Kalau ada pulau yang 100%
penduduknya beragama Islam, Bawean lah jawabannya. Sampai saat ini belum ada
seorangpun masyarakat asli Bawean yang tinggal di Pulau Bawean menganut agama selain
Islam. Begitulah statement yang sempat saya baca di beberapa artikel
tentang Pulau Bawean. Ketika saya berada di Pulau ini nuansa islami memang terasa
begitu kental di tatanan budaya masyarakatnya.
Tadi malam sepulang dari sholat
berjamaah di Masjid Jami' Istiqomah Desa Patar Selamat, Kec. Sangkapura, Bawean, saya sempat
membaca sebuah artikel yang menurut saya cukup menarik yaitu tentang asal-usul
masuknya agama Islam di Pulau Bawean. Diceritakan pada abad XVI Maulana Umar
Mas’ud atau sering disebut Pangeran Perigi, merupakan cucu dari Sunan Derajat (
Sayyid Zainal Alim ) masuk ke Pulau bawean melalui pelabuhan tua Kumalasa dengan
menaiki seekor ikan dari Madura, untuk menyebarkan agama Islam di kalangan
penduduk pulau Bawean yang masih terpengaruh oleh faham animisme. Sebelumnya Bawean
dipimpin oleh seorang raja yang bernama Babileono, ia sangat dipatuhi dan
ditakuti oleh seluruh rakyatnya. Raja dan seluruh rakyatnya belum mengenal
Islam, menjadi perhatian bagi Umar Mas’ud yang menyebarkan ajaran agama Islam
di Pulau Bawean. Mula-mula Maulana Umar Mas’ud dengan ramah tamah dan bijaksana
mengajak raja Babileono untuk masuk agama Islam. Setiap kali beliau mengajak,
raja selalu menolaknya. Bahkan raja Babileono selalu menghina dan mencemooh
Maulana Umar Mas’ud. Sampai suatu saat dengan kesombongan dan keangkuhan raja Babileono
menantang Maulana Umar Mas’ud untuk beradu kekuatan. Mendengar tantangan raja
yang begitu angkuh maka Maulana Umar Mas’ud menerimanya, tetapi dengan
mengajukan syarat , siapa yang kalah harus tunduk dan patuh pada yang menang,
syarat ini diterima oleh raja Babileono.
Tepat pada waktu yang telah
ditentukan berkupullah seluruh rakyat dan pembantu setia raja untuk menyaksikan
adu kekuatan sakti sang raja dengan Maulana Umar Mas’ud. Raja Babileono
mengambil kesempatan pertama untuk unjuk kebolehan, dengan tenaga dalamnya, ia
merobohkan pohon yang besar. Kemudian dengan suara yang lantang raja Babileono
menyuruh Maulana Umar Mas’ud membangunkan kembali pohon yang besar yang telah
ditumbangkannya. Suara kegirangan diiringi tepukan tangan dan tawa seluruh
pembantu raja dan rakyatnya yang merasa bangga melihat kemampuan rajanya.
Tetapi Maulana Umar Mas’ud dengan tenang menghampiri pohon besar yang sudah
tumbang itu, lalu dengan seksama menyapu sebagian batang pohon tersebut dengan
tangannya, seketika itu pula pohon itu bergerak dan tegak kembali seperti sedia
kala. Melihat apa yang terjadi, seluruh yang hadir terdiam dan terperangah
merasa takjub.
Maulana Umar Mas’ud kemudian
menunjukan kebolehannya. Ia dengan menggunakan sebuah tongkat yang dibawanya
merobohkan seekor kerbau besar, kemudian mempersilahkan raja untuk
mengangkatnya. Tetapi malang bagi sang raja, berkali-kali mencoba mengangkatnya
tidak berhasil juga, walaupun dibantu oleh pengikut-pengikut setianya yang
mempunyai kekuatan sihir yang tinggi. Akhirnya Umar Mas’ud melempar kerbau
tersebut dengan tongkat saktinya sampai ke laut. Melihat kejadian ini raja Babileono
merasa malu dan tidak kuat menahan marah sehingga raja Babileono secepat kilat
menghunus pedangnya dan menyerang Maulana Umar Mas’ud, namun dengan tongkat
saktinya Maulana Umar Mas’ud dapat menangkisnya dan pedang raja Babileono
melukai raja sendiri hingga akhirnya sang raja meninggal dunia. Maulana Umar Mas’ud
sendiri memerintah di pulau Bawean antara tahun
1601 – 1630 M. Dari situlah Islam menjadi agama rakyat yang dianut
sampai sekarang.
Mungkin itu sekelumit kisah yang
bisa saya tulis ulang tentang asal usul masuknya ajaran agama islam di pulau
Bawean semoga memberikan kita ispirasi.
Salam hormat
Bawean 14.44 WIB
No comments:
Post a Comment