Sunday 25 November 2018

Menjejakkan kaki di Pulau Kakara untuk melihat Rumah Adat Hibualamo


Melihat judul tulisan diatas mungkin ada yang bertanya, apa sih istimewanya rumah adat tersebut sehingga harus menyeberang ke pulau Kakara.

Ya jawabannya sih karena rasa penasaran dan keingin tahuan yang besar sehingga mendorong saya untuk bisa kesana.
Rumah adat Hibualamo merupakan rumah adat yang berasal dari Halmahera Utara, Maluku Utara. Jadi sangat disayangkan sudah di Halut tapi tidak tau bentuk rumah adatnya.

Menurut bahasa asli setempat Hibua berarti Rumah sedangkan Lamo berarti Besar sehingga Hibualamo memiliki pengertian rumah yang besar.

Rumah adat Hibualamo baru diresmikan pada bulan April 2007, namun sebenarnya rumah adat Hibualamo ini sudah didirikan semenjak 600 tahun yang lalu. Hilangnya keberadaan rumah adat ini akibat adanya penjajahan, kemudian didirikannya Balai Desa sebagai tempat penyelesaian masalah dan pemerintahan.

Rumah adat Hibualamo didirikan kembali sebagai symbol perdamaian pasca konflik SARA pada tahun 1999 – 2001. Oleh karena itu pembangunannya pun mengalami perkembangan dibandingkan bentuk aslinya yang berupa rumah panggung. Bentuk asli rumah adat ini berada di Pulau Kakara, Halmahera Utara dan biasa disebut Rumah adat Hibualamo Tobelo.

Bangunan rumah adat Hibualamo dibangun dengan banyak symbol yang memiliki arti tersendiri yang berhubungan dengan persatuan. Konstruksi rumah adat menyerupai perahu yang mencerminkan kehidupan kemaritiman suku Tobelo dan Galela yang ada di pesisir. Bangunannya memiliki bentuk segi 8 dan memiliki 4 pintu masuk yang  menunjukkan simbol empat arah mata angin dan semua orang yang berada didalam rumah adat saling duduk berhadapan yang menunjukkan kesetaraan dan kesatuan.

Pada rumah adat Hibualamo terdapat 4 warna utama yang masing – masing memiliki arti. Warna merah mencerminkan kegigihan perjuangan komunitas Canga, warna kuning mencerminkan kecerdasan, kemegahan dan kekayaan. Warna hitam mencerminkan solidaritas dan warna putih mencerminkan kesucian.

Namun beribu sayang, begitu saya sampai di Pulau Kakara, Rumah adat Hibualamo sudah tidak sama dengan bentuk aslinya. Entah rusak karena alam atau campur tangan manusia. Tapi yang jelas keadaannya saat ini sangat mengenaskan.

Besar harapan saya agar pemerintah beserta masyarakat setempat ikut menjaga dan melestarikan kebudayaan ini, agar anak cucu kita kelak bisa menikmatinya.






No comments:

Post a Comment