Monday 23 November 2015

Ponco Waliko di Petilasan Maha Patih Narotama


Bersama beberapa kawan anggota Tim Wiyak Bumi Wiyak Langit, saya berkesempatan mengunjungi Petilasan Patih Narotama di Komplek Petirtaan Zaman Airlangga Candi Jolotundo. Di depan bangunan petilasan tersebut terdapat tulisan yang berjudul Ponco Waliko. Awalnya tulisan tersebut tampak biasa-biasa saja, namun ketika saya baca berulang-ulang ternyata tulisan tersebut berisi wejangan yang sangat dalam dan masih relevan dengan kondisi saat ini.

Adapun isi dari “Ponco Waliko” yaitu :
1. Kudu trisno marang sepadaning urip.
2. Ora pareng nerak wewalering negara.
3. Ora pareng milik sing dudu samestine
4. Ora pareng sepata nyepatani.
5. Ora pareng cidro hing ubaya (Janji )

Rerangkenipun;
-Ora butuh rewang, ora butuh musuh
-Butuhe mung kabecikan.

Kalau di terjemahkan secara dangkal ke dalam bahasa Indonesia kira-kira adalah: 
1. Harus mencintai sesama makhluk hidup (khususnya manusia)
2. Tidak boleh melanggar tatanan negara yang sudah disepakati
3. Tidak boleh mengambil sesuatu yang bukan haknya
4. Tidak boleh saling mendoakan jelek antar sesama
5. Tidak boleh ingkar janji

Hubungannya adalah:
-Tidak membutuhkan bantuan (bisa mandiri), tidak butuh musuh
-yang dibutuhkan adalah kebaikan.

Dari kelima kalimat yang terdapat di Ponco Waliko tersebut sepertinya penggagas wejangan sangat ingin mengatakan bahwa kesederhanaan pemikiran dan perenungan terhadap alam semesta ini akan menciptakan kejujuran filosofi yang justru sangat hakiki, yaitu patuh kepada hakikat kemanusiaan yang memang sangat sederhana, bahwa manusia tidak mempunyai hak untuk menciptakan ‘gagasan’ kebenaran, karena itu mutlak kepunyaan Tuhan, dan sudah ditanamkan di jiwa manusia jauh sebelum manusia dilahirkan.
Ketika manusia mampu berlaku jujur, kejahatan dan angkara murka menjadi tidak menakutkan, karena kebenaran adalah sebuah kejujuran.

Demikian sekelumit pelajaran yang bisa di petik dari kunjungan ke Petilasan Patih Narotama.
 
 
 
 

 


1 comment: