Tuesday 15 October 2019

Sore di Area Likuifaksi Petobo


"Did you still remember?", teman saya memulai cerita tentang Likuifaksi Petobo. Genap 1 tahun sudah berlalu bencana yang melanda Palu. Masih segar ingatan ini ketika berbagai media massa baik nasional maupun internasional memberitakan Tsunami, Gempa dan Likuifaksi di Sulawesi Tengah yang memakan korban ribuan jiwa.

Hari ini saya berkesempatan mengunjungi Kelurahan Petobo. Dimana di daerah ini terdapat fenomena bencana tanah yang mencair dan menenggelamkan ratusan rumah.

Luasan wilayah terdampak sangat besar, sesuai peta yang ada setidaknya termuat empat area, yaitu Kelurahan Petobo, Perumnas Balaroa, Desa Jono Oge dan Desa Sibalaya.


Sempat saya edarkan pandangan 360 derajat. Area ini di kelilingi timbunan lumpur bekas likuifaksi setinggi dua sampai tiga meter. Puing bangunan, rumah-rumah hancur, tanaman petani mulai mekar namun terserak berpadu dengan bau tidak sedap mengiringi perjalanan sore saya di sayap selatan Kelurahan Petobo, Palu.


Bulu kuduk sesekali berdiri tatkala saya merangsek masuk ketengah pemukiman. Terbayang puluhan bahkan mungkin ratusan mayat yang tertanam didalam puing-puing bangunan karena tidak bisa dievakuasi.

Begitu dahsyatnya bencana yang melanda daerah ini. Sehingga hampir semua bangunan rata dan bahkan tidak terlihat karena tertelan bumi.


Sungguh Tuhan jika menghendaki sesuatu terjadi maka terjadilah.

No comments:

Post a Comment