Museum
Timah Indonesia adalah museum teknologi pertimahan yang saat ini dikelola oleh
PT Tambang Timah (Persero) Tbk, yang sebetulnya sudah berdiri sejak tahun 1958.
Bertujuan mencatat sejarah pertimahan di Kepulauan Bangka Belitung, sekaligus
memperkenalkannya kepada masyarakat perihal pertambangan timah.
Museum
ini menempati sebuah gedung bersejarah yang awalnya adalah rumah dinas Hoofdt
Administrateur Banka Tin Winning (BTW). Dalam museum ini, ada banyak hal yang
bisa kita pelajari, utamanya perihal sejarah pertambangan timah di Indonesia,
terlebih tambang timah di Pulau Bangka dan Pulau Belitung.
Disini kita juga bisa mempelajari sejarah eksplorasi bijih timah dengan pemboran. Pemboran
pada mulanya dilakukan dengan alat bor tusuk yang diperkenalkan oleh pendatang
China di awal abad 18. Orang
China menamakannya dengan sebutan Ciam yang berarti ujung runcing. Sedangkan
orang Belanda menamakannya dengan sebutan Chinese Stick. Ciam adalah sebuah
tongkat yang terbuat dari tembaga, diujungnya terdapat takuk untuk mengambil
contoh lapisan tana. Contoh bagaimana alat bernama Ciam ini bisa kita lihat di
Museum Timah Indonesia.
Sejak tahun 1885, bor Bangka mulai digunakan para penambang, diciptakan oleh JE
Akkeringa, seorang ahli Geologi BTW. Peralatan ini berguna untuk pemboran
lapisan alluvial dengan kedalaman kurang dari 40 meter. Hampir seluruh
eksplorasi mineral berat dari lapisan tanah sekunder pada tahap tertentu
menggunakan bor Bangka. Namun, memasuki abad 19, mulai ditemukan lapisan
alluvial dalam, di mana bor Bangka sudah tidak mampu lagi menembusnya, sehingga
diciptakanlah berbagai modifikasi alat bor yang berbasis bor Bangka.
Disana juga ada berbagai foto armada penambangan timah laut di Indonesia.
Apakah
cuma sebatas itu isi museum ini? Masih ada lagi ternyata, yakni perihal
manuskrip awal penulisan sejarah Bangka. Sejarah Bangka ditulis pertama kali
oleh Haji Idris, seorang guru di Muntok, Bangka Barat, pada tahun 1861 silam. Catatan
sejarah ini dimutakhirkan oleh Abang Arifin Tumenggung Kertanegara I pada tahun
1879, dan Abang Muhammad Ali Tumenggung Kertanegara II pada tahun 1879.
Dilanjutkan oleh Raden Achmad dan Abang Abdul Jajal pada tahun 1925.
Nah,
sungguh banyak bukan hal yang dapat kita pelajari di Museum Timah Indonesia di
Pulau Bangka ini? Seraya mempelajarinya, tentu saja secara langsung kita bisa
melihat-lihat benda yang dijelaskan tersebut diatas. Semuanya dikoleksi di
Museum Timah Indonesia yang terletak di Jalan Jendral Sudirman Muntok, Bangka Barat. Semua itu bisa kita pejari gratis, sebab pengelola
museum tidak memungut biaya sepersen pun dari pengunjung yang datang.
Bangun Karta melaju jum'at sore 21 Maret 2015, salam kenal pak,
ReplyDeletesalam kenal juga pak Aziz
Delete