Banyak diantara kita yang sangat gandrung dengan
bacaan fiksi dan dongeng. Kali ini saya mencoba menulis ulang tentang sebuah
kisah asal-usul sungai terpanjang kedua di Pulau Jawa setelah Bengawan Solo. Sungai
ini memiliki daerah aliran sungai atau DAS seluas 11.800
km² atau ¼ dari luas Provinsi Jawa Timur. Panjang sungai utama 320 km mengalir
melingkari sebuah gunung berapi yang masih aktif yaitu Gunung Kelud. Sungai ini
bernama Sungai Brantas.
Sungai Brantas bermata air di Desa Sumber Brantas
(Kota Batu) yang berasal dari simpanan air Gunung Arjuno, lalu mengalir ke
Malang, Blitar, Tulungagung, Kediri, Jombang, Mojokerto. Di Kabupaten Mojokerto
sungai ini bercabang dua manjadi Kali Mas (ke arah Surabaya) dan Kali Porong
(ke arah Porong, Sidoarjo).
Menurut beberapa sumber
yang sempat saya baca mengenai asal-usul sungai brantas yaitu pada jaman dahulu
kala, di Jawa Timur ada sebuah kerajaan besar. Kerajaan Kahuripan namanya.
Rajanya bernama Prabu Airlangga. Prabu Airlannga berasal dari Pulau Bali. Ia
adalah seorang putra raja di Bali. Saat usia Prabu Airlangga sudah tua, Ia
ingin menjadi pertapa. Tahta Kerajaan Kahuripan akan di serahkan pada Putri
Permaisurinya yang hanya seorang. Ia putri yang cantik jelita. Namanya
Sanggramawijaya.
Sanggramawijaya menolak
keinginan Ayahanda nya. Ia tidak punya keinginan menjadi Raja. Yang menjadi
keinginan Sanggramawijaya adalah menjadi seorang pertapa. Ia lalu meminta restu
ayahanda nya menjadi pertapa di Goa Selomangleng (Di Kaki Gunung Klotok
Kecamatan Mojoroto Kota Kediri). Ia pun mengubah namanya menjadi Dewi Kilisuci.
Prabu Airlangga lalu
berkeinginan menyerahkan tahta kerajaan pada putranya yang berasal dari selir (Istri
tidak resmi). Kebetulan sekali, Ia memiliki dua putra dari selir. Kedua
Putranya bernama Sri Samarawijaya dan Mapanji Garasakan. Prabu kebingungan
untuk memilih salah satu yang akan di beri tahta Kerajaan Kahuripan.
Prabu Airlangga
berusaha mencari jalan keluar yang adil. Ia menyuruh Empu Baradha untuk pergi
ke Bali. Empu Baradha disuruh meminta tahta kerajaan milik Ayahanda Prabu
Airlangga di Pulau Bali untuk salah satu putranya.
Namun, Tahta kerajaan
milik ayahanda Prabu Airlangga di Bali sudah diberikan kepada adik Prabu
Airlangga.
"Tahta milik
Ayahanda Prabu Airlangga di Pulau Bali sudah diberikan kepada adik Prabu
Airlangga yang bernama Anak Wungsu!" Lapor Empu Baradha setibanya dari
Pulau Bali.
"Tak apa-apa,
Bapak Empu! Terima kasih Bapak Empu sudah melaksanakan apa yang kusuruh.
Sekarang bantu aku membagi Kerajaan Ini dengan adil untuk kedua putraku, Sri
Samarawijaya dan Mapanji Garasakan!"
"Baiklah, Baginda
Raja! Bagaimana kalau hamba yang membagi kerajaan Kahuripan ini menjadi dua
bagian yang sama besar?"
"Itu lebih baik
Bapak Empu! Tapi, bagaimana caranya Bapak Empu membagi kerajaan ini menjadi dua
bagian sama besar?"
"Serahkan semuanya
pada hamba,Baginda Raja! Hamba yang akan mengaturnya!"
"Baiklah Bapak
Empu! Kuserahkan semua persoalan ini kepada Anda!"
Keesokan harinya, Empu
Baradha terbang sambil membawa Kendi ( Teko dari tanah liat ) berisi air. Dari
angkasa, ia tupahkan air kendi itu sambil terbang melintas persis di
tengah-tengah Kerajaan Kahuripan. Ajaibnya, Tanah yang terkena tumpahan air
Kendi langsung berubah menjadi sungai. Sungai itu semakin besar dan airnya
deras. Sungai itu sekarang bernama Sungai Berantas.
Kerajaan Kahuripan pun sekarang
terbagi menjadi dua bagian. Batasnya adalah ciptaan Empu Baradha. Prabu
Airlangga pun menyerahkan dua bagian dari Kerajaan Kahuripan itu kepada Sri
Samarawijaya dan Mapanji Garasakan.
"Bagian Kerajaan
Kahuripan sebelah timur sungai aku serahkan pada Putraku Mapanji Garasakan!
Kerajaan itu aku beri nama Kerajaan Jenggala, Sedangkan bagian barat sungai aku
serahkan pada putraku Sri Samarawijaya. Kerajaan itu kuberi nama Kerajaan
Panjalu/Kadiri ( sekarang Kota Kediri )." titah Prabu Airlangga.
Kini tentramlah hati
Prabu Airlangga. Ia dengan tenang pergi dari Kerajaan Kahuripan ( Sebelum
terbelah ) untuk menjadi seorang pertapa. Prabu Airlangga menjadi pertapa di
Pucangan. Ia mengganti namanya menjadi Maharesi Gentayu. Ketika meninggal
dunia, Jenazah Prabu Airlangga dimakamkan di lereng Gunung Penanggungan sebelah
timur.
Demikian sekelumit cerita
asal-usul Sungai Brantas.
No comments:
Post a Comment