Budaya
mudik selalu dilakukan masyarakat Indonesia menjelang lebaran. Ada mitos bahwa
ketupat yang dimakan bersama keluarga setelah mengalami macet, perjalanan
panjang, berdesakan dengan penumpang yang lain dan berbagai sensasi selama
perjalanan, itu lebih enak dimakan daripada waktu dimakan di hari biasa? atau
mitos petasan dikampung lebih "merdu" serta mitos takbiran di mushola
dekat rumah dikampung lebih syahdu? hehe.....itu lah mungkin anggapan
kebanyakan orang termasuk juga saya.......hari Jumat tanggal 25 Juli 2014 pukul
16.00 WIB saya telah melakukan perjalanan ritual yang disebut dengan “mudik”,
saya berangkat lebih awal untuk mengantisipasi macetnya jalanan dan memang
tiket kapal sampai dengan sore hari belum saya pegang, jadi sekalian nanti bisa
mengurus tiket dulu. Tujuan mudik saya kali ini adalah ke sebuah pulau kecil
yang lokasinya berada di tengah-tengah laut Jawa, pulau yang saya tuju bernama
Pulau Bawean. Perjalanan ke Pelabuhan saya tempuh dengan 3 kali oper kendaraan
dari lokasi tempat tinggal saya di Sidoarjo, pertama saya harus naik mini bus atau
bison untuk menuju ke Terminal bis Bungurasih Surabaya lalu saya lanjutkan
dengan naik bus kota menuju ke Terminal Bis Tambak Oso Wilangun, setelah itu
dilanjutkan dengan naik angkot ke pelabuhan III Indonesia di kota Gresik. Karena
anak dan istri sudah mudik duluan jadi saya sendirian melakukan perjalanan ini.
Setiba
di pelabuhan penumpang sudah ramai berdesakan untuk mengantri tiket. Seperti kebanyakan
lokasi yang terdapat di Indonesia, tiket di loket sudah habis dan yang ada
hanya di calo. Alhasil hargapun lebih mahal dari yang biasanya. Normalnya harga
tiket kapal hanya Rp. 70.000 per orang dan karena membeli di calo maka saya
harus membayar seharga Rp.120.000. Sungguh ironis memang dikala pemerintah dan dinas
perhubungan mengkampanyekan program anti calo, tapi praktek ini masih subur
berkembang.
Susana
di sekitar kapal sudah ramai dipadati calon penumpang yang akan berangkat ke
Pulau bawean. Rata-rata dari mereka adalah orang asli Bawean namun sudah lama
merantau di luar daerah. Ada yang kerja di luar pulau dan ada juga yang kerja
di luar negeri.
Waktu
telah menunjukkan pukul 21.00 WIB Petugas Syahbandar Pelabuhan mulai memeriksa
kesiapan kapal dan perlengkapan keselamatan calon penumpang. Dan tepat pukul
23.00 WIB kapal mulai diberangkatkan dari Pelabuhan Indonesia III Gresik menuju
ke Pulau Bawean. Setelah perjalanan kurang lebih 2 jam mulai ombak terasa, para
penumpang yang berada diatas kapal sudah banyak yang mengambil posisi tidur
agar ombak tidak begitu terasa.
Semalaman
kami berada di atas kapal Motor Gili Iyang, jam ditangan sudah menunjukkan
pukul 06.30 WIB, sayup-sayup pulau Bawean sudah mulai terlihat. Dan semua
penumpang segera mempersiapkan diri untuk turun. Tepat pukul 07.00 WIB kapal
mulai sandar. Semua penumpang mengambil posisi untuk bergiliran turun ke
daratan. Terlihat dari kejauhan adik ipar dan anak saya menjemput di pelabuhan.
Dan saya langsung menghampiri untuk menuju ke rumah.
Demikian
sedikit kisah mudik saya tahun ini ke Pulau Bawen. Tulisan ini akan coba saya
tutup dengan pantun “Ketupat sayur aku suguhkan, Kubawa minuman di atas baki,
Kulipat tangan maaf ku ucapkan, Menyambut lebaran bersihkan hati”.
Dan bagi para
pemudik hendaknya berhati2 di jalan, Waspada agar selamat sampai di tujuan.
Bawean, 12.19
Rudy Salam
wah gili iyang padet banget yg dari gresik
ReplyDeletetapi makasih buat info mudiknya, pingin ke sana tapi mungkin bbrp hari aja setelah lebaran:)
salam kenal, dan selamat hari raya Idul Fitri