Di beberapa tahun terakhir ini kita sepertinya
banyak disuguhi tontonan dan film yang ceritanya dari luar negeri, bahkan anak-anak
kecil sekarang lebih mengenal cerita mitos dari Yunani seperti Dewa Zeus, Kuda
Troya, Pegasus dan Spinx ketimbang Legenda asal usul Gunung Kelud. Kalau
menurut saya, hal ini merupakan fenomena yang harus kita sikapi sebagai orang
tua agar lebih mengenalkan anak-anak kita akan budaya tanah air yang
berangsur-ansur mulai terkikis oleh peradaban barat.
Cerita mitos yang berasal dari
luar negeri pada umumnya telah mengalami perubahan dan pengolahan lebih lanjut, sehingga
tidak terasa asing lagi. Sementara Cerita dari tanah air biasanya masih
orisinal dan sifatnya hanya penuturan dari mulut ke mulut.
Gunung Kelud pun tidak lepas
dari cerita mitos tersebut, sebenarnya ada
beragam versi mengenai asal usul legenda Gunung Kelud, tetapi inti ceritanya
sama.
Nah saat
ini saya ingin menulis ulang tentang asal usul Gunung Kelud yang saya sadur
dari berbagai sumber, siapa tau kelak berguna bagi kita para orang tua, untuk
dijadikan bahan bercerita kepada anak-anak kita saat menjelang tidur. Ya...minimal
kita mengenalkan kepada mereka bahwa bangsa kita ini sebenarnya kaya akan kisah
yang menarik untuk diceritakan.
Sudah
mulai penasaran...yuk kita simak kisahnya :
Konon Gunung
Kelud terbentuk dari sebuah pengkhianatan cinta seorang putri bernama Dewi Kilisuci
terhadap dua Raja Sakti Mahesa Suro dan Lembu Suro. Kala itu, Dewi Kilisuci
anak putri Jenggolo Manik yang terkenal akan kecantikannya dilamar dua orang
raja. Namun yang melamar bukan dari bangsa manusia, karena yang satu berkepala
lembu bernama Raja Lembu Suro dan yang satunya lagi berkepala kerbau bernama
Mahesa Suro. Untuk menolak lamaran tersebut, Dewi Kilisuci membuat sayembara
yang tidak mungkin dikerjakan oleh manusia biasa, yaitu membuat dua sumur di
atas puncak Gunung Kelud, yang satu harus berbau amis dan yang satunya harus
berbau wangi serta harus selesai dalam satu malam atau sampai ayam berkokok.
Akhirnya
dengan kesaktian Mahesa Suro dan Lembu Suro, sayembara tersebut disanggupi.
Setelah berkerja semalaman, kedua-duanya menang dalam sayembara. Tetapi Dewi
Kilisuci masih belum mau diperistri. Kemudian Dewi Kilisuci mengajukan satu
permintaan lagi. Yakni kedua raja tersebut harus membuktikan dahulu bahwa kedua
sumur tersebut benar benar berbau wangi dan amis dengan cara mereka berdua
harus masuk ke dalam sumur. Terpedaya oleh rayuan tersebut, keduanya pun masuk
ke dalam sumur yang sangat dalam tersebut. Begitu mereka sudah berada di dalam
sumur, lalu Dewi Kilisuci memerintahkan prajurit Jenggala untuk menimbun
keduanya dengan batu. Maka matilah Mahesa Suro dan Lembu Suro. Tetapi sebelum
mati Lembu Suro sempat bersumpah dengan mengatakan: “Yoh, wong Kediri mbesuk bakal pethuk piwalesku sing makaping kaping
yoiku Kediri bakal dadi kali, Blitar dadi latar, Tulungagung dadi kedung. (Ya, orang Kediri besok akan
mendapatkan balasanku yang sangat besar. Kediri akan jadi sungai, Blitar jadi daratan dan Tulungagung jadi danau).
Begitu mendengar hal tersebut Dewi Kilisuci merasa
bersalah. Mengapa hanya karena perbuatannya, rakyatnya juga harus
menanggung akibatnya ? ( Dewi Kilisuci adalah seorang putri yang sangat
mencintai rakyatnya dan begitu juga sebaliknya ). Untuk mengurangi rasa
bersalahnya, akhirnya Dewi Kilisuci mengasingkan diri untuk memohon
ampun dan meminta pertolongan kepada Yang Maha Kuasa. Selain itu juga untuk
memohon keselamatan rakyatnya dan menangkal dendam Lembu Suro dengan
bertapa di pertapan Gunung Pegat, Srengat, Blitar. Sedangkan Lembu Suro menurut kepercayaan
sebagian masyarakat Kediri dan sekitarnya sampai sekarang masih menjadi
Penguasa "Gaib" Gunung Kelud.
Dari
legenda tersebut akhirnya masyarakat lereng Gunung Kelud melakukan sesaji
sebagai tolak balak sumpah Lembu Suro yang disebut Larung Sesaji. Acara ini
digelar setahun sekali pada tanggal 23 bulan suro oleh masyakat Sugih Waras.
Nah kurang
lebih seperti itu ceritanya saudara !!
No comments:
Post a Comment