Friday, 11 December 2015

Melepas Penat di Petirtan Jolotundo



Berawal dari ting....tung......lewat group Whatsapp kami memutuskan untuk berangkat mengunjungi sebuah petirtan yang konon menjadi salah satu aset sejarah dan wisata bernilai tinggi yang dimiliki Kabupaten Mojokerto. Kami berangkat kesana bermaksud untuk melepaskan penat aktifitas sehari-hari. Dan sengaja kami berangkat tanpa anak istri seperti kegiatan yang dilakukan biasanya. Petirtan yang kami kunjungi bernama Petirtan Jolotundo. Banyak misteri dan keunikan situs ini yang masih belum diketahui khalayak. Salah satunya adalah kualitas air petirtan yang konon nomor tiga terbaik dunia.
Titik temu yang kami sepakati yaitu di pertigaan Tulangan, karena lokasi tersebut merupakan titik tengah dari lokasi kediaman kami masing-masing. Tepat pukul 21.30 WIB kami semua sudah hadir. Kami lakukan koordinasi sebentar lalu berangkat bersama menuju lokasi. 

Sesampai dilokasi pukul 22.30 WIB dan ternyata sudah banyak pengunjung yang bersiap melakukan berbagai aktifitas sesuai dengan tujuan masing-masing. Ada yang berniat berendam di petirtan pada tengah malam, ada yang berniat mengambil air untuk diminum, ada yang bersemedi, ada yang berdzikir, ada yang mencari batu akik dan ada juga yang hanya sekedar pindah makan dan pindah tidur seperti yang kami lakukan.....hehe.....

Persiapan yang kami bawa dari rumah antara lain terpal untuk alas, lampu senter, berbagai makanan seperti srawut, ketan durian, nangka kupas, kerupuk sambal, wedang jahe gula aren dan berbagai snack lainnya. Ini kami lakukan agar tidak kelaparan dalam menghadapi dinginnya malam.

Situs Candi Jolotundo, atau yang kerap disebut Petirtan Jolotundo, adalah salah satu peninggalan sejarah kerajaan sebelum Majapahit. Situs berupa candi dengan air yang mengalir dari berbagai sudut candi itu dibuat pada tahun 997 Masehi. Zaman Airlangga pada masa kejayaan Kerajaan Kahuripan. Konon waktu itu, bangunan berukuran panjang 16,85 meter dengan lebar 13,52 meter dan tinggi 5,2 meter itu menjadi tempat pemandian para petinggi kerajaan. Dalam sejarah disebut, bangunan ini sengaja dibuat Raja Udayana untuk menyambut kelahiran putranya, Prabu Airlangga. Jika dilihat lebih detail, bangunan yang terbuat dari batu andesit ini memang menampakkan keistimewaan. Pahatan relief yang halus, menandakan jika proses pembuatannya membutuhkan tenaga terampil. Juga bentuk bangunan yang terkesan tidak biasa dengan 52 pancuran airnya. Ke 52 pancuran itu memuntahkan air jernih yang tanpa henti meski musim kemarau tiba. Di sisi kiri dan kanan bangunan bagian atas, terdapat dua kolam kecil yang saat ini dimanfaatkan pengunjung untuk mandi dan berendam. Terpisah untuk pengunjung laki-laki dan perempuan, pengunjung tak diperbolehkan untuk mandi menggunakan shampoo dan sabun. Ini untuk menjaga kemurnian air kolam. Juga untuk menjaga ekosistem ikan-ikan yang berada di bagian bawah kolam pemandian. Berada di lereng gunung Penanggungan, tepatnya di Desa Seloliman, Kecamatan Trawas, lokasi wisata ini terbilang istimewa. Selain bentuk bangunan candi yang memang tak biasa, juga kualitas air yang dimiliki. Dari dua kali penelitian oleh tim arkeolog dari Belanda, kualitas air petirtan Jolotundo ini telah dibuktikan.

Yang pasti tempatnya ini bisa dibilang menantang dan cocok untuk dibuat touring. Karena lokasinya berada di lereng Gunung Penanggungan, dan dikelilingi hutan yang masih asri.


No comments:

Post a Comment