Sore itu saya harus menyeberangi lautan dengan melawan badai untuk sampai di desa Tapi-tapi. Sebuah desa terapung yang masuk di wilayah Kecamatan Marobo, Kabupaten Muna. Penduduk desa ini merupakan perpaduan dari Etnis Muna, Bugis dan Bajo.
Kedatangan saya dalam rangka tugas untuk menemui salah satu penduduk yang ada disana. Perjalanan ke Desa ini sangatlah menantang. Dengan ditemani hujan sepanjang perjalanan, saya harus menempuh jarak 68 KM dari Pelabuhan Waara menuju Pelabuhan terdekat di Desa Tapi-tapi via darat, lalu disambung dengan perjalanan Laut kurang lebih 30 menit dengan menggunakan kapal yang berukuran sangat kecil.
Awalnya saya ragu apakah benar ada penduduk yang bermukim ditengah laut. Ternyata setelah sampai di tujuan saya baru percaya ternyata ada kehidupan layaknya di daratan.
"Selamat sore pak...ada yang bisa dibantu ?", sapa remaja dari balik pintu menyapa saya. Saya langsung menjelaskan bahwa saya ingin bertemu dengan Pak Ramdin. Ternyata remaja tersebut adalah anak dari orang yang ingin saya temui. Dia langsung memanggil ayahnya dan mempersilahkan saya masuk kerumah.
Setelah bertemu Pak Ramdin, saya membicarakan maksud kedatangan saya, sambil bercerita saya juga bertanya sudah berapa lama Pak Ramdin tinggal di rumah diatas laut ini ? Beliau menjawab bahwa sudah tinggal bersama keluarganya sekitar 20 tahun.
Wao sudah cukup lama juga ya....kalau saya berada disini 30 menit saja rasanya perut sudah kembung karena angin lautnya sangat terasa. Selain itu suara deburan ombaknya juga cukup berisik.
Tapi dari sini saya mulai belajar bahwa masing-masing dari kita mempunyai kemampuan yang berbeda sesuai dengan anugerah dari Tuhan.
No comments:
Post a Comment