Saturday 17 September 2016

Makam Raja Tombolotutu di Toribulu


Selesai melakukan kunjungan di Desa Singura kami melanjutkan perjalanan ke Desa Toribulu dan di tengah perjalanan tepatnya disisi jalan sebelah kiri, saya menjumpai papan petunjuk yang bertuliskan Makam Raja Tombolotutu ( Pua Datu Pamusu ). Tanpa berfikir panjang saya langsung menghentikan laju kendaraan. Dari papan petunjuk disebutkan arah 400 M ke utara. Dengan menyusuri jalan di dalam perkebunan kakao yang cukup lebat akhirnya kami temukan makam tersebut. Secara penampakan keadaan makam memang tidak begitu terawat dengan baik. Banyak sekali daun kering yang kami jumpai disekitar makam. Disitu sedikitnya kami melihat ada 3 buah makam. Tidak begitu lama di area komplek makam kami putuskan untuk melanjutkan perjalanan ( bacanya: ngeri....karena sepi...hehe... ), ya paling tidak rasa penasaran kami telah hilang.

Beranjak dari situ saya mencoba mencari beberapa referensi dan informasi mengenai keberadaan makam tersebut. Memang hampir semua kawan yang saya tanya mengaku tidak tahu tentang keberadaan makam tersebut. Dan apakah makam tersebut benar Makam Raja Tombolotutu yang tersohor itu atau bukan, sampai saat ini saya belum menemukan jawabannya. 


Berdasarkan referensi yang saya baca konon Raja Tombolotutu adalah orang yang sangat sakti. Beliau diangkat menjadi Raja ke 4 di Kerajaan Moutong sekitar tahun 1898. Kerajaan Moutong mulai menunjukkan tujuan yang sesungguhnya, yaitu ingin menguasai seluruh wilayah di Teluk Tomini. Dalam memajukan ekonomi rakyatnya, maka Raja Tombolotutu menganjurkan kepada rakyatnya untuk menanam pohon kelapa dan padi. Selain itu, aktivitas perdagangan di Teluk Tomini tetap dilaksanakan sebagaimana yang telah dilakukan oleh pendahulunya. Semenjak dipimpin Raja Tombolotutu Pelabuhan Moutong semakin ramai. Letak Kerajaan Moutong yaitu di daerah Toribulu, Kasimbar (dulu disebut Toribut/Torileleng) dalam bahasa Tajio berarti orang yang tinggal di atas gunung. Masyarakat asli Toribulu dikenal sebagai Topo Tajio. Raja Tombolotutu merupakan keturunan asli Topo Tajio. Masyarakat Moutong pada saat itu mempunyai banyak bahasa, yang diantaranya adalah bahasa Tajio.


Demikian halnya perlawanan Raja Tombolotutu di Moutong. Pada jaman penjajahan Belanda, Raja Tombolotutu merasa terdesak dengan keberadaan penjajah Belanda yang ingin memecah daerah-daerah Moutong termasuk Toribulu untuk menjadi distrik-distrik kekuasaan Belanda. Namun demikian, Raja Tombolotutu tidak menerima tindakan Belanda tersebut sehingga melakukan perlawanan-perlawanan yang kemudian dibantu oleh Raja Banawa, untuk  memerangi Belanda. Namun, Raja Tombolotutu terdesak dan akhirnya mengisyaratkan kepada seluruh prajurit dan masyarakatnya untuk bergerilya dan pindah ke atas pegunungan. Hingga Raja Tombolotutu pun gugur oleh senjatanya sendiri yang ia beri nama Lacori, keris itu menembus tubuhnya. Sehingga tertumbuk pada batu tempat ia bersandar maka patalah ujung keris itu. Jenazah Raja Tombolotutu di ambil oleh mertuanya dan dikebumikan di Toribulu. Maka pantai utara teluk tomini sepenuhnya talah dikuasai oleh Belanda dalam tahun 1904. Sehingga seluruh daerah kekuasaanya akhirnya dikuasai sepenuhnya oleh Belanda.

No comments:

Post a Comment