Berawal
dari ting....tung......lewat group Whatsapp kami memutuskan untuk berangkat
mengunjungi sebuah petirtan yang konon menjadi salah satu aset sejarah dan
wisata bernilai tinggi yang dimiliki Kabupaten Mojokerto. Kami berangkat kesana
bermaksud untuk melepaskan penat aktifitas sehari-hari. Dan sengaja kami
berangkat tanpa anak istri seperti kegiatan yang dilakukan biasanya. Petirtan
yang kami kunjungi bernama Petirtan Jolotundo. Banyak misteri dan keunikan
situs ini yang masih belum diketahui khalayak. Salah satunya adalah kualitas
air petirtan yang konon nomor tiga terbaik dunia.
Titik
temu yang kami sepakati yaitu di pertigaan Tulangan, karena lokasi tersebut
merupakan titik tengah dari lokasi kediaman kami masing-masing. Tepat pukul
21.30 WIB kami semua sudah hadir. Kami lakukan koordinasi sebentar lalu
berangkat bersama menuju lokasi.
Sesampai
dilokasi pukul 22.30 WIB dan ternyata sudah banyak pengunjung yang bersiap
melakukan berbagai aktifitas sesuai dengan tujuan masing-masing. Ada yang
berniat berendam di petirtan pada tengah malam, ada yang berniat mengambil air
untuk diminum, ada yang bersemedi, ada yang berdzikir, ada yang mencari batu
akik dan ada juga yang hanya sekedar pindah makan dan pindah tidur seperti yang
kami lakukan.....hehe.....
Persiapan
yang kami bawa dari rumah antara lain terpal untuk alas, lampu senter, berbagai
makanan seperti srawut, ketan durian, nangka kupas, kerupuk sambal, wedang jahe
gula aren dan berbagai snack lainnya. Ini kami lakukan agar tidak
kelaparan dalam menghadapi dinginnya malam.
Situs
Candi Jolotundo, atau yang kerap disebut Petirtan Jolotundo, adalah salah satu
peninggalan sejarah kerajaan sebelum Majapahit. Situs berupa candi dengan air
yang mengalir dari berbagai sudut candi itu dibuat pada tahun 997 Masehi. Zaman
Airlangga pada masa kejayaan Kerajaan Kahuripan. Konon waktu itu, bangunan
berukuran panjang 16,85 meter dengan lebar 13,52 meter dan tinggi 5,2 meter itu
menjadi tempat pemandian para petinggi kerajaan. Dalam sejarah disebut,
bangunan ini sengaja dibuat Raja Udayana untuk menyambut kelahiran putranya,
Prabu Airlangga. Jika dilihat lebih detail, bangunan yang terbuat dari batu
andesit ini memang menampakkan keistimewaan. Pahatan relief yang halus,
menandakan jika proses pembuatannya membutuhkan tenaga terampil. Juga bentuk
bangunan yang terkesan tidak biasa dengan 52 pancuran airnya. Ke 52 pancuran
itu memuntahkan air jernih yang tanpa henti meski musim kemarau tiba. Di sisi
kiri dan kanan bangunan bagian atas, terdapat dua kolam kecil yang saat ini
dimanfaatkan pengunjung untuk mandi dan berendam. Terpisah untuk pengunjung
laki-laki dan perempuan, pengunjung tak diperbolehkan untuk mandi menggunakan
shampoo dan sabun. Ini untuk menjaga kemurnian air kolam. Juga untuk menjaga
ekosistem ikan-ikan yang berada di bagian bawah kolam pemandian. Berada di
lereng gunung Penanggungan, tepatnya di Desa Seloliman, Kecamatan Trawas,
lokasi wisata ini terbilang istimewa. Selain bentuk bangunan candi yang memang
tak biasa, juga kualitas air yang dimiliki. Dari dua kali penelitian oleh tim
arkeolog dari Belanda, kualitas air petirtan Jolotundo ini telah dibuktikan.
Yang
pasti tempatnya ini bisa dibilang menantang dan cocok untuk dibuat touring. Karena
lokasinya berada di lereng Gunung Penanggungan, dan dikelilingi hutan yang
masih asri.
No comments:
Post a Comment