Saturday 1 February 2020

Ngopi di "Jarod" Manado


Efek nunggu terlalu lama di Bandara, akhirnya saya iseng buka blog pribadi, eh tidak terasa sudah 1 bulan absen tidak buat catatan.   Memang 1 bulan terakhir ini saya lebih sering rute antar kota antar propinsi. Dan baru 1 minggu terakhir ini rute nya antar pulau. Bukan berarti antar kota nggak ada yang bisa di catat, ini karena saya aja yang sedikit beradaptasi dengan tanggung jawab baru.

Ok saya rasa cukup preambule nya. Saya akan memulai catatannya. Kemarin saya dikasi tau teman saya yang tinggal di Manado sebuah lokasi ngopi yang konon legendaris. Beliau bilang kalau nggak ngopi disitu sayang sekali, karena merupakan tempat yang cukup populer di kalangan penikmat kopi di sekitaran kota Manado.

Nama lokasi nya adalah "Jarod", mendengar yang aneh dan unik membuat terpantik rasa penasaran saya, langsung saja saya tanya Jarod itu apa ? Beliau bilang Jarod adalah singkatan dari Jalan Roda. Wah mirip Pingka yang ada di Tulungagung. Membuat populer sebuah tempat dengan menyingkat suku katanya. Kalau Pingka singkatan dari Pinggir Kali, hehe.....

Wokey singkat cerita kami menuju ke lokasi tersebut. Dan ternyata lokasinya ada di sebuah gang. Terlihat motor berjajar disekitaran lokasi tersebut. Gapura nya bertuliskan "Welcome to Community of Jalan Roda", kami memasuki gang tersebut yang sudah dipenuhi para penikmat kopi dari berbagai usia dan kalangan.


Kami pesan 3 kopi susu. Kalau dilihat dari presentasi lapisan cairan nya mirip vietnam drip, yaitu susu cream dibagian bawah dan kopi di atasnya. Tapi nggak pakai alat, kopinya langsung dicampur saat memasak air. Saya coba satu sruput....eh mantap juga....😁.


Baru lah kita mulai bahas Jarod itu apa, jadi begini....berdasarkan berbagai referensi konon Kota Manado dahulunya terkenal dengan nama wenang. Di Wenang ini terdapat satu kawasan yang bernama jalan roda atau jarod. Sejak jaman dulu, bahkan sebelum perang dunia I dan II, tempat ini menjadi titik kumpul dari warga masyarakat Minahasa, baik dari Tomohon, Tonsea, Tanawangko, dan Wori yang datang ke Wenang untuk menjual bahan-bahan hasil bumi.


Disebut jalan roda karena masyarakat Minahasa yang datang berjualan di tempat ini menggunakan alat transportasi roda pedati atau gerobak yang ditarik oleh sapi atau kuda.

Jalan roda pada waktu itu berfungsi sebagai stasiun roda atau pedati dan merupakan tempat berjualan bahan-bahan hasil bumi karena lokasinya berdekatan dengan pasar besar pada kala itu yaitu pasar Minahasa.

Nah saking populernya tempat ini, sampai sekarang tetap dilestarikan oleh masyarakat sekitar untuk berjualan kopi di jalan roda tersebut. Walaupun saat ini sudah bermetamorfosis menjadi kawasan yang modern. Namun esensi menikmati kopinya saya yakin masih sama dengan dahulu kala.



No comments:

Post a Comment