“Tanpa manusia, budaya tidak ada, namun lebih
penting dari itu, tanpa budaya, manusia tidak akan ada” begitulah kata bijak yang
dikatakan Clifford
James Geertz seorang ahli antropologi asal Amerika Serikat. Sebuah kata
bijak yang sederhana namun sangat dalam makna dan filosofinya. Apabila menurut
sejarah manusia, mengenai otak dan kecerdasannya yang menghasilkan sebuah
budaya berdasar cipta, rasa dan karsa maka disitulah letak peradaban manusia
diukur. Dengan terciptanya sebuah budaya, maka manusia tidak akan lepas dari
budayanya masing-masing dan selalu tergantung akan budaya tersebut.
Pulau Bawean tidak hanya kaya
akan potensi kekayaan alam yang unik dan menakjubkan. Akan tetapi pulau yang
satu ini juga kaya akan seni budaya yang beraneka ragam. Hal ini dikarenakan Bawean
di bangun oleh ras yang beragam dan di bangun atas hasil modifikasi dari budaya
perantau. Seni budaya bawean diantaranya ada kercengan, gelipang, mandailing,
dungkah, korcak dan sebagainya. Seni Mandailing terdiri dari personel musik,
pembaca pantun, dan penari. Kesenian ini biasanya sering dilaksanakan pada
acara pernikahan dan penyambutan hari-hari besar.
Tadi malam saya sempat mengajak
anak saya untuk menonton salah satu kesenian Mandailing di dusun Sokela, Patar
Selamat, Sangkapura, Bawean. Hal ini saya lakukan untuk mengenalkan salah satu seni budaya kepada anak saya. Karena budaya ini sudah mulai luntur oleh derasnya
arus budaya dari luar yang masuk. Semoga dengan ikut nguri-uri kabudayan ( ikut
menghidupkan kebudayaan ) maka warisan budaya ini akan tetap lestari terjaga.
No comments:
Post a Comment