Setelah postingan terakhir kemarin tentang Touring Bermotor Muara Teweh – Puruk Cahu. Kali ini saya ingin membahas tentang Kawah Ijen. Biarpun postingan ini muncul setelah postingan Touring Bermotor, tapi sebenarnya kunjungan ke Ijen ini jauh-jauh hari sebelum kunjungan ke Pulau Borneo. Ide awal berangkat ke Ijen setelah membaca chatting di group WA teman saya yang rumahnya kebetulan di Bondowoso. Dari chatting pemberitahuan tersebut akhirnya saya putuskan untuk ikut bergabung dalam rombongan.
Keberangkatan kami jadwalkan lebih awal, salah satu
tujuannya agar nanti saat di puncak masih bisa menikmati fenomena blue fire
yang konon hanya ada 2 di dunia yaitu di Kawah Ijen Indonesia dan satu lagi di
Islandia.
Kawah Ijen sendiri terletak di ufuk timur Pulau Jawa,
sebuah eksotisme yang tidak boleh terlewatkan. Fotografer-fotografer berhasil
mengabadikan berbagai eksotisme Kawah Ijen dengan nikmatnya, yang memang benar bisa saya nikmati ketika kunjungan pertama ke Kawah Ijen ini.
Konon ada 2 jalur yang bisa ditempuh untuk mencapai
Kawah Ijen. Pertama, bisa menuju ke kota Bondowoso, kota penghasil tape
terkenal di Jawa Timur, kemudian ke arah utara (arah Besuki, Situbondo).
Kemudian akan ada plang petunjuk ke arah Ijen yang sangat besar, belok ke arah
timur. Atau jika tidak menemukan plang petunjuk, bisa tanya ke warga sekitar
arah menuju Paltuding. Kedua, bisa start dari Banyuwangi. Namun, dari berbagai
info yang didapat, jalur kedua ini tidak begitu direkomendasikan karena track
yang lebih curam, sementara jalannya juga jelek. Pertemuan kedua jalur ini ada
di Paltuding, yang merupakan pos terakhir jelang jalur pendakian ke Ijen.
Berdasarkan
GPS dari Sidoarjo sampai di Paltuding lebih kurang membutuhkan waktu 6,5 jam,
namun waktu itu kami mampir dulu di Jember, lanjut Bondowoso. Jadi lebih dari
perkiraan.
Sebenarnya, Kawah Ijen ini berada di tengah-tengah
perkebunan milik PTPN, yaitu perkebunan Kalisat. Jika Anda menuju Kawah Ijen
dari Bondowoso, Anda akan memasuki pintu masuk PTPN ini terlebih dahulu. Akan
ada 3 pos sejak dari awal memasuki pintu masuk PTPN. Tenang saja, jalannya
mulus, kelokannya tidak terlalu tajam, bahkan sampai masuk PTPNnya pun jalannya
juga tetap mulus. Hanya saja, penerangannya sangat kurang.
Setelah melewati ketiga pos, akan ada papan petunjuk
parkir menuju Kawah Ijen dan ada plang cukup besar bertuliskan Paltuding.
Inilah pos keempat, atau pos terakhir sebelum pendakian ke Kawah Ijen. Ditandai
dengan lapangan yang besar, dan tidak ada lampu lepas tengah malam. Jadi, setelah
pos ketiga disarankan jalan pelan-pelan saja.
Setelah memarkirkan mobil di lapangan (disarankan
mepet ke warung saja, karena di warung banyak orang begadang), kalau datang
malam hari, biasanya dikenai wajib lapor ke pos pengawasan Kawah Ijen. Nantinya
akan dikenakan biaya per orang. Cuma Rp 4.000,00 kalau tidak salah. Kemudian
akan di cek oleh petugas semua perlengkapannya. Kalau jalan malam, wajib
membawa senter dengan pencahayaan baik. Disarankan senter kuning, karena medan
yang berkabut, licin, dan beberapa terjal.
Setelah diperbolehkan untuk berangkat, maka inilah
petualangan yang sesungguhnya. Harus mendaki?? Tentu saja. Untuk ke Kawah Ijen
harus mendaki lebih kurang 3 km dengan track yang ringan-sedang. Track sepanjang 3 km bisa ditempuh dalam waktu
2-3 jam. Tergantung fisik dan pengalaman. Track ini didominasi dengan
pasir-pasir dengan butiran yang cukup besar. Jadi, perlu hati-hati. Jika
beruntung, perjalanan jelang subuh akan banyak ditemui penambang belerang yang
turun membawa belerang di dalam pikul-pikul. Jelang subuh, biasanya medan akan
menjadi berkabut dan sangat lembab.
Disarankan untuk membawa aqua yang cukup
banyak, karena harga aqua di atas mahal, 400 meter sebelum kawah ada pondok
penambang, dan disitu ada warung.
Tanda sudah dekat dengan Kawah Ijen
adalah ketika sudah sampai di pondok penambang. Di pondok penambang ini, kita
bisa membeli popmie, aqua, minuman berenergi, ukiran belerang (oleh-oleh khas
Kawah Ijen), dan Bunga Edelweiss. kita juga bisa beristirahat sejenak di tempat
tersebut. Ada 2 spot foto di dekat pondok penambang ini. Pertama, ada Pondok
Bunder yang merupakan sebuah bangunan dari batu kali dengan bentuk tabung yang
terletak persis di tengah perbatasan Bondowoso-Banyuwangi. Kedua, ada tulisan
informasi ketinggian di tempat tersebut. Sembari melepas lelah, bisa sambil berfoto-foto
dulu.
Track setelah pondok penambang
belerang akan lebih ringan, didominasi tanah putih, dengan track yang datar,
ada beberapa tikungan curam dan tangga dari batu. Dan jalan ini akan berujung
langsung ke Kawah Ijen. Lebih kurang track terakhir ini sepanjang 400 meter.
Pemandangan yang begitu eksotis akan terlihat dari ujung track ini, di bawah
kiri ada kawah Ijen dengan warna hijau tosca yang mencolok, di sebelah kanan
ada lereng menurun dengan pohon-pohon sisa terbakar. Kadang disertai kabut tipis-tipis.
Benar-benar surga!
Ijen merupakan sebuah eksotisme yang tiada akhir. Gunung dengan kawah asam dengan pH mendekati nol, mungkin hanya ada satu di Indonesia. Ke Bondowoso, tidak lengkap kalau tidak mampir ke Ijen.
No comments:
Post a Comment