Wednesday 1 November 2017

Benteng Kastela Simbol Perjuangan Rakyat Ternate



Cuaca agak sedikit mendung di Ternate masih mengiringi perjalanan kami saat itu. Matahari bersinar tidak terlalu panas. Banyak lokasi yang kami kunjungi sesuai dengan harapan untuk mengisi waktu liburan di Ternate. Hampir seluruh tempat bersejarah di Ternate memiliki kaitan dengan penjajah, masyarakat lokal, dan kesultanan. Umumnya tempat yang kami datangi masih cukup terawat dengan baik, hingga kami mengunjungi suatu benteng yang bernama Benteng Kastela. 


Benteng ini berlokasi di Kelurahan Kastela, Kecamatan Pulau Ternate. Pertama sampai di situs ini, hal pertama yang kami lakukan adalah mengidentifikasi bentuk benteng ini secara utuh. Namun, kami hanya melihat puing-puing saja dengan bebatuan yang disusun membentuk sebuah taman. Obyek sejarah ini memang sudah dipugar pemerintah setempat dan dibentuk menyerupai taman.

Benteng Kastela memiliki kisah yang luar biasa untuk diceritakan. Dulu di tempat ini pernah terjadi kejadian yang merupakan salah satu tonggak sejarah perjuangan kemerdekaan masyarakat Ternate. Kebanggaan ini terekam dalam sejumlah dokumen dan bukti nyata dalam keberadaan Benteng Kastela.


Menurut sejarah benteng ini dibangun selama beberapa tahap dalam kurun waktu 20 tahun, awalnya bernama Nostra Senhora de Rosario yang berarti “Wanita Cantik Berkalung Bunga Mawar”. Hingga saat ini belum diketahui secara pasti mengapa nama ini diberikan pada Benteng yang berfungsi sebagai pertahanan Portugis tersebut. Benteng ini cukup besar dan menjadi salah satu benteng penting bagi kekuasaan Portugis di wilayah Ternate saat itu.


Seperti diketahui pada berbagai kisah rakyat Ternate, hubungan antara penguasa Portugis dan masyarakat lokal Ternate yang dipimpin oleh seorang Sultan tidaklah harmonis. Bangsa Portugis beserta tentaranya benar-benar menjalankan fungsinya sebagai penjajah dengan baik dan sukses membuat rakyat Ternate begitu benci pada mereka. Melalui sebuah tipu muslihat, pada tanggal 27 Februari 1570 sang penjajah Portugis pun berhasil mengundang Sultan Khairun, Sultan Ternate pada masa itu untuk datang ke Benteng Kastela. Sultan Khairun pun menyanggupi undangan tersebut tanpa ada prasangka buruk di baliknya. Ternyata undangan tersebut adalah akal picik Portugis untuk membunuh Sultan Ternate. Akhirnya, Sultan Khairun pun dibunuh secara keji oleh Antonio Pimental atas perintah Gubernur Portugis ke-18 di wilayah Maluku, Diego Lopez de Mesquita. Baabullah, anak Sultan Khairun pun naik takhta dan menuntut pemerintah kolonial Portugis bertanggung jawab dengan menghukum Gubernur Lopez. Namun, tuntutan ini tidak digubris dan hal inilah yang akhirnya membangkitkan emosi Sang Sultan pewaris takhta baru.


Sultan Baabullah beserta rakyat Ternate mengepung Benteng Kastela yang kala itu juga dikenal sebagai Benteng Gam Lamo (berarti kampung besar) selama 4 tahun dan mengultimatum agar Portugis mengangkat kaki dari Ternate. Momentum inilah yang merupakan titik tolak perjuangan rakyat Ternate melawan penguasa dan penjajah. Melalui peristiwa ini rakyat Ternate belajar tentang bagaimana persatuan itu penting dalam mempertahankan apa yang menjadi hak mereka. Ternate adalah tanah air mereka dan berbagai sumber daya alam di dalamnya layak untuk mereka perjuangkan. Akhirnya pada tahun 1578 penjajah Potugis pun resmi meninggalkan Ternate dan Spanyol serta Belanda pun sudah menunggu giliran memasuki wilayah Ternate. Benteng Kastela kini hanya tinggal puing-puing semata, namun semangat perlawanan terhadap penjajah masih terasa secara simbolis di tempat ini. Setiap batu yang menyusun Benteng Kastela seakan bercerita bahwa jiwa-jiwa pemberani telah ditakdirkan lahir di Tanah Ternate untuk membela serta mempertahankan harga diri Kesultanan Ternate dan seluruh rakyat Ternate. Walaupun kondisi benteng sudah tidak utuh lagi, namun semangat perjuangan rakyat Ternate masih tetap utuh bertahan di seluruh bagian Benteng Kastela.


Dan giliran kita sebagai generasi penerus untuk menjaga dan melestarikan peninggalan bersejarah ini.





No comments:

Post a Comment