Saturday, 12 March 2016

Mampir di Astana Giribangun



Saat melewati Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah, kami sempatkan mampir untuk berziarah ke makam mantan Presiden Soeharto di Astana Giribangun. Hal ini kami lakukan karena Presiden Republik Indonesia yang kedua ini memang sudah menjadi salah satu tokoh yang kontroverial di Indonesia, di satu sisi Pak Harto berhasil melakukan pembangunan di Indonesia di segala bidang, namun di sisi lain beliau meninggalkan berbagai kesan negatif dari mulai praktik Korupsi, Kolusi dan Nepotisme yang dijalankan selama ia berkuasa, serta pemerintah yang otoriter yang dia jalankan selama ini. Namun begitu masih banyak warga Indonesia yang jatuh hati kepada beliau, karena faktanya sekian tahun reformasi digulirkan, tidak membuat banyak perubahan dalam hal kesejahteraan Indonesia. Bahkan harga-harga semakin menjulang tinggi. Oleh karena itu di makam Pak Harto saat ini banyak sekali orang yang berdatangan untuk berziarah.


Sebelum kita lanjutkan pembahasan tentang Ziarah ke Makam Mantan Presiden Soeharto di Astana Giribangun lebih jauh, perlu diketahui bahwa Istri Presiden Soeharto, Ibu Tien Soeharto adalah seorang bangsawan keturunan dari keluarga Kerajaan Mangkunegaran di Surakarta. Kerajaan Mangkunegaran ini merupakan salah satu pecahan Kerajaan Mataram Islam yang saat ini pecah menjadi 4 yaitu Kasultanan Yogyakarta, Mangkunegaran Yogyakarta, Kasunanan Surakarta dan Mengkunegaran Surakarta. Para keluarga Kerajaan Mangkunegaran yang sudah wafat dimakamkan di sebuah makam kerajaan di Astana Mangadeg, Kabupaten Karanganyar. Nah, kemudian pada pada tahun 1974 Keluarga Kerajaan melalui Yayasan Mangadeg Surakarta membangun Astana Giribangun yang diperuntukkan bagi keluarga Ibu Tien Soeharto. Pembangunan ini kemudian dapat diresmikan pada tahun 1976 yang ditandai dengan dipindahkannya makam jenazah Ayah Ibu Tien Soeharto yang bernama Soemaharjomo serta Kakak tertua Ibu Tien yaitu Siti hartini Oudang. Selanjutnya ketika Ibu Tien Soeharto wafat pada 28 April 1996 serta Bapak Soeharto yang wafat kemudian pada 27 Januari 2008 juga di makamkan di Astana Giribangun ini.




Lokasi makam ini masih dalam kawasan pegunungan dengan pepohonan yang masih terjaga kelestariannya. Sehingga membuat suasana menjadi sejuk dan damai. Bagi pengunjung yang membawa kendaraan bermotor, dipungut retribusi oleh Pemerintah Kabupaten Karanganyar untuk pemeliharaan jalan menuju Astana Giribangun. Di lokasi makam, pihak yayasan memungut biaya parkir, untuk mobil sebesar Rp 3.000. Selain itu, terdapat beberapa pungutan tanpa tanda bukti yang dilakukan oleh yayasan. Yayasan memungut "biaya administrasi" untuk selembar surat ijin masuk makam dengan nilai seikhlasnya. Surat ijin itu diminta kembali oleh yayasan ketika memasuki cungkup Argosari. Keluar dari cungkup Argosari, pengunjung dipungut lagi "biaya kebersihan makam" oleh yayasan, juga dengan nilai seikhlasnya. Yayasan juga menyediakan jasa foto langsung jadi di dekat makam Pak Harto dengan pungutan sebesar Rp 20.000 per foto.

Dan berikut beberapa dokumentasi yang sempat kami abadikan saat kami berada di lokasi :

 
 
 
 
 
 
 
 

No comments:

Post a Comment