Tuesday 5 August 2014

Cerita Asal-usul Masuknya Islam di Pulau Bawean



Kalau ada pulau yang 100% penduduknya beragama Islam, Bawean lah jawabannya. Sampai saat ini belum ada seorangpun masyarakat asli Bawean yang tinggal di Pulau Bawean menganut agama selain Islam. Begitulah statement yang sempat saya baca di beberapa artikel tentang Pulau Bawean. Ketika saya berada di Pulau ini nuansa islami memang terasa begitu kental di tatanan budaya masyarakatnya. 
Tadi malam sepulang dari sholat berjamaah di Masjid Jami' Istiqomah Desa Patar Selamat, Kec. Sangkapura, Bawean, saya sempat membaca sebuah artikel yang menurut saya cukup menarik yaitu tentang asal-usul masuknya agama Islam di Pulau Bawean. Diceritakan pada abad XVI Maulana Umar Mas’ud atau sering disebut Pangeran Perigi, merupakan cucu dari Sunan Derajat ( Sayyid Zainal Alim ) masuk ke Pulau bawean melalui pelabuhan tua Kumalasa dengan menaiki seekor ikan dari Madura, untuk menyebarkan agama Islam di kalangan penduduk pulau Bawean yang masih terpengaruh oleh faham animisme. Sebelumnya Bawean dipimpin oleh seorang raja yang bernama Babileono, ia sangat dipatuhi dan ditakuti oleh seluruh rakyatnya. Raja dan seluruh rakyatnya belum mengenal Islam, menjadi perhatian bagi Umar Mas’ud yang menyebarkan ajaran agama Islam di Pulau Bawean. Mula-mula Maulana Umar Mas’ud dengan ramah tamah dan bijaksana mengajak raja Babileono untuk masuk agama Islam. Setiap kali beliau mengajak, raja selalu menolaknya. Bahkan raja Babileono selalu menghina dan mencemooh Maulana Umar Mas’ud. Sampai suatu saat dengan kesombongan dan keangkuhan raja Babileono menantang Maulana Umar Mas’ud untuk beradu kekuatan. Mendengar tantangan raja yang begitu angkuh maka Maulana Umar Mas’ud menerimanya, tetapi dengan mengajukan syarat , siapa yang kalah harus tunduk dan patuh pada yang menang, syarat ini diterima oleh raja Babileono.

Tepat pada waktu yang telah ditentukan berkupullah seluruh rakyat dan pembantu setia raja untuk menyaksikan adu kekuatan sakti sang raja dengan Maulana Umar Mas’ud. Raja Babileono mengambil kesempatan pertama untuk unjuk kebolehan, dengan tenaga dalamnya, ia merobohkan pohon yang besar. Kemudian dengan suara yang lantang raja Babileono menyuruh Maulana Umar Mas’ud membangunkan kembali pohon yang besar yang telah ditumbangkannya. Suara kegirangan diiringi tepukan tangan dan tawa seluruh pembantu raja dan rakyatnya yang merasa bangga melihat kemampuan rajanya. Tetapi Maulana Umar Mas’ud dengan tenang menghampiri pohon besar yang sudah tumbang itu, lalu dengan seksama menyapu sebagian batang pohon tersebut dengan tangannya, seketika itu pula pohon itu bergerak dan tegak kembali seperti sedia kala. Melihat apa yang terjadi, seluruh yang hadir terdiam dan terperangah merasa takjub.

Maulana Umar Mas’ud kemudian menunjukan kebolehannya. Ia dengan menggunakan sebuah tongkat yang dibawanya merobohkan seekor kerbau besar, kemudian mempersilahkan raja untuk mengangkatnya. Tetapi malang bagi sang raja, berkali-kali mencoba mengangkatnya tidak berhasil juga, walaupun dibantu oleh pengikut-pengikut setianya yang mempunyai kekuatan sihir yang tinggi. Akhirnya Umar Mas’ud melempar kerbau tersebut dengan tongkat saktinya sampai ke laut. Melihat kejadian ini raja Babileono merasa malu dan tidak kuat menahan marah sehingga raja Babileono secepat kilat menghunus pedangnya dan menyerang Maulana Umar Mas’ud, namun dengan tongkat saktinya Maulana Umar Mas’ud dapat menangkisnya dan pedang raja Babileono melukai raja sendiri hingga akhirnya sang raja meninggal dunia. Maulana Umar Mas’ud sendiri memerintah di pulau Bawean antara tahun  1601 – 1630 M. Dari situlah Islam menjadi agama rakyat yang dianut sampai sekarang. 

Mungkin itu sekelumit kisah yang bisa saya tulis ulang tentang asal usul masuknya ajaran agama islam di pulau Bawean semoga memberikan kita ispirasi.



Salam hormat
Bawean 14.44 WIB

No comments:

Post a Comment