Wednesday 30 December 2020

Renungan Pergantian Tahun 2020

 

Satu hari lagi, kita semua akan melakukan “Tutup Buku” pada Tahun 2020. Banyak kejadian dan pengalaman yang tercatat di dalam buku tersebut. Apalagi 2020 adalah tahun yang sangat berat. Bahkan tinta yang tergores disana berbagai corak dan warna, baik itu permanen maupun boardmaker. Bisa juga sampai meminjam tinta milik sahabat, teman dan tetangga sebelah ketika tinta kehidupan kita sudah tidak lagi menyisakan bekas dalam Buku tersebut. Buku Kehidupan namanya.

Dan bahkan, suatu ketika bisa saja kita yang berbaik kepada sahabat, teman dan tetangga kita tersebut dengan meminjamkan tinta kehidupan milik kita.

Saya menyebutnya sebagai warna – warni kehidupan. Saling memberi dan saling menerima, saling sapa dan saling menjawab. Kehidupan memang berwarna.

Jujur, sebenarnya saya tidak pernah merasakan bahwa ada sesuatu yang istimewa saat pergantian tahun. Apa mungkin saya yang terlalu kecil untuk merasakan sesuatu yang menurut orang lain besar. Perayaan Pergantian Tahun.

Bagi saya, biasa saja. Tidak lebih dari sekedar pergantian tanggal seperti malam kemarin menjadi hari ini.

Pergantian Tahun juga tidak lupa mengingatkan kita bahwa jatah hidup kita di dunia ini semakin berkurang. Dan mengingatkan kita tentang pentingnya waktu. Apakah besok masih akan menikmati kembali kehidupan di bumi ini? Untuk berapa lama lagi? dan berapa pergantian tahun lagi? Ingat itu kawan…

Berapa lama lagi sebenarnya bukan pertanyaan penting sebenarnya. Yang penting bagi kita adalah mengetahui apakah hidup ini telah berjalan sesuai dengan design Ilahi? Apakah hidup ini sudah efektif? Apakah Talenta dan kesempatan yang sudah diberikan sudah terpakai secara maksimal? Karena tanpa menjawab pertanyaan ini kemungkinan kita akan terjebak dalam kehidupan yang sama dengan mayoritas umat manusia di akhir kehidupan mereka. Tak di kenal, tak diingat lagi.

Apa kontribusi dan warisan yang ingin kita tinggalkan dimuka bumi ini? Dengan apa dan berapa lama Anda ingin dikenang?

“Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati maninggalkan belang, manusia mati meninggalkan….?” Jawabannya ada di hati Anda masing-masing!

Kembali saya mengingatkan, Hati-hati dengan resolusi tahun baru anda.

Selamat tinggal 2020 dan Selamat datang 2021. Semoga di Tahun yang akan datang, kita semua bergerak ke arah yang lebih baik. Aamiin.....


Friday 4 December 2020

Sebuah Coretan Tentang Rasa Syukur


"Berbanggalah dengan apa yang kamu lakukan karena dunia cukup untuk membuatmu merasa bersalah atas hal-hal yang belum kamu lakukan", adalah salah satu quote yang pernah saya baca dari seorang penulis dari India yang bernama Somya Kedia. Kalimat tersebut saya pilih sebagai pembuka tulisan saya di malam ini. 

Setelah saya hitung ternyata sudah belasan tahun saya menggeluti bidang pemeriksaan di Industri Keuangan. Profesi ini mengharuskan saya berpindah dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Hal ini memberikan saya  kesempatan untuk mengunjungi banyak sekali tempat yang sebelumnya belum pernah saya bayangkan. 

Setidaknya sudah 70 pulau di Indonesia yang pernah saya singgahi, diantaranya :

1.Batam

2.Tonton

3.Nipah

4.Rempang

5.Setoko

6.Galang

7.Galang Baru

8.Bintan

9.Penyengat

10.Sabang

11.Sumatera

12.Tangkil

13.Bangka

14.Jawa

15.Kalimantan

16.Sulawesi

17.Madura

18.Bali

19.Ternate

20.Tidore

21.Halmahera

22.Maitara

23.Bawean

24.Gili Timur

25.Gili Barat

26.Noko

27.Karimun Jawa

28.Menjangan Besar

29.Menjangan Kecil

30.Samosir

31.Nusakambangan

32.Gili Ketapang

33.Ambon

34.Seram

35.Langgur / Kei Kecil

36.Dullah

37.Yeer Teran Ratut Ohoi Letman

38.Buton

39.P.Makassar

40.Lombok

41.Sumbawa

42.Bungin

43.Moyo

44.Timor

45.Sumba

46.Flores

47.Wangi-wangi

48.Kapota

49.Bokori

50.Kumo Halmahera Utara

51.Morotai

52.Kakara

53.Warmar Dobo

54.Wokam

55.Gili Genting

56.Muna

57.Papua

58.Yamdena

59.Sulabes

60.Kucing Sanana

61.Bacan

62.Buru

63.Astubun

64.Gili Trawangan

65.Gili Nemo

66.Gili Nanggu

67.Gili Sudak

68.Gili Kedis

69.Gili Anak Anjan

70.Pulau Serangan Bali

Tentunya kesempatan tersebut menambah rasa syukur saya kepada Tuhan atas segala nikmat yang telah diberikan. 

Kalau kita mau mencermati, salah satu kunci kebahagiaan dalam menjalani hidup di dunia ini adalah dengan cara memperbanyak bersyukur. Semakin pandai kita mensyukuri segala nikmat yang telah Tuhan berikan, maka akan semakin bahagia pulalah kita. 

Sayangnya, masih banyak sekali diantara kita yang masih sering sekali lupa untuk mensyukuri nikmat Tuhan tersebut, terlebih lagi terhadap hal-hal kecil yang ada dalam kehidupan kita sehari-hari. Syukur merupakan satu stasiun hati yang akan menarik seseorang pada zona damai, tenteram, dan bahagia. 

Melalui coretan ini saya mencoba menarik diri saya untuk bisa mensyukuri atas segala nikmat tersebut. Semoga kita semua dimasukkan kedalam golongan hamba-hamba yang pandai bersyukur Aamiin....


Thursday 3 December 2020

Merawat Optimisme ditengah Kebuntuan

 


Manusia itu kadang dihinggapi rasa takut dengan kegagalan dan ketidakmampuan. Telah lupa bahwa hakikatnya memang kita ini lemah dan tak memiliki kesanggupan. Tugas manusia hanya memperjuangkan sekuat jiwa dan raga. Jalan terang dan mencapai kesuksesan sepenuhnya karena Tuhan sebagai pemberi kekuatan.

Ingatlah, orang beriman selalu optimis, tidak ada ruang untuk pesimis dalam hatinya. Apabila menghadapi kebuntuan, dipahami sebagai latihan untuk naik kelas ke level yang semakin tinggi tingkatannya. Diperhatikan nya waktu, kondisi jiwa, dijaganya anggota badan agar jangan sampai terucap kalimat yang tak pantas atau bersikap di luar batas.

Yakin sepenuh hati bahwa Allah Maha Pemurah. Telah disiapkan kemudahan bersamaan dengan datangnya kesulitan. Karena sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. 

Menghadapi kebuntuan, rawatlah optimisme. Sikap mental demikian itu akan mengantar kan pada kebahagiaan yang dicita-citakan. Berputus asa akan menjadikan diri menjadi pribadi yang pesimis.

Jangan sempitkan peluang dan kesempatan karena tak ada yang tak mungkin bagi Allah SWT. 


Monday 23 November 2020

Belajar Memaknai Waktu dan Kesempatan



Dalam kehidupan ini mungkin banyak sekali kesempatan yang telah kita terima, dan banyak pula kesempatan yang kita sia-siakan. 

Sejauh mana hidup ini dapat terus melangkah, bisa terlihat dari bagaimana kita memanfaatkan kesempatan yang datang tanpa memilih hal apa yang harus diperbuat nantinya.

Kesempatan yang terabaikan tiada lagi mampu kembali untuk kesekian kalinya. Namun langkah terbesar yang harus kita perjuangkan ialah tetap memberikan yang terbaik selama waktu dan kesempatan itu masih ada tanpa mengeluh, berpasrah hati dan tak mengenal lelah.

Kesempatanmu, adalah waktu untuk melakukan perubahan yang besar.

Saturday 31 October 2020

Belajar Ikhlas dalam menginisiasi sebuah Pembangunan Lingkungan

 


Menginisiasi sebuah pembangunan lingkungan itu merupakan hal yang baik, namun belum tentu ajakan baik tersebut akan serta merta diikuti orang lain. Diperlukan kesabaran, keuletan dan juga keikhlasan. Karena jika kita salah dalam menyikapi, yang ada hanya rasa kesal, dongkol dan tentunya akan merugikan diri kita sendiri.

Dalam hal melakukan amal perbuatan, apapun bentuknya, hendaknya kita bersikap ikhlas. Ikhlas sendiri merupakan pekerjaan hati yang tidak akan tampak secara zahir. Orang yang ikhlas adalah orang yang mampu melepaskan segala bentuk keinginan kecuali Allah SWT.

KH. Musthofa Bisri pernah berkata: “Abadikan segala bentuk kebaikanmu dengan melupakannya.” Hikmah yang disampaikan Gus Mus ini adalah salah satu dari bentuk sikap ikhlas dalam melakukan kebaikan. Ikhlas itu laksana kotoran yang kita buang dan kita lupakan.

Landasan agama tentang Ikhlas yaitu mengerjakan sesuatu semata-mata murni sebagai bentuk pengabdian kepada Allah SWT. Selayaknya kegiatan menginisiasi pembangunan ini, ikhlas bisa diibaratkan sebagai bentuk dedikasi kita kepada lingkungan. Beraktifitas karena dasar cinta dan komitmen yang tinggi, dan bukan karena hal lain.


Saturday 12 September 2020

Pemberdayaan Kerja Bakti dalam Pembangunan Pagar RW 06


Strategi pembangunan lingkungan bisa dilakukan dengan banyak cara, diantaranya dengan membayar tukang untuk mengerjakannya atau dengan cara kerja bakti bersama-sama. Keduanya mempunyai sisi positif-negatif. Dalam konteks pembangunan pagar RW 06 ini kami memilih cara mengkombinasikan kedua nya. Untuk pekerjaan yang membutuhkan keahlian khusus, kami membayar tukang untuk mengerjakannya. Dan untuk pekerjaan yang kemungkinan bisa dikerjakan bersama-sama, kami memilih dengan cara kerja bakti.

Kerja bakti adalah salah satu bentuk dari kehidupan bertetangga. Kepedulian seseorang dalam kerja bakti demikian terlihat jelas bisa dirasakan, misalnya ada kebersamaan, silaturahmi, berbagi, berkontribusi yang berorientasi sosial. Juga yang pasti adalah manfaat kebersihan lingkungan, selain manfaat yang diperoleh secara individual.

Manfaat sosial lainnya adalah untuk meningkatkan kewaspadaan sosial bertetangga. Silaturahmi dalam kerja bakti dapat memonitor seseorang, misalnya sedang keluar kota, berhalangan atau sakit. Dengan demikian warga dapat mengkondisikan, memberi bantuan atau pertolongan.

Di kehidupan modern yang makin individual, tidak jarang ada saja rumah tangga yang tidak mau berinteraksi. Dalam banyak hal, tetangga yang tertutup ini memiliki masalah. Melalui silaturahim hasil kerja bakti, dapat mendeteksi hal-hal yang mencurigakan, kemiskinan, tindakan kriminal, atau gangguan sosial lainnya.  

Manfaat positif kerja bakti perlu diberdayakan. Kiranya hal ini dapat diagendakan secara rutin di lingkungan RT & RW kita. Yang lebih penting adalah inisiatif warga, karena mereka paling mengenal kondisi lingkungan dan antisipasi permasalahannya. Agenda dapat disesuaikan dengan kebutuhan setempat.



12092020
RW06

Thursday 20 August 2020

Menjenguk Anak Di Pondok



Kamis, 20 Agustus 2020, tiga hari setelah peringatan Kemerdekaan RI ke-75, saya beserta keluarga meluncur ke Ponpes Darul Iman Al Madina Tebuireng Jombang. Tujuannya adalah menjenguk putra pertama yang baru nyantri.

Hari ini akan menjadi hari yang mendebarkan sekaligus membahagiakan. Sebabnya, sudah 40 hari, orang tua santri baru dilarang bertemu anaknya. Terasa lama menunggu tibanya hari ini untuk melihat keadaan putra saya yang berjuang seorang diri, menapak masa depannya. Inikah yang disebut rindu dan kasih sayang?

Sejak pagi, halaman pesantren telah dipadati keluarga orang tua santri. Saya melihat beberapa santri baru tak kuasa meneteskan air mata. Entah apa maknanya? Sedih, gembira rindu, tidak betah, luapan derita, atau tetesan bahagia? Yang pasti, ekspresi itu muncul dari lubuk hati dan bukti kasih sayang antara anak dan orang tua yang tidak bisa aku tumpahkan melalui pena dan kata-kata.

Sebelumnya, isteri saya telah belanja dan menyiapkan snack, kue, dan makanan favorit putraku. Amunisi baru siap kirim untuk memperkokoh tekad sang buah hati menjadi santri. Selain itu, kami juga telah siap lahir batin untuk menjadi pendengar setia tentang pengalaman baru putraku berada di "penjara suci". Tak lupa surat keterangan sehat juga kami persiapkan untuk memasuki area pondok, karena di masa pandemi ini segala protokol kesehatan harus kita patuhi guna keselamatan bersama.

Saya menduga, putraku bakal berkeluh kesah dan bercerita panjang lebar tentang beratnya menjalani hidup di pesantren, seperti berebut jemuran, lelahnya mencuci baju, antri toilet, konsumsi yang tidak sesuai selera, teman yang nakal, sulitnya pelajaran baru, dan berbagai macam hal.

Ternyata, dugaan saya keliru. Putraku lebih banyak diam. Dari tatap matanya yang berkaca-kaca, tampak ketabahan dan kekuatan yang tidak aku kira. Ternyata dia sanggup menanggung semua derita. Ia jauh lebih kuat daripada yang aku perkirakan. Ia sanggup memendam semua hal yang kurang menyenangkan dan berusaha menampilkan diri bahwa semua baik-baik saja.

Dari pertemuan pertama ini, saya baru tahu, bahwa pesantren mengajarkan kita bertahan dalam kondisi dan situasi apapun, baik senang maupun tidak. Pengalaman ini jelas berharga bagi seorang santri dalam membentuk karakter sebagai seorang pejuang, bukan pecundang.

Tak terasa waktu menunjukkan pukul 09.00 WIB, satu jam sudah terlewati. Tiba waktunya untuk kembali berpisah. Aku berpesan :

"Putraku, kamu baru saja melangkah. Teruslah, jangan berhenti, apalagi balik kembali. Di sepanjang jalan, akan kamu temukan bunga dan juga duri. Inilah kehidupan. Tapi, jangan pernah berhenti. Jalan masih panjang, ada yang lurus, ada pula yang berliku. Di masa depan, kamu akan mengenang perjalanan penuh nostalgia ini dengan penuh kepuasan dan kebahagiaan. Percayalah, karena aku telah mengalaminya".



Monday 10 August 2020

Pesona Kora Evar

 


Terik matahari menyengat saat berkendara di bibir Laut Arafuru seakan memaksa saya harus berhenti sejenak. Awal Desember 2018 lalu di Pantai Batu Kora Desa Wangel, Kecamatan Pulau-pulau Aru, Kabupaten Kepulauan Aru, Maluku. Tampak beberapa orang pengunjung menikmati deburan ombak di sekitar tiga pecahan batu besar di pantai tersebut.


Seorang pengunjung mengambil gambar dari pesisir pantai yang berada di sisi timur gugus batu itu dengan kameranya. Hasil gambar berupa sinar matahari yang menembus deretan batu-batu sungguh menarik.

”Gambarnya keren. Mengintip mentari dari balik batu, he-he-he,” ujar pengunjung sambil tertawa seraya menunjukkan hasil potretannya. Tiga pecahan batu besar yang kelilingnya lebih dari 7 meter, dengan tinggi sekitar 5 meter dari dasar laut berbanjar tegak ke tengah laut itu memang merupakan daya tarik utama di pantai tersebut. Di pantai itu ada juga beberapa batu lain berukuran lebih kecil berdiri di sana membentuk sebuah gugus batu dengan jarak lebih kurang 50 meter hingga 70 meter dari garis pantai.

Pada salah satu bongkahan batu terbesar, di bagian atas terdapat lapisan tanah yang ditumbuhi pohon kelapa dan pinus. Pinus merindang hijau dan kelapa tegak menjulang, subur seperti halnya tumbuh di habitat biasanya. Ketika laut surut hingga belasan meter dari bibir pantai, pengunjung dengan mudah mendekati batu-batu itu.

Deretan batu yang terbilang unik tampak sempurna karena dibingkai pesisir pantai berpasir putih sejauh hampir 2 kilometer. Di sana berdiri ratusan pohon nyiur sehingga membuat suasana terasa asri kendati matahari siang menyengat.

Sajian pesonanya memang menggairahkan penikmat wisata sehingga menjadi pilihan utama warga Dobo, ibu kota Kabupaten Kepulauan Aru, dan sekitarnya.

Pemahaman Tentang Empan Papan


Ada sesuatu yang ingin saya tulis terkait filosofi Jawa yang sudah mulai jarang terdengar dalam kehidupan kita sehari-hari yaitu pemahaman tentang "Empan Papan" dimana artinya suatu sikap atau laku perbuatan orang yang bisa menempatkan sesuatu pada tempatnya dan pada saat dan kondisi yang tepat.

Sebagai contoh yang bisa saya sebutkan diantaranya :

Bahwa kita sepenuhnya berhak atas sebuah kegembiraan, itu benar. Kemudian, apakah kita boleh melompat-lompat dan berteriak dengan keras ketika ada orang sakit di situ?

Bahwa ketika lapar kita bisa makan dengan leluasa, apakah berarti kita boleh makan di area bandara dengan menggelar tikar?

Bahwa ketika kita memiliki sepatu yang sangat mahal, apakah kita bisa memakainya dengan cara mengalungkan di leher?

Bahwa ketika melihat postingan di sosmed yang rasa-rasanya menampar kita, apa ya benar postingan itu sangat khusus ditujukan kepada kita saja?

Hal ini diperlukan untuk lebih mudah melihat fenomena apapun dalam kehidupan. Semua ada takarannya. Semua ada tempatnya.

Salah satu takaran itu adalah produk budaya, termasuk bahasa lokal, situasi kondisi sosial dan budaya masyarakat.

Semoga bermanfaat.....










 

 

Monday 13 July 2020

Pesan Kiai Buat Wali Santri


Tulisan ini saya dedikasikan buat para wali santri di seluruh nusantara yang saat ini sedang mengalami masa transisi berpisah dengan anaknya untuk menuntut ilmu di pondok pesantren.

Hari ini terhitung hari kedua sejak kemarin kami menitipkan anak kami untuk diasuh oleh para pendidik dan kiai di Pesantren. Masih terngiang betul wejangan kiai yang menerima wali santri di aula pesantren.

Perkara menyekolahkan anak ke pesantren bukan hanya soal mengantarkan anak ke pesantren lalu membiayai pendidikannya. Namun ada hal-hal penting yang orang tua harus pahami tentang kehidupan di pesantren. Seperti kita ketahui, pada umumnya pesantren memiliki sistem dan disiplin yang ketat yang harus di taati oleh santrinya. Pesantren mengatur berbagai peraturan dalam setiap kegiatan santri di pesantren, mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali.

Nah, dalam hal penerapan disiplin, terkadang ada sebagian wali santri yang kurang memahami, sehingga di dalam perjalanan pendidikan anaknya di pesantren menimbulkan keselahpahaman terhadap pendidikan pesantren. Maka alangkah baiknya, sebelum menyekolahkan anak ke pesantren para orang tua harus terlebih dahulu teredukasi dengan pendidikan di pesantren. Para orang tua harus terlebih dahulu mempelajari kehidupan di pesantren, mulai dari disiplinnya, sistem, kegiatan dan sebagainya.

Pemahaman wali santri yang matang terhadap kehidupan pesantren akan memudahkan proses pendidikan anak selama di pesantren. Para orang tua tidak akan mengalami lagi yang namanya “culture shock” dengan kehidupan pesantren. Mental para orang tua wali harus disiapkan sebelum memutuskan menyekolahkan anak di pesantren, agar nantinya tidak menimbulkan protes kecil-kecilan terhadap sistem pendidikan pesantren.

Karena dalam keseharian pengurus pesantren, para dewan guru tidak hanya berurusan dengan santri, tapi juga akan berhadapan dengan wali santri. Para pendidik akan sedikit kewalahan jika ada wali santri yang kurang memahami kehidupan pesantren, karena pasti akan ada satu dua hal yang berbenturan dengan pandangan wali santri, terutama dalam hal penegakan disiplin terhadap santri.

Memahami pola pendidikan pesantren adalah hal yang sangat disarankan kepada para orang tua sebelum memutuskan menyekolahkan anak di pesantren. Menguatkan mental dan mengikhlaskan anak untuk sekolah di pesantren adalah salah satu kunci suksesnya anak kita belajar di pesantren. Membina komunikasi yang baik dengan dewan guru dan memantau perkembangan anak secara kontinuitas.

Salah satu pesan kiai buat wali santri di Pondok Pesantren adalah :

“Kalo mau punya anak bermental kuat, orang tua-nya harus lebih kuat, punya anak itu jangan hanya sekedar sholeh tapi juga bermanfaat untuk umat, orang tua harus berjuang lebih..ikhlas.. ikhlas.. ikhlas..

Anak-anak mu di pondok pesantren gak akan mati karena kelaparan, gak akan bodoh karena gak ikut les ini dan itu, gak akan terbelakang karena gak pegang “gadget”.

Insya Allah Anakmu akan dijaga langsung oleh Allah karena sebagaimana janji Allah yang akan menjaga Alqur’an..yakin.. yakin..harus yakin..

Lebih baik kamu menangis karena berpisah sementara dengan anakmu, karena menuntut ilmu agama dari pada kamu nanti kalau sudah tua menangis karena anak-anak kamu lalai terhadap urusan akhirat….kebanyakan memikirkan urusan dunia, berebut harta, pamer wajah dan lupa surga".

Semoga kita semua diberikan kekuatan oleh Allah serta diberikan rejeki yang berkah untuk bisa membiayai putra dan putri kita...Aamiin....


Sunday 12 July 2020

Mengantar Anak ke Pondok Pesantren


Hari ini Minggu tanggal 12 Juli 2020 saya berada di Pondok Pesantren Al Madina Diwek Jombang untuk mengantarkan anak menuntut ilmu di jenjang yang lebih tinggi.

Orang tua mana yang kuat melepas anaknya hidup berpisah. Apalagi di usia dini. Tapi memilih masa depan anak agar lebih baik secara ilmu pengetahuan dan agama, tentu harus dilakukan manakala orang tua secara sadar paham arti pendidikan.

Pilihan melepas anak menuntut ilmu di pasantren adalah salah satunya. Sistim di pasantren sudah dibuat bagaimana seorang anak tamatan Sekolah Dasar diinapkan dan diajar. Membuat bagaimana mereka betah dan mengisi waktu dengan ilmu dan keterampilan demi hari esok. Bukan untuk hari ini.

Jika diikutkan rasa kasih sayang seorang Papa dan Mama, anak masih kecil, belum mandiri, belum bisa dipisahkan dari orang tua. Bagaimana makan dan tidurnya dan sejumlah persoalan lain, membuat orang tua seperti saya tak akan melepaskan anaknya merantau dan berpisah.

Namun demikian orang tua seperti saya yang pemahaman ilmu dan agama masih apa adanya ketika ada pilihan yang lebih baik dan mampu dilakukan, seperti memasukkan anak-anak ke pasantren, tentu alasan ketidakmampuan orang tua mengajarkan anak akan nilai-nilai agama secara langsung, bisa diterima. Dari pada tidak ada pilihan, tidak mau tahu, tidak peduli dan hanya berpikir keduniaan. Menanam padi pasti tumbuh rumput. Tapi menanam rumput saja tak akan tumbuh padi.

Apalagi jika ditambahkan alasan lain, sibuk mencari uang, nafkah, ngak sempat, capek dan lain-lain. Ini menurut pendapat awam saya. Untuk itulah saya memilih berpisah dengan anak saya. Menurut saya ini jalan yang baik, menapikan perasaan saya, mamanya dan juga saudaranya. Setelah terlebih dahulu saya memberinya penjelasan dan keikhlasan. Selebihnya, saya serahkan pada Sang Khaliq. Sebagai pemilik Ilmu dan masa depan serta Ruh. Saya berharap penuh padaNya.



Friday 26 June 2020

Pengalaman Menabrak Sapi di Sabang

Hal yang unik biasanya gampang diingat, kejadian ini sekitar 3 tahun yang lalu saat saya berkunjung ke Kota Sabang. Saking penasarannya dengan titik 0 KM Indonesia di wilayah barat, saya manfaatkan libur yang hanya 2 hari untuk pergi ke Sabang dari Medan.

Segala persiapan kami lakukan, mulai dari memesan tiket bis, hotel sampai berbagai perlengkapan lainnya. Singkat cerita perjalanan kami mulai hari Jumat malam pukul 20.00 WIB dan tiba di Banda Aceh pada hari Sabtu pukul 06.00 WIB. Mengingat waktu yang singkat, kami langsung menuju ke hotel untuk mandi dan sarapan lalu dilanjut ke pelabuhan Ulee Lheue Aceh. Tiket kapal express kami beli langsung di pelabuhan. Harganya tidak terlalu mahal. Setelah 1 jam menunggu kapal pun berangkat menuju Sabang.

Sesampai di Pelabuhan Sabang kami menyewa sepeda motor untuk kami bawa ke titik 0 KM Indonesia. Karena baru pertama kali menjejakkan kaki di pulau yang baru, maklum lah kalau agak sering berhenti untuk ngambil foto. Hampir semua titik yang unik kami ambil gambar.

Setelah puas ber foto dan merasakan kuliner di Sabang, kami langsung balik ke Banda Aceh. Kapal yang akan membawa kami kembali jadwalnya pukul 16.00 WIB. Sementara pukul 15.00 WIB kami masih di titik 0 KM. Belum lagi waktu itu hujan deras sekali. Jadi kami pacu kendaraan dengan kencang, pilihan nya jika kami tidak bisa ikut kapal tersebut, kami harus menginap 1 malam di Sabang, sementara semua perlengkapan kami taruh di Hotel Aceh. Selain itu besuk kami harus menunggu kapal lagi, bisa-bisa sampai Aceh sudah siang.

Nah dengan cuaca hujan, jalan yang licin, motor sewaan pun dipacu dengan kencang. Dan apa yang terjadi ? Serombongan sapi menyeberang, motor pun tidak bisa dihentikan. Dan kawan saya harus menabrak sapi. Bersyukur teman saya dan sapi yang ditabrak tidak apa-apa. Sehingga kami bisa lanjut ke pelabuhan dan ikut kapal kembali ke Aceh. Walaupun dengan sedikit lecet di lengan namun kami bangga sudah menginjakkan kaki di pulau paling barat Indonesia....hehe...

Keunikan Masyarakat Lamalera di Kabupaten Lembata


Sesuatu yang unik dari masyarakat Lamalera yang mendiami Kabupaten Lembata di ujung timur Pulau Flores adalah setiap tahun selama enam bulan, mereka akan berburu ikan paus hanya dengan peralatan sederhana.

Dari berburu tersebut, salah satu hasil olahan nya adalah minyak paus. Minyak paus didapatkan dari kepala paus, dalam sebuah bagian di dalam rongga kepalanya. Warga Lamalera percaya bahwa minyak ikan paus memiliki manfaat terhadap kesehatan.

Saya sangat beruntung karena pernah mencoba meminum minyak ikan paus yang diberikan langsung oleh masyarakat Lamalera.

Konon minyak paus dianggap mampu membersihkan saluran pencernaan dari parasit dan juga diyakini mampu menyembuhkan penyakit dalam.

Selain minyak, produk olahan lain dari ikan paus tentu saja adalah daging dan kulitnya. Biasanya dijual dalam bentuk keripik, rasanya agak asin saat saya mencobanya. Untuk tulang dan sirip dijadikan barang kerajinan.

Tradisi berburu ikan paus ini saya rasa hanya ada di Kabupaten Lembata saja di Indonesia. Semoga ikan paus nya nggak punah ya, agar anak cucu kita kelak masih bisa melihat mamalia laut yang eksotis ini...Aamiin...




Tuesday 23 June 2020

Setiap Manusia Memiliki Peran


Sebuah pelajaran hidup kembali saya petik. Awalnya saya merasa aneh melihat orang melakukan sesuatu namun dirasa berseberangan dengan banyak orang. Dan ternyata pada akhir cerita baru diketahui bahwa perannya memang seperti itu. Mungkin diantara sahabat-sahabat juga sering melihat kejadian serupa dalam kehidupan sehari-hari.

Jika kita mau mengambil hikmahnya, manusia diciptakan Allah dengan peran masing-masing, ibarat sebuah lagu dunia ini panggung sandiwara itu memang benar adanya.

Ada yang kebagian peran kocak, peran wajar sampai peran berpura-pura. Bahkan ada yang berperan sebagai penonton yang kerjaannya tepuk tangan agar suasana menjadi hidup.

Keindahan kehidupan tidak semata-mata dinilai sebagai apa dia berperan, namun lebih pada apakah dia sudah berbuat yang terbaik di perannya.

Semoga Allah selalu melimpahkan keberkahan kepada kita semua. Aamiin....

Friday 19 June 2020

Sebuah Pelajaran Hidup Tentang Waktu


Beberapa hari terakhir ini saya banyak mendapat pelajaran tentang konsep waktu. Waktu memeluk semua dalam bentuk masa lalu dan masa depan.

Masa lalu merupakan kejadian-kejadian yang telah tertutup akan kemungkinan-kemungkinan, sedangkan masa depan adalah kemungkinan-kemungkinan yang terbuka.

Kemungkinan tersebut mau kita bawa kemana ? Mau ke hal yang buruk ataukah hal yang baik, itu tergantung apa yang kita lakukan saat ini.

Sebagai contoh kasus, bayangkan apabila terdapat sebuah gelas yang jatuh ke tanah, lalu apa yang akan terjadi? Gelas menjadi pecah. Tapi sebelumnya, pastilah ada yang menyebabkan gelas tersebut jatuh dan menjadi pecah.

Gelas yang telah pecah tidak akan dapat kembali menjadi gelas kecuali ada yang membuat pecahan tersebut menjadi gelas baru lagi. Gelas yang telah pecah inilah yang disebut kemungkinan-kemungkinan yang tertutup (masa lalu), sekaligus terbuka menjadi hal-hal lain selain kepingan gelas (masa depan). Dan itu semua bisa kita cegah pada masa kini. Berhati-hatilah....

#SebuahPelajaranHidup

Friday 29 May 2020

Coretan Hikmah Dibalik Pandemi


Situasi Pandemi yang melanda bumi ini seakan menguras energi, pikiran dan dana setiap orang. Hal ini tentunya juga kita alami bersama. Mulai dari adanya perubahan di tempat kerja, lingkungan masyarakat sampai kebiasaan sehari-hari.

Saya berusaha melihat dari sisi yang berbeda atas kondisi ini. Masyarakat disetiap daerah menjadi semakin akrab satu sama lain. Tanggung jawab untuk mengatasi wabah virus corona tidak bisa dilemparkan kepada pemerintah saja dan tidak perlu saling tuding siapa yang harus bertanggung jawab, karena semua warga bisa terlibat untuk menguatkan simpul bahu-membahu dalam menghadapi virus yang tak kasat mata itu.

Gotong royong merupakan upaya bersama untuk melawan penyebaran virus corona dan tiap pihak atau individu mempunyai kontribusi masing-masing dalam melawan penyebaran virus Corona. Pemerintah tentu punya cara sendiri dan masyarakat perlu menanggapi cara pemerintah itu secara positif.

Melakukan gotong royong mengantisipasi penyebaran pandemi global COVID-19 bisa dilakukan dengan menguatkan simpul komando hingga tingkat organisasi di RT/RW, bahkan di keluarga. Semua bergerak dengan mengisi peran dan posisinya masing-masing.


Pandemi COVID-19 tanpa disadari telah menumbuhkan sikap kepedulian, mempertebal rasa solidaritas dan kebersamaan yang terlihat dari berbagai komunitas dan perusahaan yang memberikan perhatian penuh kepada tenaga medis yang menjadi garda terdepan dalam penanganan wabah virus corona.

Bermunculannya aksi sosial yang dilakukan oleh individu, komunitas, tokoh masyarakat, perusahaan, dan berbagai institusi dengan membagi-bagikan masker atau sembako kepada warga yang terdampak COVID-19 merupakan bentuk kepedulian dan rasa empati yang tinggi atas krisis wabah Corona.

Dalam menghadapi pandemi seperti ini, sifat sosial manusia muncul dalam berbagai tindakan solidariras dan kebersamaan. Namun, keharusan menjaga jarak sosial dan fisik tentu tidak akan menghalangi mereka untuk tetap saling berbagi rasa.

Bumi pun menikmati waktu istirahat dari hiruk pikuk pergerakan manusia dan tingkat udara pun menjadi lebih bersih. Namun, yang tidak kalah penting, hikmah paling sederhana didapat adalah kita diingatkan kembali untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti menjaga kebersihan tangan yang selama ini jarang dipedulikan banyak orang dan menjaga daya tahan tubuh dengan mengonsumsi makanan yang bergizi.

Semoga badai COVID-19 segera berlalu karena masa-masa sulit saat ini tidaklah mudah dijalani bagi siapapun.

Tuesday 25 February 2020

Bertemu dengan Warga Korban Gempa Lombok


Bak menyisir ingatan ketika saya berkesempatan mengunjungi beberapa lokasi yang terdampak gempa Lombok dan bertemu dengan puluhan warga yang menjadi korban.

Peristiwa yang sangat mengerikan tersebut terjadi ketika gempa dengan kekuatan 7 Magnitudo mengguncang Lombok tanggal 05 Agustus 2018 pukul 19.46 Wita. Saat itu saya berada di Pantai Senggigi dan ikut bergabung bersama ribuan warga yang panik atas kejadian tersebut. Dilaporkan warga meninggal mencapai 381 orang, luka-luka 1033 orang dan kerugian rumah mencapai 22.721 unit yang rusak.

Hari ini tanggal 25 Februari 2020 saya menyusuri sisi barat dan utara Pulau Lombok mulai dari Pantai Ampenan, Senggigi, Pemenang, Tanjung, Bayan sampai Senaru di Kaki Gunung Rinjani untuk sebuah tugas dan berkesempatan bertemu dengan para korban.

Gempa tersebut sungguh menyisakan berbagai kisah pilu dan duka bagi warga Lombok. Guratan sedih masih terlihat jelas di wajah-wajah orang yang saya temui. Banyak dari mereka meratapi rumahnya yang hancur saat gempa terjadi.

Namun kita harus apresiasi langkah sigap pemerintah dan berbagai elemen yang bahu membahu membuat Lombok bangkit kembali.

Thursday 20 February 2020

Cerita Manhattan New York ditukar Pulau Run Maluku Karena Pala


Mungkin banyak diantara rekan-rekan yang belum pernah melihat pohon dan buah pala, termasuk saya. Walaupun sering pergi ke Maluku, saya juga tidak memperhatikan pohon yang dulu sempat membuat Belanda harus menukar Manhattan New York dengan Pulau Run di Banda Naera Maluku yang berukuran panjang 3,2 kilometer dan lebar 0,8 kilometer yang saat itu dikuasai Inggris karena termasuk daerah penghasil Pala.

Pala menjadi komoditas yang sangat berharga di Eropa kala itu. Konon harga segenggam pala setara dengan segenggam emas. Rempah menjadi bahan pengawet makanan, obat-obatan, hingga pemanas tubuh saat musim dingin melanda.

Cerita ini saya dapat dari seorang kawan ketika berada di lokasi pembibitan pala di kota Manado. Transaksi pertukaran tersebut bermula ketika Belanda berhasil mengalahkan Inggris di hampir seluruh Kepulauan Banda pada tahun 1621.

Namun tidak semua wilayah Kepulauan Banda berhasil dikuasai, Kerajaan Inggris masih memiliki Pulau Run.

Agar bisa memonopoli perdagangan pala, Belanda melakukan negosiasi untuk menukar Pulau Run dengan daerah jajahannya di pantai timur Benua Amerika, yaitu Manhattan.

Melalui Perjanjian Breda yang ditandatangani pada tanggal 31 Juli 1667, Inggris setuju dengan tawaran itu dan pulau yang dalam Bahasa Indian disebut dengan Manhattan tersebut resmi berpindah kepemilikan.

Dan selang 3,5 abad Manhattan kini berkembang menjadi kota bisnis terbesar di dunia. Sedangkan kehidupan Pulau Run berjalan sangat pelan, sejalan dengan harum buah pala yang tak lagi tercium oleh bangsa asing bahkan bangsanya sendiri.

Saturday 8 February 2020

Legenda Batu Sife / Batu Ayam di Pulau Asutubun


Selalu ada cerita di setiap perjalanan, kisah cerita ini saya dapat dari rekan-rekan pemuda Saumlaki yang berkunjung ke Pantai Sife di Pulau Asutubun bersama saya. Dengan menaiki perahu motor, kami bertujuh menyusuri pantai Pulau Yamdena untuk sampai di Pantai Sife.

Beberapa dari kami banyak yang tidak tau akan pantai sife, hanya 2 orang saja yang sudah pernah kesana.

Terik matahari yang menyengat dan goyangan ombak menemani kami sepanjang perjalanan diatas perahu selama 1,5 jam. Ketika sudah mau sampai di Pantai, teman saya menunjuk ke batu karang sambil bilang, disitu letaknya batu sife. Saya pun bertanya Batu Sife itu apa ? Dia bilang bahwa Batu Sife adalah Batu Ayam.

Konon Batu Sife adalah jelmaan dari ayam peliharaan Inkelu, makhluk halus penunggu pantai sife. Banyak orang yang mengatakan, bahwa setiap kali mereka datang ke pantai sife terdengar suara ayam berkokok. Padahal, sama sekali tak ada seekor ayam pun hidup di sana. Konon, suara tersebut merupakan ayam milik Inkelu yang telah berubah menjadi batu.

Karena penasaran saya mengajak beberapa kawan naik ke batu karang untuk melihat dari dekat. Memang butuh perjuangan untuk sampai di Batu Sife ini. Karena karangnya sangat tajam, jadi harus berhati- hati. Setelah sampai di atas karang saya mengambil beberapa dokumentasi.







Saturday 1 February 2020

Ngopi di "Jarod" Manado


Efek nunggu terlalu lama di Bandara, akhirnya saya iseng buka blog pribadi, eh tidak terasa sudah 1 bulan absen tidak buat catatan.   Memang 1 bulan terakhir ini saya lebih sering rute antar kota antar propinsi. Dan baru 1 minggu terakhir ini rute nya antar pulau. Bukan berarti antar kota nggak ada yang bisa di catat, ini karena saya aja yang sedikit beradaptasi dengan tanggung jawab baru.

Ok saya rasa cukup preambule nya. Saya akan memulai catatannya. Kemarin saya dikasi tau teman saya yang tinggal di Manado sebuah lokasi ngopi yang konon legendaris. Beliau bilang kalau nggak ngopi disitu sayang sekali, karena merupakan tempat yang cukup populer di kalangan penikmat kopi di sekitaran kota Manado.

Nama lokasi nya adalah "Jarod", mendengar yang aneh dan unik membuat terpantik rasa penasaran saya, langsung saja saya tanya Jarod itu apa ? Beliau bilang Jarod adalah singkatan dari Jalan Roda. Wah mirip Pingka yang ada di Tulungagung. Membuat populer sebuah tempat dengan menyingkat suku katanya. Kalau Pingka singkatan dari Pinggir Kali, hehe.....

Wokey singkat cerita kami menuju ke lokasi tersebut. Dan ternyata lokasinya ada di sebuah gang. Terlihat motor berjajar disekitaran lokasi tersebut. Gapura nya bertuliskan "Welcome to Community of Jalan Roda", kami memasuki gang tersebut yang sudah dipenuhi para penikmat kopi dari berbagai usia dan kalangan.


Kami pesan 3 kopi susu. Kalau dilihat dari presentasi lapisan cairan nya mirip vietnam drip, yaitu susu cream dibagian bawah dan kopi di atasnya. Tapi nggak pakai alat, kopinya langsung dicampur saat memasak air. Saya coba satu sruput....eh mantap juga....😁.


Baru lah kita mulai bahas Jarod itu apa, jadi begini....berdasarkan berbagai referensi konon Kota Manado dahulunya terkenal dengan nama wenang. Di Wenang ini terdapat satu kawasan yang bernama jalan roda atau jarod. Sejak jaman dulu, bahkan sebelum perang dunia I dan II, tempat ini menjadi titik kumpul dari warga masyarakat Minahasa, baik dari Tomohon, Tonsea, Tanawangko, dan Wori yang datang ke Wenang untuk menjual bahan-bahan hasil bumi.


Disebut jalan roda karena masyarakat Minahasa yang datang berjualan di tempat ini menggunakan alat transportasi roda pedati atau gerobak yang ditarik oleh sapi atau kuda.

Jalan roda pada waktu itu berfungsi sebagai stasiun roda atau pedati dan merupakan tempat berjualan bahan-bahan hasil bumi karena lokasinya berdekatan dengan pasar besar pada kala itu yaitu pasar Minahasa.

Nah saking populernya tempat ini, sampai sekarang tetap dilestarikan oleh masyarakat sekitar untuk berjualan kopi di jalan roda tersebut. Walaupun saat ini sudah bermetamorfosis menjadi kawasan yang modern. Namun esensi menikmati kopinya saya yakin masih sama dengan dahulu kala.