Wednesday, 17 July 2019
Semangat Satu Tungku Tiga Batu
Hari ini saya mendapatkan pelajaran yang sangat berharga dari bumi Fakfak tentang semangat bertoleransi antar umat beragama yaitu berupa prinsip dan semboyan "satu tungku tiga batu".
Prinsip ini merujuk metafora tungku untuk memasak yang ditopang tiga batu. Batu-batu tersebut harus bersama-sama menopang tungku agar tidak terguling.
Istilah tungku tersebut merujuk pada konsep kebersamaan, toleransi, dan harmoni. Interpretasi mendasarnya telah menyebutkan tiga batu yg menjadi penopang di bawahnya adalah simbol tiga agama dengan banyak pemeluk di Kabupaten Fakfak, yakni agama Islam, Katolik, dan Kristen Protestan.
Sudah Sekian Lama, Kabupaten Fakfak adalah wilayah terbuka yang mendapat pengaruh dari kerajaan-kerajaan luar seperti Kerajaan Ternate dan Kerajaan Tidore. Seiring interaksi dengan dunia luar, berbagai dokumen yg menunjukkan Islam masuk di Kabupaten Fakfak sejak abad ke 17, disusul Kristen Protestan dan Katolik. Hingga kini ketiga agama tersebut berkembang di Kabupaten Fakfak, Papua Barat.
Semangat satu tungku tiga batu ini tak hanya dilembagakan dan dijaga oleh otoritas formal maupun adat setempat. Filosofi ini sudah menjiwai laku kolektif masyarakat.
Dengan semangat satu tungku tiga batu itu, ada pemahaman yang disepakati bersama, satu saudara, satu hati, dan satu tujuan.
Ketika hati kita sudah bersatu, maka selesai semuanya. Di Kabupaten Fakfak, para pemeluk agama yang berbeda-beda telah hidup berdampingan dengan damai, hangat dan Harmonis.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment