Thursday, 7 June 2018

Goa Arung Palakka di Pulau Buton


Kisah cerdik yang mirip dengan tokoh Abu Nawas dalam negeri 1001 malam pernah ada di Kerajaan Buton. Cerita itu bermula saat Sultan Buton La Awu Sultan Malik Surullah yang memerintah pada tahun 1654-1664 didatangi serombongan pasukan pencari buronan dari Kerajaan Gowa, mereka datang menghadap ke Sultan Buton dikarenakan mendengar kabar bahwa Arung Palakka sang raja Bone lari dan mencari suaka di wilayah kesultanan Buton.

Karena Sultan Buton ingin melindungi Arung Palakka, maka sang sultan bersumpah kepada rombongan pasukan dari kerajaan Gowa. Isi sumpahnya “Saya tidak bohong. Tapi kalau benar Arung Palakka ada di atas tanah Buton, saya bersumpah seluruh rakyat Buton akan terkena pogoso”. Pogoso adalah sejenis penyakit bibir pecah-pecah.


Buton memang tidak termakan sumpah. Soalnya Arung Palakka yang bergelar “Petta Melampee Gemme’na” atau Pangeran yang Berambut Panjang itu bersembunyi di sebuah gua yang terletak di dinding tebing timur Benteng Wolio. Bukannya di atas tanah Buton.

Hingga kini, gua persembunyian Arung Palakka itu bisa terlihat jelas. Jalanan setapak di bibir tebing curam di sekitarnya sudah disemen untuk memudahkan orang mencapai dan melihat gua yang ada dalam perlindungan benteng Kerajaan Buton.

Di Buton, Arung Palakka dikenal dengan nama Latoondu yang artinya tenggelam atau menghilang dari negerinya Kerajaan Bone.

Perlindungan yang diberikan Sultan Buton ternyata terus dikenang dan menjadi dendam tersendiri bagi Gowa. Pada 1666, Sultan Hasanuddin mengirim armada berkekuatan 20.000 personil untuk menghantam Buton karena alasan itu.
 

 
 

No comments:

Post a Comment