melihat kondisinya, tidak ada seorang pun warga yang mau menolong. Lantas, dia menyelenggarakan sayembara untuk mencabutsodho lanang (semacam lidi) yang telah ditancapkan. Semua penduduk desa berlomba mencoba mencabut sodho lanang. Alhasil, tidak ada penduduk desa yang berhasil menjawab tantangan. Setelah memastikan tidak ada lagi penduduk yang mencoba, akhirnya Baru Klinting mencabut sendiri. Begitu dicabut, air kecil keluar di balik lubang tancapan. Semakin lama, air semakin besar dan membeludak. Sementara itu, luapan air yang semakin lama semakin membesar yang sampai saat ini kita kenal dengan Rawa Pening. "Sumber air yang berasal dari tancapan sodho lanang sekitar 267 meter ke arah timur dari dermaga Bukit Cinta," ujar Pandiman. 

Sunday 21 October 2012

Candi Gunung Gangsir



Candi Gunung Gangsir adalah sebuah candi yang terletak di Dukuh Kebon Candi, Desa Gunung Gangsir, Kecamatan Beji, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Nama candi ini masih merupakan mitos penduduk sekitar, yaitu bahwa nama 'gunung' diambil dari keberadaan bangunan candi ini pada masa lampau yang dilingkupi oleh gunung. Sedangkan kata 'gangsir' (Jawa: nggangsir) berarti menggali lubang di bawah permukaan tanah. 


Menurut keterangan penduduk, nama ini muncul ketika pada suatu saat ada seseorang yang berusaha 'menggangsir' gunung ini untuk mencuri benda-benda berharga di dalam bangunan candi ini. Maka dikenallah bangunan candi ini dengan nama Candi Gunung Gangsir. Bangunan candi yang terbentuk terbuat dari batu bata ini, memiliki 4 lantai, dengan dua lantai dasar yang merupakan tubuh dan atap candi yang sebenarnya. Denah lantai dasar merupakan segi empat dengan sebuah tonjolan pada sisi timur, berlawanan arah dengan keletakan tangga. 


Denah tubuh dan atap candi juga segi empat, tetapi pada bagian ini keempat sisi dinding tubuh candi memiliki sebuah bidang tonjolan yang ramping. Sekarang kondisi candi berupa runtuhan, dan hampir semua sudut pada lantai-lantai dalam keadaan rusak, begitu juga pada bagian-bagian yang horisontal, tempat bertemunya lantai-lantai tersebut, sedangkan bagian puncak candi telah hilang. Akibat kerusakan ini, bangunan candi Gunung Gangsir tampak seperti bentuk piramida yang telah terpotong bagian atapnya.

Saturday 20 October 2012

Bledug Kuwu

Foto di depan area Wisata Bledug Kuwu.


Bledug Kuwu adalah sebuah kawah lumpur (mud volcano) yang terletak di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan, Propinsi Jawa Tengah. Tempat ini dapat ditempuh kurang lebih 28 km ke arah timur dari kota Purwodadi. Bledug Kuwu merupakan salah satu obyek wisata andalan di daerah ini, selain sumber api abadi Mrapen, dan Waduk Kedungombo. Obyek yang menarik dari bledug ini adalah letupan-letupan lumpur yang mengandung garam dan berlangsung terus-menerus secara berkala, antara 2 dan 3 menit. Secara geologi, kawah lumpur Kuwu, sebagaimana kawah lumpur lainnya, adalah aktivitas pelepasan gas dari dalam teras bumi. Gas ini biasanya adalah metana. Kuwu adalah satu-satunya yang berlokasi di Jawa Tengah. 

Foto di area Bledug Kuwu.

Letupan-letupan lumpur yang terjadi biasanya membawa pula larutan kaya mineral dari bagian bawah lumpur ke atas. Banjir lumpur panas Sidoarjo ( dekat rumah saya ) juga diakibatkan oleh kawah lumpur, meskipun untuk yang terakhir ini tingkat aktivitasnya lebih tinggi. Lumpur dari kawah ini airnya mengandung garam, oleh masyarakat setempat dimanfaatkan untuk dipakai sebagai bahan pembuat garam bleng (IPA: /bləng/) secara tradisional. Caranya adalah dengan menampung air dari bledug itu ke dalam glagah (batang bambu yang dibelah menjadi dua), lalu dikeringkan Menurut cerita turun temurun yang beredar di kalangan masyarakat setempat.

Foto Letupan Bledug Kuwu.

Bledug Kuwu terjadi karena adanya lubang yang menghubungkan tempat itu dengan Laut Selatan (Samudera Hindia). Konon lubang itu adalah jalan pulang Joko Linglung dari Laut Selatan menuju kerajaan Medang Kamulan setelah mengalahkan Prabu Dewata Cengkar yang telah berubah menjadi buaya putih di Laut Selatan. Joko Linglung konon bisa membuat lubang tersebut karena dia bisa menjelma menjadi ular naga yang merupakan syarat agar dia diakui sebagai anaknya Raden Aji Saka.

Coban Pelangi

Foto di depan pintu masuk area coban pelangi.

Tak salah bila Kabupaten Malang mendapat julukan sebagai daerah tujuan wisata utama di Provinsi Jawa Timur. Berkunjung ke zona wisata di Kabupaten Malang berarti telah menjejaki Truly East Java. Salah satu bentang alam yang menyuguhkan panorama menakjubkan, berada nun jauh di ujung timur wilayah Kabupaten Malang yakni Kecamatan Poncokusumo. Wilayah Poncokusumo yang memiliki 17 Desa/ kelurahan itu berada di kaki Gunung Semeru (3676 Mdpl), gunung tertinggi di Pulau Jawa. Bentang pegunungan Semeru menyuguhkan pesona alam yang paling menakjubkan di Pulau Jawa. Aliran sungai yang mengalir diantara gunung gemunung, akhirnya menciptakan air terjun yang amat elok, Coban (air terjun) Pelangi. 

Foto coban pelangi.

Jika pernah mendengar nama Coban Pelangi merupakan zona wisata alam andalan di Kecamatan Poncokusumo. Air terjun itu berada di jalur menuju Gunung Bromo dan Semeru itu, tepatnya Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Obyek wisata Coban Pelangi merupakan zona konservasi alam dibawah perlindungan Perum Perhutani. Air terjun menakjubkan itu, berjarak ± 10 km dari Kecamatan Tumpang dan ± 32 km dari Kota Malang. Coban Pelangi berada di kawasan pegunungan bertopografi terjal dengan kemiringan diatas 45 % dan berada di ketinggian 1200-1400 Mdpl. Jika anda hendak berkunjung ke Gunung Bromo, tiada salahnya mampir sejenak di Coban Pelangi. Usai melewati Desa Gubukklakah, akan nampak plang besar bertuliskan Coban Pelangi di sisi kanan jalan. AIR terjun Coban Pelangi mengalir dari tebing yang memiliki ketinggian 110 meter. Pesona air terjun itu bisa dinikmati sambil menggelar tikar di atas zona lapang yang telah disiapkan pengelola. Satu pondok perlindungan juga disiapkan menghadap ke arah air terjun. Jika cuaca sedang baik, pengunjung yang beruntung bisa menyaksikan ’Pelangi’ yang membiaskan di pucuk-pucuk tebing. Biasanya, Pelangi muncul pada jam 10 pagi sampai jam 2 siang. Fenomena alam itu muncul akibat butiran air terjun yang terbawa angin, serupa buliran-buliran kabut. Jika masih belum puas menyaksikan dari zona lapang, mencelupkan diri di anak sungai bisa menjadi pilihan menarik. Namun, tentu saja, pengunjung harus menyiapkan pakaian ganti. Tumpahan air terjun diatas bebatuan menimbulkan percikan air seperti hujan gerimis.

Kawah Sikidang

Foto di kawasan Obyek Wisata Kawah Sikidang.

Keberadaan kawah di dataran tinggi dieng, merupakan fenomena alam yang langka dan menakjubkan sekaligus berbahaya. fenomena ini menjadi daya tarik tersendiri baik di kalangan wisatawan dan menjadi tantangan bagi peneliti. Adapun Legenda Kawah Sikidang adalah sebagai berikut : “ Pada zaman dahulu ada sebuah istana yang besar di Dataran Tinggi Dieng, di huni oleh seorang ratu yang cantik jelita, yaitu Ratu Sinta Dewi. Pada suatu ketika Ratu Sinta Dewi akan dilamar seorang pangeran yang konon tampan dan kaya raya, yaitu Pangeran Kidang Garungan. Namun, Ratu Shinta Dewi kecewa karena pangeran tersebut tidak setampan seperti yang diceritakan. Pangeran Kidang Garungan adalah sosok manusia berkepala kijang. 


Foto di bibir Kawah Sikidang.

Cara untuk menolak lamaran Pangeran Kidang Garungan, Ratu Shinta Dewi mengajukan syarat untuk dibuatkan sumur yang besar dan dalam. Ketika sumur hampir selesai dibuat, Ratu Shinta Dewi dan para pengawalnya menimbun sumur tersebut dengan tanah saat Pangeran Kidang Garungan masih berada di dalamnya. Ketika sang pangeran berusaha untuk keluar dari sumur itu dengan cara mengerahkan segala kesaktiannya, sumur itu tiba-tiba menjadi panas, bergetar, dan meledak-ledak. Pangeran itu hampir saja keluar dari sumur, namun ratu dan para pengikutnya terus menimbun sang pangeran hingga tidak dapat keluar. 


Foto Kawah Sikidang.

Sang pangeran kemudian marah, lalu mengutuk Ratu Shinta Dewi dan keturunannya kelak akan berambut gembel. Bekas sumur Pangeran Kidang Garungan itulah yang kemudian menjelma menjadi Kawah Sikidang “. 

Tuesday 16 October 2012

Manfaat Hobby Berpetualang


Pada kesempatan ini saya akan bercerita tentang hobby berpetualang dan manfaatnya, hampir semua orang pernah merasakan bosan akibat pekerjaan atau rutinitas. Hidup terasa membosankan, karena kita tidak punya waktu untuk menikmati alam dan having fun. 

Anda bosan dengan rutinitas? Beban pekerjaan terasa menghimpit? Mungkin anda perlu sesekali melakukan hal-hal baru yang "gila" dengan berpetualang! Camping, main sepeda gunung, mendaki gunung, memanjat tebing, rafting, dan masih banyak lagi kegiatan petualangan yang bisa anda lakukan. Mulailah dari petualangan ringan ( light adventure ) jika anda masih pemula.

Berpetualang banyak manfaatnya, selain memacu adrenalin anda, dibawah ini adalah hal lain yang bisa anda rasakan seketika pada saat anda berpetualang :

1. Kegembiraan
Berpetualang membuat hati gembira, lepas dari segala rutinitas yang menjenuhkan dan mendapatkan suasana yang benar-benar baru. Suasana hati rasanya bebas dan plong !

2. Meningkatkan kepercayaan diri 
Setiap orang yang melakukan petualangan akan merasa telah meraih suatu prestasi, karena kegiatan petualangan umumnya adalah kegiatan beresiko tinggi yang mungkin saja berakibat fatal bagi nyawa seseorang. Keberhasilan melalui tantangan tersebut membuat seseorang merasa berprestasi, dan kepercayaan dirinya meningkat.

3. Motivasi
Motivasi untuk tampil lebih baik dalam hidup diperoleh dari perasaan berprestasi. Seseorang yang belum mampu mencapai sesuatu biasanya akan berkecil hati dan juga kehilangan motivasi. Hal ini tidak akan terjadi pada seorang petualang, karena ia telah terbiasa menghadapi tantangan di alam, mengatasi rasa takut dan melewati berbagai tantangan di alam, sehingga seberat apapun tantangan dalam kehidupannya sehari-hari dapat ia lalui dengan tetap bersemangat.

4. Mampu menghadapi kehidupan dengan lebih baik
Seorang petualang sejati akan mampu menghadapi hidup dengan cara yang positif. Mereka selalu termotivasi dan yakin bahwa ia dapat mencapai tujuan hidupnya. Mungkin ini adalah manfaat terbaik yang dapat diraih dari kegiatan petualangan.

5. Tubuh yang sehat
Ada juga manfaat kesehatan yang dapat diraih dengan petualangan. Selain kebugaran tubuh, anda juga dapat terhindar dari stres dan penyakit lain yang diakibatkan oleh stres itu sendiri. Banyak orang yang beralih dari olah raga dilapangan biasa ke olah raga alam bebas karena mereka telah merasakan manfaat dari olah raga di alam bebas.