Sunday 4 June 2017

Legenda Watu Ulo di Pantai Selatan Kabupaten Jember


Mitos dan legenda yang beredar tentang fenomena unik alam seperti asal usul suatu tempat, benda dan lain-lain selalu menarik untuk digali. Legenda semacam ini pastinya menjadi kekayaan tersendiri bagi kebudayaan masyarakat Indonesia. Nah pada hari Minggu yang agak mendung ini saya ingin mengajak kawan-kawan semua untuk sedikit mengulas tentang kisah Watu Ulo yang berada di pantai selatan Kabupaten Jember, Jawa Timur. 

Watu Ulo merupakan salah satu rangkaian dari pantai selatan yang berada di Kota Jember. Di Pantai ini terdapat sebuah batu yang memanjang tepat dibibir pantai. Bentuk dari batu tersebut menyerupai ular, seolah-olah bersisik layaknya replika sebuah ular raksasa. Sosok batu inilah yang membuat Pantai Watu Ulo mempunyai eksotisme tersendiri.

Nama Pantai Watu Ulo berasal dari bahasa Jawa, yaitu “Watu” yang berarti Batu dan “Ulo” yang berarti Ular. Jadi Pantai Watu Ulo dapat diartikan sebagai Pantai Batu Ular. Keunikan struktur batu tersebut memunculkan banyak legenda serta cerita mengenai asal-usulnya.


Berikut adalah kisah asal usul Watu Ulo yang saya sadur dari buku Mitos dalam Tradisi Lisan Indonesia Karya Dr. Sukatman, M.Pd. :

Pada zaman dahulu Ajisaka datang ke tanah Jawa. Di Jawa, negeri Medang Kamula, ia mengajarkan ilmu pengetahuan agama dan kesaktian kepada masyarakat. Saat mengajari murid-muridnya, ilmunya didengar ayam yang sedang mencari makan di bawah pondok perguruannya. Seharusnya, siapapun tidak boleh mendengar ajaran Ajisaka, selain murid yag sudah diijinkan. Karena mendengar matra-mantra yang diajarkan kepada muridya, seekor ayam itu mendadak bertelur yang amat besar, tidak seperti biasanya.

Saat telur itu dierami dan menetas, ternyata yang keluar dari cangkang telur bukan anak ayam, tetapi anak naga raksasa, yang mampu berbicara seperti manusia. Anak naga itu bicara terus, dan menanyakan siapa ayahnya. Oleh masyarakat setempat naga itu diberi tahu kalau ingin tahu siapa ayahnya, disuruh tanya ke orang sakti yang bernama Ajisaka. Lalu, anak naga itu mendatangi Ajisaka dan bertanya siapa ayahnya. Ajisaka tidak terkejut, lalu diberi tahulah anak naga itu bahwa sebenarnya anak naga itu memang anaknya yang tercipta dari telur ayam lewat mantra-mantra. Walaupun mengakui naga itu sebagai anaknya, Ajisaka tidak mengijinkan naga itu ikut dengannya. Ajisaka menyuruh anak naga itu bertapa di pantai laut selatan. Kemudian anak naga itu bertapa di pantai selatan.
Saat bertapa, naga itu sesekali bangun dari meditasi untuk makan binatang apa saja di sekitarnya. Ratusan tahun ia bertapa, badannya tambah besar. Badannya di Jember, kepalanya sampai Banyuwangi, dan ekornya memanjang sampai Jawa Tengah. Karena tubuhnya membesar akibatnya makanan di sekitarnya tidak cukup, maka sesekali naga itu mencari makan di tengah laut selatan.

Karena lamanya bertapa sampai badannya ditumbuhi lumut seperti kayu. Suatu hari, penduduk di sekitar pertapaan naga kehabisan kayu bakar. Penduduk menemukan kayu besar dan memanjang maka dipotonglah kayu itu. Saat dipotong kayu itu mengeluarkan getah seperti darah, sehingga semua penduduk terheran-heran tetapi penduduk tetap saja mengambilnya sebagai kayu bakar.

Sampai sekarang naga yang telah besar itu masih bertapa di pantai laut selatan, tetapi tubuhnya tidak lengkap lagi karena dipotong penduduk untuk kayu bakar, tinggal kepalanya ada di Banyuwangi, badannya di pantai selatan Jember, dan ekornya di Jawa Tengah. Bagian-bagian tubuh itu mengeras seperti batu, dan sampai sekarang masih bisa ditemukan batu-batu seperti sisik kulit ular di pantai selatan Jember. Oleh penduduk, pantai itu disebut pantai “Watu Ulo” (Batu Ular) karena batu-batunya tersusun seperti sisik kulit ular. Konon pada saatnya nanti naga itu akan berubah menjadi manusia yang sakti dan akan menjadi pemimpin dan penguasa di tanah Jawa atau Indonesia.

Nah kurang lebih seperti itu kisahnya, namun jika ingin membuktikan semirip apa batu memanjang tersebut dengan tubuh ular, silahkan datang ke Pantai Watu Ulo di Jember, Jawa Timur.

Berikut dokumentasi saya saat berada di Watu Ulo Jember : 
 
 
 
 
 
 
 

 
 
 

No comments:

Post a Comment