Sunday 31 January 2021

Mencoba Untuk Merenung

 


Sebagai manusia kita dianugerahi pikiran. Berhari-hari kita disibukkan dengan berbagai hal. Dan tak jarang jika kesibukan kita tersebut banyak menguras energi dan pikiran. Sadarkah kita bahwa selain tubuh, pikiran juga membutuhkan istirahat.

Sediakan beberapa menit dalam sehari untuk melakukan perenungan. Lakukan di pagi hari yang tenang, segera setelah bangun tidur. Atau di malam hari sesaat sebelum beranjak tidur.

Konon nenek moyang kita dulu juga melakukan hal ini. Ada yang dilakukan di goa, di hutan dan tempat khusus lainnya. Kalau kita saat ini tidak harus ditempat khusus, cukup dikamar atau diruangan yang memungkinkan untuk melakukan hal ini.

Merenunglah dalam keheningan. Jangan gunakan pikiran untuk mencari berbagai jawaban. Dalam perenungan kita tidak mencari jawaban. Cukup berteman dengan ketenangan maka kita akan mendapatkan kejernihan pikiran. Jawaban berasal dari pikiran kita yang bening. 

Tidak cukup hanya dengan tidur. Kita perlu tidur dalam keadaan terbangun. Merenunglah dan dapatkan ketentraman batin.

Pikiran yang digunakan itu bagaikan air sabun yang diaduk dalam sebuah gelas kaca. Semakin banyak sabun yang tercampur semakin keruh air. Semakin cepat kita mengaduk semakin kencang pusaran.

Merenung adalah menghentikan adukan. Dan membiarkan air berputar perlahan. Perhatikan partikel sabun turun satu persatu, menyentuh dasar gelas.

Benar-benar perlahan. Tanpa suara. Bahkan kita mampu mendengar luruhnya partikel sabun. Kini kita mendapatkan air jernih tersisa di permukaan. Bukankah air yang jernih mampu meneruskan cahaya. Demikian halnya dengan pikiran kita yang bening.

Saturday 30 January 2021

Ketika Alam Ingin Bercanda Dengan Kita

 


Suatu ketika saya mendapat tugas untuk melakukan kunjungan ke Pulau Muna, karena waktu yang diberikan cukup singkat. Maka bergegaslah saya berangkat dari Hotel di Baubau menyeberang ke Raha. Saat sampai di pelabuhan Raha saya menuju lokasi yang sudah ditentukan.

Karena terburu-buru saya lupa membawa jas hujan. Alhasil saya pun berbasah kuyup kedinginan saat perjalanan.

Keesokan harinya saya berencana menyeberang ke Desa Terapung Tapitapi. Dengan berbekal pengalaman sebelumnya, segala sesuatu nya pun saya siapkan, termasuk jas hujan. Ternyata panas dan terik datang membakar hari. Sebalkah?

Dilain waktu saya pernah terburu-buru mengejar waktu, tetapi perjalanan malah tersendat, seolah membiarkan saya terlambat. Namun, ketika saya ingin melaju dengan tenang, pengendara lain malah membunyikan klakson agar saya mempercepat langkah. Sebalkah?

Mengapa keadaan seringkali tidak bersahabat? Mereka seakan meledek, mengecoh, bahkan tertawa terbahak-bahak. Inikah yang disebut dengan “ketidakmujuran”?

Sadari saja, itu adalah cara alam ingin bercanda dengan kita. Itulah cara alam mengajak kita tersenyum, menertawakan diri kita sendiri, dan bergurau secara nyata. Kejengkelan itu muncul karena kita tak mencoba bersahabat dengan keadaan. Kita hanya mementingkan diri sendiri.

Kita lupa bahwa jika toh keinginan kita tidak tercapai, tak ada salahnya kita menyambutnya dengan senyum, meski secara kecut, tak apalah.....☺️👍👍


Friday 29 January 2021

Racun Pikiran

 


Sekitar 5 bulan yang lalu tepatnya bulan Agustus 2020, kami bersama beberapa warga sedang menginisiasi sebuah pembangunan lingkungan berupa proyek pembuatan pagar perumahan, diperkirakan nilai proyeknya memakan dana puluhan juta rupiah. 

Singkat cerita kami segera melakukan koordinasi dengan seluruh perangkat lingkungan dan tokoh masyarakat. Alhasil proyek pembangunan disepakati untuk dijalankan dan dibentuk sebuah kepanitiaan. 

Ditengah perjalanan ternyata pengumpulan dana tidak semulus perkiraan. Karena ini proyek sosial, banyak diantara orang-orang yang menyangsikan keberhasilan proyek tersebut. Alasannya adalah saat ini masa pandemi dimana ekonomi sulit, bagaimana mungkin bisa mengumpulkan dana sebanyak itu. Ada juga yang menganggap hal ini tidak mungkin bisa dijalankan karena anggaran nya terkesan ngawur dan asal tulis saja, tidak mungkin pembuatan pagar dengan panjang hampir 200 meter bisa dibangun dengan dana puluhan juta. Belum lagi dihadapkan persoalan lain, siapa nanti pekerja yang mengerjakan, tidak akan ada orang yang mau membantu dan masih banyak lagi hal teknis yang kami hadapi.

Dengan berbekal kemauan yang kuat, transparasi pelaporan keuangan, dukungan dari beberapa orang dan atas ijin Allah SWT. Kami terus bekerja untuk mewujudkan keinginan untuk membangun pagar tersebut. Saat ini sudah berjalan hampir 5 bulan. Dan syukur alhamdulillah pembangunan tersebut sudah bisa direalisasikan dengan nilai proyek yang sudah dikeluarkan sebesar Rp 109.000.000. Sebuah pencapaian yang diluar perkiraan awal. Saat ini pagar sudah berdiri kokoh dan sudah bisa diambil manfaat nya.

Dari sepenggal cerita diatas saya ingin memberikan sebuah ulasan bahwa pikiran kita sesungguhnya memiliki kemampuan yg luar biasa. Tetapi seringkali diracuni oleh hal-hal negatif yang masuk dari luar diri kita sehingga melemahkan pikiran kita. Dalam hal ini, kata-kata seperti: “Tidak mungkin”, “Sangat sulit”, “Mustahil”, “Tidak ada harapan”, “Tidak akan bisa”, dan lainnya adalah racun pikiran yang bisa menciptakan mental block, yang akan membatasi & melemahkan kemampuan pikiran kita.

Oleh karena itu, buang jauh-jauh kata-kata terlarang itu jika mau sukses. Jadilah pribadi yang positif, yang harapannya tinggi dan kekecewaannya pendek. Itu yang akan menghebatkan.


Thursday 28 January 2021

Belajar Menyederhanakan Persoalan Hidup

 


Selama masa pandemi ini kita dituntut untuk menyesuaikan segala hal, baik itu terkait kebiasaan-kebiasaan kita, urusan pekerjaan kita, urusan sosial kita dan masih banyak lagi. Tentunya hal tersebut berpotensi menimbulkan banyak masalah. 

Sebenarnya yang membuat rumit masalah itu adalah diri kita sendiri. Pikiran rumit karena ia belum mencapai pada pembelajaran hidup, bagaimana berpikir logis. Perasaan menjadi rumit, karena mengundang terlalu banyak persoalan yang tak selayaknya dirasa-rasakan. 

Hidup ini begitu sederhana, jika mengerti cara menikmatinya, tanpa harus mengada-ada dan membiasakan meletakan masalah pada tempatnya. 

Pada suatu malam, kami sempat mendiskusikan hal ini bersama beberapa orang sahabat. Sebagai contoh kita tak mungkin bisa mengendalikan jalannya semesta raya. Pikiran dan perasaan orang lain itu di luar jangkauan, kita hanya bisa menciptakan kesan tentang diri kita pada orang. Soal penilaian, itu hak pribadi orang. Tugas kita di dunia hanya menanamkan kebaikan dan berbuat baik. Adapun ketika kita masih diperbincangkan juga di belakang, biar saja, itu bukan urusan kita. Biarkan saja mereka diurus oleh Tuhan..!

Kompleksitas pikiran manusia seperti gerobak, manusia itu seringkali membawa-bawa "sampah informasi" ke mana-mana. Sampah itu ada di dalam pikiran dan perasaan. "Sampah" yang  diseret-seret ke manapun ia pergi. Semua masalah yang bukan urusan dirinya dimasukan tanpa filter. Baik soal-soal di masa lalu, dan masa sekarang. Seolah semua masalah orang adalah masalah dirinya. 

Lucunya, sebegitu banyak masalah hidup yang harus ia selesaikan dan dihadapi, alih-alih menyelesaikan masalah-masalah pribadinya, ia masih "rakus" memata-matai hidup orang lain di sekitarnya. 

Mereka memasukkan berita remeh-temeh, gosip-gosip yang bertebaran baik di jejaring sosial maupun di lingkungan ke dalam pikirannya. Apa yang menarik dari urusan pribadi orang, bukankah kita juga sudah sedemikian rumit dengan hidup kita sendiri yang belum memberi manfaat bagi sesama dan meninggalkan jejak bagi kehidupan ini? 

Manusia ini makhluk yang "kreatif", terkadang, sering mengundang kerumitan-kerumitan dalam pikiran dan perasaannya sendiri. Padahal, kita memiliki naskah hidup sendiri-sendiri yang harus dimainkan. Kurang elok dipandang  jika menjadi juri atas hidup orang lain. 

Mungkin benar kata-kata dari Socrates, "Bahagia itu sederhana, termasuk di dalamnya menyederhanakan urusan-urusan dalam hidup".


Tuesday 26 January 2021

Obrolan ringan saat di kolam renang

 


Saat saya duduk di kolam renang sebuah hotel, ada seseorang yang mendekati saya, dia memperkenalkan diri dan mengajak ngobrol. Dari pembicaraan singkat yang kami lakukan ternyata dia adalah tamu hotel yang sedang menunggu anaknya berenang.

Entah karena kesamaan situasi dimana kami sama-sama berada di lokasi yang sama membuat kami menjadi akrab. Seseorang tersebut banyak menceritakan kisah hidupnya kepada saya. Diantaranya bahwa menjadi orang itu sebaiknya seperti air bukan seperti besi. 

Cerita yang disampaikan begini, ada dua buah benda yang bersahabat karib yaitu besi dan air. Besi seringkali berbangga akan dirinya sendiri. Ia sering menyombong kepada sahabatnya : “lihat ini aku, aku kuat dan keras, aku tidak seperti kamu yang lemah dan lunak.” Air hanya diam saja mendengar tingkah sahabatnya.

Suatu hari besi menantang air berlomba untuk menenembus suatu gua dan mengatasi segala rintangan yang ada di sana. Aturannya : “barang siapa dapat melewati gua itu dengan selamat tanpa terluka maka ia dinyatakan menang.”

Rintangan pertama mereka ialah mereka harus melalui penjaga gua itu yaitu batu-batu yang keras dan tajam. Besi mulai menunjukkan kekuatannya, ia menabrakkan dirinya ke batu-batu itu. Tetapi karena kekerasannya, batu-batuan itu mulai runtuh menyerangnya dan besipun banyak terluka disana sini karena melawan batu-batuan itu.

Air melakukan tugasnya, ia menetes sedikit demi sedikit untuk melawan bebatuan itu, ia dengan lembut mengikis bebatuan itu sehingga bebatuan lainnya tidak terganggu, ia hanya melubangi seperlunya saja untuk lewat tetapi tidak merusak yang lainnya.

Score air dan besi 1:0 untuk rintangan ini atas kemenangan air.

Rintangan kedua mereka ialah mereka harus melalui berbagai celah sempit untuk tiba di dasar gua.

Besi mengubah dirinya menjadi mata bor yang kuat dan ia mulai berputar untuk menembus celah-celah itu. Tetapi celah-celah itu cukup sulit untuk ditembus, semakin keras ia memutar memang celah itu semakin hancur tetapi ia pun juga semakin terluka.

Air dengan santainya merubah dirinya mengikuti bentuk celah-celah itu. Ia mengalir santai dan karena bentuknya yang bisa berubah ia bisa dengan leluasa tanpa terluka mengalir melalui celah-celah itu.

Score air dan besi 2:0.

Rintangan ketiga ialah mereka harus dapat melewati suatu lembah dan tiba di luar gua.

Besi kesulitan mengatasi rintangan ini, ia tidak tahu harus berbuat apa, dan akhirnya ia berkata kepada air : “Score kita 2:0, aku akan mengakui kehebatanmu jika engkau dapat melalui rintangan terakhir ini!”.

Airpun segera menggenang sebenarnya ia pun kesulitan mengatasi rintangan ini, tetapi kemudian air membiarkan sang matahari membantunya untuk menguap. Ia terbang dengan ringan menjadi awan, kemudian dengan bantuan angin yang meniupnya keseberang dan mengembunkannya maka air turun sebagai hujan.

Air menang telak atas besi dengan score 3:0.

Pelajaran yang kita dapatkan dari sini, jadikanlah hidupmu seperti air. Air dapat memperoleh sesuatu dengan kelembutannya tanpa merusak dan mengacaukan karena dengan sedikit demi sedikit ia bergerak tetapi ia dapat menembus bebatuan yang keras.

Ingat, hati seseorang hanya dapat dibuka dengan kelembutan dan kasih, bukan dengan paksaan dan kekerasan. Kekerasan hanya menimbulkan dendam dan paksaan hanya menimbulkan keinginan untuk membela diri.

Air selalu merubah bentuknya sesuai dengan lingkungannya, ia fleksibel dan tidak kaku karena itu ia dapat diterima oleh lingkungannya. Dan sekalipun air mengalami suatu kemustahilan untuk mengatasi masalahnya, ia tidak mengandalkan kekuatannya sendiri. Sehingga ia mengalami mujizat, dan dikaruniakan kemampuan untuk merubah dirinya menjadi uap.


Tulisan saat berkunjung ke Trenggalek

 

Kemana pun destinasi yang dituju, setiap perjalanan tentu memiliki makna. Biasanya kita mengemas makna perjalanan dalam bentuk foto yang akan selalu menjadi kenangan setelah pulang. Selain foto, makna perjalanan juga bisa dituangkan ke dalam bentuk tulisan. Gak hanya menjadi kenangan untuk diingat tapi juga bisa jadi sumber inspirasi bagi orang lain.

Saat berkunjung ke kota Gaplek Trenggalek, saya bertemu dengan beberapa orang. Salah satunya adalah Mbah Mirah. Beliau adalah warga asli Trenggalek yang tinggal di lereng perbukitan di daerah Bendungan.

Keseharian beliau menanam ketela untuk dibuat gaplek. Seperti sudah banyak diketahui, letak geografis daerah Bendungan yang berada di perbukitan dataran tinggi sehingga lahan persawahan cenderung lebih sempit dibandingkan dengan luas daerah secara keseluruhan. 

Adapun sebagian warga ada yang berusaha menanam padi Lahan kering atau dalam istilah lokal dikenal "gogo", tidak diperoleh hasil yang memuaskan dikarenakan luas lahan mereka yang tidak terlalu luas dan sudah ada tanaman lain atau sistem tumpang sari. Sehingga untuk mencukupi kebutuhan beras, warga masyarakat banyak yang mengandalkan belanja dari toko. Hal tersebut tentunya cukup membebani warga masyarakat mengingat banyak warga yang hidup dibawah garis kemiskinan dan juga disebabkan pula minimnya lapangan pekerjaan. 

Adalah pohon ketela atau pohon singkong, pohon ini dapat tumbuh subur di daerah Bendungan bahkan dilahan yang sudah digunakan sistem tumpang sari sekalipun. Hampir setiap pekarangan warga masyarakat terdapat tanaman ubi ketela atau singkong tersebut. 

Hal ini dilakukan untuk mencari alternatif makanan pokok pengganti beras karena singkong sendiri dapat diolah menjadi nasi thiwul. Masa panen singkong sendiri setelah masa tanam berkisar sembilan atau sepuluh bulan. Untuk mengolah singkong menjadi nasi thiwul yang siap saji dibutuhkan proses pengolahan yang cukup panjang. Setelah Ketela dikupas, ketela tersebut kemudian dijemur kurang lebih selama 5 hari. Kemudian ketela yang sudah kering atau yang lebih dikenal dengan sebutan gaplek tersebut dicuci bersih lalu ditumbuk halus menjadi tepung. Setelah ketela kering tersebut berubah menjadi tepung, untuk membuat nasi thiwul masih harus melewati proses pembentukan bulir atau dalam istilah warga lokal dikenal dengan sebutan nginthil. Setelah proses penginthilan selesai kemudian bulir tepung tersebut di tanak yang membutuhkan waktu sekitar 45 menit. Barulah nasi thiwul tersebut dapat dihidangakan. Nasi thiwul itu sendiri sangat cocok dihidangkan dengan lauk ikan asin, bothok dan sambal. Berdasarkan cerita para sesepuh warga daerah Bendungan, nasi thiwul sudah ada sejak zaman dahulu kala, bahkan dahulu warga masyarakat hanya mengkonsumsi nasi thiwul saja tanpa nasi putih, mengingat minimnya lahan persawahan masyarakat dan rendahnya daya beli masyarakat terhadap beras yang dijual di toko- toko. 

Kurang lebih seperti itu pengalaman saya saat berkunjung ke Trenggalek kota Gaplek.

Saturday 16 January 2021

Catatan 6 bulan memondokkan anak di Pesantren


Memondokkan anak bukan hanya ujian bagi sang anak, itu juga ujian untuk kita, hikmah yang saya catat banyak. Diantaranya adalah berikut:

Belajar sabar untuk ta’at. Sabar bukan hanya pada saat ada musibah ternyata. Sabar juga adalah hal penting saat kita memilih untuk taat aturan di pondok. Ketika aturannya tak boleh pulang ya sudahlah ia tidak kita bawa pulang melainkan sesuai aturan. Saat kangen melanda saya juga tetap sabar menghitung kalender untuk berkunjung sesuai aturan.

Belajar tawakkal. Bahwa ketika mata dan diri kita tak bisa menjangkau langsung maka kita wakilkan pada Alloh dalam do’a. Yakin bahwa Alloh lah yang akan mewakili ini dan tentu itu lebih baik serta Paling baik. Adakah penjaga yang lebih baik dari penjagaan Alloh SWT.

Belajar menyisihkan rezeki dengan tertib mengingat di pondok butuh biaya.

Belajar semakin istiqomah berdo’a untuk anak-anak. Addu’a shilahul mu’min. Hanya doalah yang menjadi senjata ampuh kita.

Belajar membangun hubungan yang baik dengan para wali santri lain yang sebelumnya tak saling kenal.

Belajar memahami melalui mendengarkan ceritanya saat sambangan. Kira-kira apa saja yang mereka lakukan di pondok. Menghayati melalui cerita anak-anak kita ternyata indah sekali…

Belajar agama dan al-qur’an lebih baik lagi agar setidaknya di masa awal ini kita tak kalah sama anak-anak kita…  Jika suatu saat mereka mengungguli kita pastikan bahwa kita telah pada level tinggi pengetahuan dan akhlaq kita sehingga mengungguli kita berarti Luar Biasa…!!!  Aamiin…..


Saturday 9 January 2021

Salam Sehat dan Terus Berkarya

 


Sore ini kami melakukan aktifitas kerja bhakti di lingkungan dan dilanjutkan dengan acara makan bersama. Walaupun dimakan di tepi jalan dengan menu yang sederhana kami sangat bersyukur karena masih bisa merasakan nikmatnya makanan. Kalau direnungkan ternyata masih banyak saudara kita diluar sana yang saat ini harus dirawat karena sakit, jangankan bisa menikmati makanan yang lezat, untuk bernafas saja sulit.

Selain itu kami juga sangat bersyukur karena sampai saat ini masih bisa melakukan hal yang bisa bermanfaat bagi sesama dan diri sendiri. Tiap individu dibekali kelebihan masing-masing. Tergantung bagaimana cara kita menerima dan menggunakan potensi yang diberikan Allah kepada kita.

Seperti saat ini, kita patut bangga dianugerahi talenta publikasi positif, berkarya melalui tulisan. Menjadikan teknologi informasi hal yang berguna, bukan latah dengan virus covid, virus hoax dan virus tinggal forward, he...he...

Bangga bisa belajar public speaker lewat belakang panggung. Maksudnya belakang layar smartphone atau laptop. Nih saya lagi semangat belajar menebarkan virus positif bahwasannya nulis itu keren.

Saya ingin berbagi cerita di sini. Berbagi tulisan yang bisa bermanfaat bagi semua orang dengan menulis sebuah pengalaman yang sangat berkesan. Siapa tau bisa menginspirasi....


Friday 1 January 2021

Obrolan tentang "Orang Benar dan yang merasa benar"

 


Sambil menunggu pergantian tahun 2020 ke 2021 kami menikmati pahit nya kopi dan ngobrol banyak topik, diantaranya Ngaji Urip tentang Orang benar dan merasa benar.

Orang benar, tidak akan berpikiran bahwa ia adalah yang paling benar. Sebaliknya orang yang merasa benar, didalam pikirannya hanya dirinya yang paling benar.

Orang benar, bisa menyadari kesalahannya. Sedangkan orang yang merasa benar, merasa tidak perlu berintropeksi. Karena merasa sudah benar, mereka cenderung tinggi hati.

Orang benar memiliki kelembutan hati. Ia dapat menerima masukan/kritikan dari siapa saja. Bahkan dari anak kecil sekalipun. Orang yang merasa benar, hati nya keras. Ia sulit untuk menerima nasehat, masukan apalagi kritikan.

Orang benar akan selalu menjaga perkataan dan perilakunya, serta berucap penuh kehati-hatian. Orang yang merasa benar, berpikir, berkata dan berbuat sekehendak hatinya tanpa mempertimbangkan dan memperdulikan perasaan orang lain.

Pada akhirnya orang benar akan dihormati, dicintai dan disegani oleh hampir semua orang. Namun orang yang merasa benar hanya akan disanjung oleh orang-orang yang berpikiran sempit, yang sepemikiran dengannya, atau orang-orang yang sekedar ingin memanfaatkan dirinya.

Kita ini, termasuk tipe yang manakah ? apakah kita tipe “orang benar” atau “orang yang merasa benar” ? mari bersama evaluasi diri. Bila kita sudah termasuk tipe “orang benar”, bertahanlah dan tetap rendah hati.

Jika kita mampu mengubah apa yang ada di dalam diri menjadi positif, maka dunia luar kita pun akan ikut berubah menjadi positif.

Seruput kopi pahit nya😊👌