Sunday 24 May 2015

Mengambil pelajaran dari daun kering yang jatuh

Saat duduk dibawah pohon, secara tidak sengaja saya memperhatikan daun-daun kering yang jatuh ke tanah, memang secara lahiriah tidak ada yang istimewa untuk dilihat. Akan tetapi dari daun-daun kering itu sebenarnya kita bisa belajar beberapa hal :
  • Daun-daun kering yang jatuh dan sengaja digugurkan oleh sang pohon adalah pertanda bahwa sang pohon sedang melakukan proses penyesuaian diri terhadap kondisi lingkungan yang tidak banyak menyediakan air baginya. Ini dilakukan sepanjang masa kemarau sampai datang musim hujan. Daun-daun itu sengaja digugurkan untuk mengurangi penguapan air dalam tubuh pohon itu, sehingga dengan cara tersebut pohon itu bisa terus hidup sampai datang musim mudah memperoleh air. Dalam situasi kehidupan kita yang semakin berat, dapatkah kita mampu melepaskan segala sesuatu yang bisa menolong kita dari penguapan (pemborosan) sumberdaya yang kita miliki?  Sebab dengan cara itu kita akan sanggup melewati masa-masa berat dalam hidup.
  • Pada musim kemarau, pohon lebih memilih daun yang digugurkan, dan terus mempertahankan akarnya dalam situasi berat itu, karena memang akarlah yang bisa mencarikan air baginya untuk tetap hidup. Jika kita harus mengambil keputusan sulit dalam hidup ini, untuk bisa mempertahankan keberadaan diri dalam situasi kehidupan yang sangat berat, apakah kita dapat dengan tepat memutuskan untuk mempertahankan sebagian yang kita miliki agar dengannya kita terus bertahan hidup? Dalam badai kesulitan hidup yang begitu kuat, mungkin kita terpaksa kehilangan harta, kolega bahkan berpisah dari keluarga, tetapi kita harus tetap mempertahankan iman, cara berpikir dan besikap positif serta seluruh karakter mulia kita agar tetap bisa bertahan hidup, bahkan sanggup tetap berprestasi. 
  • Pada musim air mudah didapatkan lagi, maka pohon kembali menumbuhkan daun baru agar bisa membantunya mengelola memanfaatkan cahaya matahari sebagai energi baginya dalam proses yang dikenal dengan fotosintesis. Bisakah kita juga berlaku bijak seperti itu ? Melakukan kembali sebuah pekerjaan yang tadinya kita tinggalkan karena keterbatasan sumberdaya yang dibutuhkan, dan baru melakukan nya lagi ketika sudah berlimpah sumberdaya dengan cara mengajak kembali orang-orang yang kompeten bekerja lagi bersama kita ?
Semoga dari daun kering yang jatuh tersebut bisa kita ambil pelajaran yang terkandung didalamnya, amin.....





Sunday 17 May 2015

Museum Sri Baduga Bandung

"VIKRANTASYAVANIPATEH SRI MATAH PURNNAVARMMANAH TARUMANAGARA RENDRASYA VISNORIVA PADAPAYA" 

Artinya :

"Ini (bekas) dua tapak kaki yang seperti Dewa Wisnu, ialah kaki yang mulia sang Purnawarman raja dinegeri Taruma raja gagah berani.

Kalimat diatas adalah penggalan tulisan yang terdapat pada Replika Prasasti Ciaruteun yang ditemukan di Sungai Ciampea, Bogor. Tulisan huruf Pallawa dengan bahasa Sansekerta tersebut mengungkapkan kebesaran Raja Purnawarman yang bertahta di Tarumanegara pada abad 5 masehi.

Prasasti Ciaruteun adalah salah satu koleksi yang dimiliki Museum Sri Baduga Bandung, selain prasasti diatas masih banyak sekali koleksi-koleksi yang tersimpan di musem ini.
Menurut teman saya Bandung tidak hanya terkenal dengan distro dan kulinernya saja. Daerah tersebut juga kental dengan cerita sejarah. Nah jika ingin mengetahui histori Kota Kembang salah satu caranya yaitu berkunjung ke museum. 

Pembangunan Museum Sri Baduga dirintis sejak 1974 dengan mengambil model bangunan tradisional Jabar. Bangunannya berbentuk susunan panjang dan rumah panggung yang dipadukan dengan gaya arsitektur modern. Museum tersebut dibangun di atas tanah bekas areal kantor Kawedanan Tegalega seluas 8.415,5 meter persegi. Museum ini memang cukup luas sehingga dapat menampung hingga 20 bus pariwisata.
Museum Sri Baduga memiliki 6.600 koleksi yang kemudian dikelompokkan menjadi 10 klasifikasi. Koleksi pembuktian sejarah alam Jabar mengawali tata pameran di lantai satu.
Bagi traveller yang ingin mengunjungi Museum Sri Baduga ini beralamat di Jalan BKR No. 185 Cigereleng, Regol, Bandung. Museum ini buka setiap hari mulai pukul 08.00 hingga 14.00 WIB. Seperti halnya museum lain di Bandung, Sri Baduga juga menjadi lokasi wisata sejarah murah meriah. Tiket masuknya hanya Rp. 3000 untuk orang dewasa dan Rp. 2000 untuk anak-anak.

Berikut adalah beberapa foto yang sempat saya abadikan saat berada di Museum Sri Baduga:

 

 
 
 
 
 
 
 
 



 

Saturday 16 May 2015

Beli Keripik Pisang Rasa Khas Lampung



Mau nulis dari kemarin nggak jadi-jadi. Alhamdulillah akhirnya bisa juga sekarang nulis. Disini saya ingin bercerita tentang sebuah produk makanan khas Lampung, yaitu keripik pisang. Keripik pisang ini tidak biasa seperti yang kita makan, tetapi ada bumbu bubuknya dengan macam-macam rasa.Pertama kali saya mengetahui ada produk makanan seperti ini adalah saat saya berada di kota Bandar Lampung, yaitu sekitar 1 minggu yang lalu. Gara-garanya, saya telpon teman saya yang pernah tugas disini. Saya tanya kira-kira yang khas buat oleh-oleh dari Lampung itu apa ya? teman saya mengatakan kalau di Lampung ada keripik pisang rasa coklat, Nama tokonya adalah toko pusat Oleh-oleh Yen-yen yang berlokasi di Jalan Ikan Kakap No 86 Bandar Lampung. Karena penasaran saya dan beberapa teman langsung kesana.

Di Bandar Lampung sebenarnya ada beberapa merk keripik pisang, diantaranya yaitu merk Suseno, merk Aneka Yen-Yen dan merk Mr. Monkey. Kebetulan yang sempat saya beli yaitu merk Aneka Yen-yen. 
Keripik pisang rasa coklat merk aneka Yen-yen lumayan enak kalau menurut saya, begitu makan sekali langsung ketagihan. Kalau dari segi penampakan, keripik ini mirip dengan keripik pisang yang sering kita temui dengan potongan-potongan membujur (memanjang) tipis tapi tidak terlalu tipis. Lalu keripik-keripik tadi dilumuri dengan bubuk coklat yang menempel pekat pada keripik. Rasa coklatnya pas (melimpah tapi tidak terlalu manis). Di toko aneka yen-yen terdapat lima rasa lain yaitu original, Keju, Susu, Melon dan Mocca. Biar tidak penasaran, saya beli masing-masing rasa tadi. 
So...bagi teman-teman traveller yang singgah di kota Bandar Lampung, mungkin keripik pisang rasa-rasa khas Lampung ini bisa menjadi alternatif untuk barang oleh-oleh yang bisa dibawa pulang.



Tuesday 12 May 2015

Melintas di Kabupaten Serang

Panas, macet dan polusi mungkin tiga kata itu yang sempat terbesit di benak saya saat melewati jalanan di Kabupaten Serang. Ya....mungkin karena tempat yang saya kunjungi kebetulan di daerah industri tepatnya di perbatasan antara Kabupaten Serang dan Tangerang. 

Karena trending topik yang sering dibicarakan dimana-mana adalah soal batu, tak lupa saya sempatkan ngobrol dengan teman saya tentang batu yang khas di daerah Banten ini. Kenapa Banten ? ya.....karena sejarah Kabupaten Serang sendiri tentunya tidak terlepas dari sejarah Banten pada umumnya, Serang semula merupakan bagian dari wilayah Kerajaan / Kesultanan Banten yang berdiri pada Abad ke XVI dan Pusat  Pemerintahannya terletak di daerah Serang.

Menurut teman saya batu Kalimaya adalah batu yang khas di daerah Banten. Batu ini memiliki kilau warna yang lebih hidup yang lebih dikenal dengan kilau ‘kembang’ dan warnanya tidak menghilang atau luntur meskipun dalam waktu lama. Selain pada kilau dan warna, tekstur pada batu kalimaya hitam asal banten ini juga terlihat lebih kasar dibandingkan jenis opal yang banyak ditemukan di beberapa negara. Bahkan di pasaran internasional opal hitam asal Banten biasanya di hargai lebih mahal dan banyak di buru banyak kolektor mancanegara. Perbedaan itu tentu sudah sangat dikenal bagi kalangan kolektor dan penghobi, mengingat batu permata yang dihasilkan masing-masing negara secara umum akan memiliki perbedaan dan bisa dengan mudah dibedakan secara kasat mata terutama bagi mereka yang sudah paham seluk beluk dunia permata.

Sebagai kenang-kenangan telah berkunjung ke Banten, saya sempat diberi oleh-oleh bahan batu Kalimaya oleh teman saya. Mungkin itu sedikit catatan perjalanan saya saat melintas di Kabupaten Serang.