Wednesday 22 September 2021

Kenapa Suka Naik Gunung?

 


Beberapa waktu ini saya sering ditanya sama teman-teman, kenapa naik gunung ? Ya saya jawab asal saja, biar bisa nurunin gunung...haha....lalu dia nya diam. Memang bagi sebagian kawan yang tidak mempunyai hobi seperti saya, mesti terheran-heran. Apa enak nya naik gunung. Sudah capek, kedinginan, dari basecamp ke puncak harus memanggul carrier yang besarnya se gajah, pulang terkadang nggak bisa jalan seminggu karena nyeri, belum lagi yang ngeselin kalau ketemu temen yang suka nge-bully dan bingung kalo kita suka naik gunung.

Nah, buat kamu yang termasuk golongan baris innocent atau yang enggak tahu, melalui tulisan ini saya akan memberitahu alasan-alasan “Kenapa suka naik gunung?” 

Mendaki gunung adalah proses mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Mengagumi dan menikmati ciptaan Tuhan dengan cara yang luar biasa.

Mereka yang suka mendaki itu keren kawan! Gunung adalah hasil karya Sang Pencipta yang kerennya tiada duanya. Dengan naik gunung, kamu akan melalui banyak proses yang nggak gampang. Dari situlah, kamu bakal sadar, kamu nggak ada apa-apanya dibandingin gunung yang sedang kamu daki itu.

Peluh yang kamu keluarin, tubuh yang menggigil kedinginan, seakan membuat kamu sadar, mereka sedang berdzikir menyebut nama sang Penguasa jagad. Dan dari titik itu juga, kamu bisa menghargai hidup dan bersyukur atas agungnya ciptaan Tuhan Yag Maha Esa.

Selain itu mendaki gunung itu sama halnya dengan mengenali diri sendiri. Sejauh kaki melangkah, para pendaki ini juga sedang mencari tahu siapakah dirinya sebenarnya.

Naik gunung membuat kita sadar atas pribadi kita sendiri atau teman sependakian kita. Kok bisa sih, naik gunung bisa bikin kita sadar karakter kita? Emang naik gunung sama kayak konsul ke psikolog, gitu ya? Hahaha, Oke, gak usah panik, jadi teorinya seperti ini: 

Temen kamu       : “Bro, minta airnya dong, punya gue abiss nihh”

Kamu                        : “Duhh, punya saya abis juga bro, tahan bentar ya?” 

Terpaksa bohong karna kamu juga takut air kamu abis kalo diminta, kan kamu juga butuh air kan yaa. 

Nah, dari kondisi kamu diatas, bisa aja disimpulkan kalo kamu egois! Kenapa bisa seperti itu? Karena, orang naik gunung itu bukan sekedar naik dan turun trus bisa upload foto dengan bangganya. Semuanya tentang proses, jadi intinya itu sebenarnya bukan nyampe puncak, tapi mendalami moment ndaki.

Coba deh kamu tanya sama diri kamu sendiri, saat kamu capek siapa yang bantu? Saat kamu gagal semangat, siapa yang cerewet jadi tim horeee? Saat kamu udah gak kuat? Siapa yang mau nungguin kamu? Saat kamu mendadak kena hipoksia?

Siapa yang dengan sabar nenangin kamu, memotivasi kamu supaya seloww, membuat kamu bisa move up dan termotivasi meneruskan perjalanan? Nah proses inilah yang penting, proses inilah yang bakal memberi tahu kamu, siapa mereka yang setia dan siapa yang tidak.

Jadi, kalo ada yang bilang naik gunung biar bisa kenal diri sendiri, itu bener. Karena disini, kamu bakal sadar, apakah kamu sabar, bisa toleran sama temen, atau mungkin dari ndaki ini kamu bakal sadar kalo kamu ternyata manja, kekanak kanakan dan lain sebagainya.  

Kadang kala, sifat asli sesorang akan keluar dalam kondisi dan situasi, yang serba kekurangan. Iyaa, kekurangan, kurang air, kurang makanan, kurang selimut, kurang istirahat, kurang kehangatan, kurang perhatian, kurang kasih sayang....haha....

Naik gunung itu bukan sekadar nyampe puncak terus pulang dengan segudang foto yang dipamerin, naik dengan kaos berlabel yang bisa ngasih publik tahu kalau kamu beredar atau naik untuk tujuan absurd - menaklukan alam.

Manusia itu cuma butiran debu, yang harusnya bisa sadar dan membandingkan diri yang kecil ini dengan gagahnya gunung yang sedang mereka daki. Mendaki juga bukan tentang puncak, toh puncak cuma benda mati, yang gak ada apa apanya kalo dibandingin sama mereka yang nemenin kita saat perjalanan menujunya. 

Saya rasa itu alasan nya.....