Monday, 10 March 2014

Jalan-jalan di Kabupaten Pemalang



Saat melakukan kunjungan ke Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah. Saya teringat lagu waktu saya masih berada di bangku Taman Kanak-Kanak yang berjudul “Naik Kereta Api”, kalau nggak salah liric nya seperti ini :

Naik kereta api … tut … tut … tut
Siapa hendak turut .....

Kebetulan sarana transportasi yang saya pilih adalah kereta, jadi saya berhenti di stasiun Pemalang, lalu saya lanjutkan ke lokasi tujuan. Kabupaten Pemalang memiliki luas wilayah 101.200 ha.  Secara geografis dibagian selatan merupakan dataran tinggi yang berhawa sejuk penuh dengan panorama alam pegunungan dan dibagian utara berupa dataran rendah, terletak pada posisi antara 60 50’ – 60 53’ Lintang Selatan dan 1090 08’ – 1090 10’ Bujur Timur.  Dengan batas wilayah sebelah  barat Kabupaten Tegal, sebelah timur Kabupaten Pekalongan, sebelah utara Laut Jawa, sebelah selatan kabupaten Purbalingga. 

Adapun beberapa sumber akan sejarah Pemalang yang sempat saya gali antara lain adalah:

1. Nama Pemalang diambil dari kepribadian watak rakyat Pemalang yang bersemboyan:
- Benteng wareng ing payudan tan sinayudan.
- Banteng wareng ing sinonderan yang artinya, rakyat Pemalang jika sudah dilukai atau dijajah berani berjuang RAWE-RAWE RANTAS MALANG-MALANG PUTUNG BERANI BERKORBAN HABIS-HABISAN DEMI NUSA DAN BANGSA.
- Arti banteng wareng rakyat kecil, payudaan : perang, tan sinayudan : perang tidak dapat dicegah RAWE-RAWE RANTAS MALANG MALANG PUTUNG BANTENG WARENG SINONDERAN : Dalam melawan musuh sambil menari-nari, sinonderan biarpun sampai kalung usus takan pantang menyerah.


2. Nama Pemalang diambil dari nama sungai me'malang' yang membentang dari sebelah utara desa Kabunan membujur ke pelabuhan Pelawangan. Sungai tersebut sering digunakan untuk sarana angkutan, membawa barang-barang dari pusat Pemalang ke berbagai wilayah seperti Kabunan, Taman, Beji, Pedurungan (pada abad ke XIV di masa Majapahit berkuasa) saat itu penguasa Pemalang adalah Ki Gede Sambungyudha.


3. Karena erosi akibat arus sungai yang membawa lumpur dari gunung ke laut diperkirakan per tahun terkikis lima-enam meter maka sungai MALANG berpindah ke utara dari Comal ke Asemdoyong, sungai itu melintang malang, tidak dari selatan gunung ke utara tetapi dari timur ke barat, sehingga membingungkan orang yang mau berbuat jahat. contohnya ketika patih Thalabuddin dari kesultanan Banten membawa keris Kyai tapak ia mendadak menjadi bingung ( keder ) sehingga mondar-mandir saja di Pemalang.

No comments:

Post a Comment