Saat
melewati Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah, kami sempatkan mampir untuk berziarah
ke makam mantan Presiden Soeharto di Astana Giribangun. Hal ini kami lakukan
karena Presiden Republik Indonesia yang kedua ini memang sudah menjadi salah
satu tokoh yang kontroverial di Indonesia, di satu sisi Pak Harto berhasil
melakukan pembangunan di Indonesia di segala bidang, namun di sisi lain beliau meninggalkan
berbagai kesan negatif dari mulai praktik Korupsi, Kolusi dan Nepotisme yang
dijalankan selama ia berkuasa, serta pemerintah yang otoriter yang dia jalankan
selama ini. Namun begitu masih banyak warga Indonesia yang jatuh hati kepada
beliau, karena faktanya sekian tahun reformasi digulirkan, tidak membuat banyak
perubahan dalam hal kesejahteraan Indonesia. Bahkan harga-harga semakin
menjulang tinggi. Oleh karena itu di makam Pak Harto saat ini banyak sekali
orang yang berdatangan untuk berziarah.
Sebelum
kita lanjutkan pembahasan tentang Ziarah ke Makam Mantan Presiden Soeharto di
Astana Giribangun lebih jauh, perlu diketahui bahwa Istri Presiden Soeharto,
Ibu Tien Soeharto adalah seorang bangsawan keturunan dari keluarga Kerajaan
Mangkunegaran di Surakarta. Kerajaan Mangkunegaran ini merupakan salah satu
pecahan Kerajaan Mataram Islam yang saat ini pecah menjadi 4 yaitu Kasultanan
Yogyakarta, Mangkunegaran Yogyakarta, Kasunanan Surakarta dan Mengkunegaran Surakarta.
Para keluarga Kerajaan Mangkunegaran yang sudah wafat dimakamkan di sebuah
makam kerajaan di Astana Mangadeg, Kabupaten Karanganyar. Nah, kemudian pada
pada tahun 1974 Keluarga Kerajaan melalui Yayasan Mangadeg Surakarta membangun
Astana Giribangun yang diperuntukkan bagi keluarga Ibu Tien Soeharto.
Pembangunan ini kemudian dapat diresmikan pada tahun 1976 yang ditandai dengan
dipindahkannya makam jenazah Ayah Ibu Tien Soeharto yang bernama Soemaharjomo
serta Kakak tertua Ibu Tien yaitu Siti hartini Oudang. Selanjutnya ketika Ibu
Tien Soeharto wafat pada 28 April 1996 serta Bapak Soeharto yang wafat kemudian
pada 27 Januari 2008 juga di makamkan di Astana Giribangun ini.
Lokasi makam ini masih dalam kawasan
pegunungan dengan pepohonan yang masih terjaga kelestariannya. Sehingga membuat
suasana menjadi sejuk dan damai. Bagi pengunjung yang membawa kendaraan
bermotor, dipungut retribusi oleh Pemerintah Kabupaten Karanganyar untuk
pemeliharaan jalan menuju Astana Giribangun. Di lokasi makam, pihak yayasan
memungut biaya parkir, untuk mobil sebesar Rp 3.000. Selain itu, terdapat
beberapa pungutan tanpa tanda bukti yang dilakukan oleh yayasan. Yayasan
memungut "biaya administrasi" untuk selembar surat ijin masuk makam
dengan nilai seikhlasnya. Surat ijin itu diminta kembali oleh yayasan ketika
memasuki cungkup Argosari. Keluar dari cungkup Argosari, pengunjung dipungut
lagi "biaya kebersihan makam" oleh yayasan, juga dengan nilai
seikhlasnya. Yayasan juga menyediakan jasa foto langsung jadi di dekat makam
Pak Harto dengan pungutan sebesar Rp 20.000 per foto.
Dan berikut beberapa dokumentasi yang
sempat kami abadikan saat kami berada di lokasi :
No comments:
Post a Comment