Thursday, 28 January 2021

Belajar Menyederhanakan Persoalan Hidup

 


Selama masa pandemi ini kita dituntut untuk menyesuaikan segala hal, baik itu terkait kebiasaan-kebiasaan kita, urusan pekerjaan kita, urusan sosial kita dan masih banyak lagi. Tentunya hal tersebut berpotensi menimbulkan banyak masalah. 

Sebenarnya yang membuat rumit masalah itu adalah diri kita sendiri. Pikiran rumit karena ia belum mencapai pada pembelajaran hidup, bagaimana berpikir logis. Perasaan menjadi rumit, karena mengundang terlalu banyak persoalan yang tak selayaknya dirasa-rasakan. 

Hidup ini begitu sederhana, jika mengerti cara menikmatinya, tanpa harus mengada-ada dan membiasakan meletakan masalah pada tempatnya. 

Pada suatu malam, kami sempat mendiskusikan hal ini bersama beberapa orang sahabat. Sebagai contoh kita tak mungkin bisa mengendalikan jalannya semesta raya. Pikiran dan perasaan orang lain itu di luar jangkauan, kita hanya bisa menciptakan kesan tentang diri kita pada orang. Soal penilaian, itu hak pribadi orang. Tugas kita di dunia hanya menanamkan kebaikan dan berbuat baik. Adapun ketika kita masih diperbincangkan juga di belakang, biar saja, itu bukan urusan kita. Biarkan saja mereka diurus oleh Tuhan..!

Kompleksitas pikiran manusia seperti gerobak, manusia itu seringkali membawa-bawa "sampah informasi" ke mana-mana. Sampah itu ada di dalam pikiran dan perasaan. "Sampah" yang  diseret-seret ke manapun ia pergi. Semua masalah yang bukan urusan dirinya dimasukan tanpa filter. Baik soal-soal di masa lalu, dan masa sekarang. Seolah semua masalah orang adalah masalah dirinya. 

Lucunya, sebegitu banyak masalah hidup yang harus ia selesaikan dan dihadapi, alih-alih menyelesaikan masalah-masalah pribadinya, ia masih "rakus" memata-matai hidup orang lain di sekitarnya. 

Mereka memasukkan berita remeh-temeh, gosip-gosip yang bertebaran baik di jejaring sosial maupun di lingkungan ke dalam pikirannya. Apa yang menarik dari urusan pribadi orang, bukankah kita juga sudah sedemikian rumit dengan hidup kita sendiri yang belum memberi manfaat bagi sesama dan meninggalkan jejak bagi kehidupan ini? 

Manusia ini makhluk yang "kreatif", terkadang, sering mengundang kerumitan-kerumitan dalam pikiran dan perasaannya sendiri. Padahal, kita memiliki naskah hidup sendiri-sendiri yang harus dimainkan. Kurang elok dipandang  jika menjadi juri atas hidup orang lain. 

Mungkin benar kata-kata dari Socrates, "Bahagia itu sederhana, termasuk di dalamnya menyederhanakan urusan-urusan dalam hidup".


No comments:

Post a Comment