Friday 4 June 2021

Tulisan saat di Bumi Blambangan

 


Jarum jam di tangan menunjukkan angka sembilan pagi. Hari itu saya mendapatkan tugas untuk berkunjung ke beberapa lokasi di ujung timur pulau Jawa. Tanah di desa Krajan, Sukojati, Kecamatan Kabat, Kabupaten Banyuwangi, masih basah karena diguyur hujan lokal sejak pagi. 

Laju mobil yang saya kendarai berjalan lambat karena harus menyusuri jalan sempit perkampungan. Dari kaca mobil, saya bisa memandang hamparan sawah di kanan dan kiri jalan.

Titik yang saya kunjungi hampir merata di seluruh Kabupaten Banyuwangi, mulai sisi utara, selatan, timur dan barat. Start saya mulai dari Rogojampi, sekitar 20 kilometer dari Kota Banyuwangi. Selanjutnya saya lanjutkan ke Cluring, Singojuruh, Genteng, Kalipuro, Muncar dan beberapa lokasi lainnya.

Dari beberapa lokasi tadi, yang paling berkesan saat berada di Muncar. Konon menurut salah satu warga yang saya ajak ngobrol ketika makan siang, Muncar adalah pusat kerajaan Blambangan yang dibangun VOC setelah kekalahan rakyat Blambangan dalam perang Puputan Bayu. Bisa disebut, di Muncar inilah periode Kerajaan Blambangan II yang bercorak Islam dimulai, dan merupakan ibu kota kerajaan terakhir sebelum akhirnya pindah ke Banyuwangi.

Di Muncar saya sempat mampir di Situs Umpak Songo, Desa Tembokrejo. Situs ini dipercaya sebagai bekas reruntuhan bagian kerajaan. Di dalam areal seluas setengah hektare itu terdapat 49 batu besar dengan sembilan batu di antaranya berlubang di tengah. Batu-batu yang tengahnya berlubang itu berfungsi sebagai umpak atau penyangga. Karena itulah, situs ini dinamakan Umpak Songo yang artinya sembilan penyangga.

VOC memindahkan ibu kota kerajaan ke wilayah ini karena letaknya yang berdekatan dengan Pelabuhan Muncar. VOC berkepentingan mengawasi Selat Bali dari kerajaan-kerajaan di Bali yang berusaha merebut Blambangan. Apalagi, kerajaan-kerajaan di Bali kerap memberi bantuan kepada Blambangan saat peperangan melawan VOC maupun kerajaan-kerajaan Islam sehingga Blambangan sulit terkalahkan.

Langkah lain, VOC akhirnya terpaksa bekerja sama dengan Mataram Islam untuk mengislamkan Blambangan sebagai upaya untuk memutus hubungan Blambangan dengan Bali. Islamisasi itu ditempuh dengan menempatkan orang-orang Mataram Islam untuk menjadi raja di Blambangan dengan harapan proses Islamisasi berlangsung cepat.

Jarum jam mulai menunjukkan pukul lima sore, sudah saat nya kembali ke penginapan. Saya merasa bersyukur dimana bisa mendapatkan sebuah pengetahuan tentang sejarah kerajaan Blambangan yang mana riwayatnya masih tetap lestari di masyarakat.

No comments:

Post a Comment