Kisah cerdik yang mirip dengan tokoh Abu Nawas
dalam negeri 1001 malam pernah ada di Kerajaan Buton. Cerita itu bermula saat Sultan
Buton La Awu Sultan Malik Surullah yang memerintah pada tahun 1654-1664 didatangi
serombongan pasukan pencari buronan dari Kerajaan Gowa, mereka datang menghadap
ke Sultan Buton dikarenakan mendengar kabar bahwa Arung Palakka sang raja Bone lari
dan mencari suaka di wilayah kesultanan Buton.
Karena
Sultan Buton ingin melindungi Arung Palakka, maka sang sultan bersumpah kepada
rombongan pasukan dari kerajaan Gowa. Isi sumpahnya “Saya tidak bohong. Tapi
kalau benar Arung Palakka ada di atas tanah Buton, saya bersumpah seluruh
rakyat Buton akan terkena pogoso”. Pogoso adalah sejenis penyakit bibir
pecah-pecah.
Buton
memang tidak termakan sumpah. Soalnya Arung Palakka yang bergelar “Petta
Melampee Gemme’na” atau Pangeran yang Berambut Panjang itu bersembunyi di
sebuah gua yang terletak di dinding tebing timur Benteng Wolio. Bukannya di atas
tanah Buton.
Hingga
kini, gua persembunyian Arung Palakka itu bisa terlihat jelas. Jalanan setapak
di bibir tebing curam di sekitarnya sudah disemen untuk memudahkan orang
mencapai dan melihat gua yang ada dalam perlindungan benteng Kerajaan Buton.
Di Buton,
Arung Palakka dikenal dengan nama Latoondu yang artinya tenggelam atau
menghilang dari negerinya Kerajaan Bone.
Perlindungan
yang diberikan Sultan Buton ternyata terus dikenang dan menjadi dendam
tersendiri bagi Gowa. Pada 1666, Sultan Hasanuddin mengirim armada berkekuatan
20.000 personil untuk menghantam Buton karena alasan itu.
No comments:
Post a Comment