Saat pertama kali menginjakkan kaki di Manado melalui bandar udara Sam Ratulangi, saya menjumpai tulisan, “Si Tou Timou Tumou Tou”. Saya yakin tulisan tersebut dipasang disitu bukan tanpa arti. Apalagi ditulis besar di Bandara.
Setelah melakukan searching barulah saya mengetahui artinya bahwa "Manusia baru dapat disebut sebagai manusia, jika sudah dapat memanusiakan manusia".
Terhenyak rasanya saat mengetahui terjemahan kalimat itu. Saya jadi bertanya pada diri sendiri, "Sudah bisa disebut manusiakah saya?". Untuk menjawab pertanyaan itu yang pertama harus dilakukan adalah memahaminya terlebih dahulu.
Konon kalimat filosofi di atas dicetuskan oleh Sam Ratulangi. Pahlawan Nasional Indonesia. Lahir di Tondano, Sulawesi Utara. Semasa hidupnya aktif dan dikenal sebagai politisi, jurnalis dan pengajar.
Kembali ke falsafah tadi. Agak berat bagi saya untuk menginterpretasikannya. Jika merunut pada latar belakang dan sejarah empunya semboyan, mungkin bisa diartikan secara sempit bergiat dalam bidang pendidikan dan politik.
Tapi tentu saja tidak hanya demikian. Jika ya, berarti cuma pengajar dan politisi yang bisa disebut "manusia".
Masing-masing dari kita punya peran dalam hidup sebagai makhluk sosial. Setiap individu harus tahu perannya dan menjadikan dirinya berguna bagi individu lain. Seperti itulah pemahaman saya terhadap "Si tou timou tumou Tou".
Peran saya saat ini adalah sebagai penebar informasi tentang keindahan Indonesia. Kecil memang, tapi setidaknya sesuatu. Semoga apa yang saya lakukan berguna bagi banyak manusia.
No comments:
Post a Comment