Ketika mengunjungi desa Tahujan Ontu, kecamatan Tanah Siang Selatan saya menjumpai sebuah Rumah Betang tepat ditepi jalan. Rumah Betang merupakan rumah adat khas Kalimantan yang dihuni oleh masyarakat Dayak terutama di daerah hulu sungai yang biasanya menjadi pusat permukiman suku Dayak.
Rumah Betang ini dibangun dengan kayu Ulin, kayu terkeras di dunia. Dari bagian tiang, lantai, dinding sampai atap berbahan dasar kayu Ulin, kayu yang semakin langka ini diperoleh dari pedalaman hutan Kalimantan.
Rumah Betang umumnya berbentuk persegi panjang. Tiang yang menyangga bangunan rumah bisa digunakan untuk berbagai aktifitas sehari-hari. Dengan bentuknya yang tinggi, hanya ada satu tangga untuk masuk ke rumah ini, itupun terbuat dari kayu bulat yang dipahat dan dibentuk untuk dijadikan pijakan kaki, konon dibuat seperti ini agar mudah diangkat sehingga musuh yang menyerang tidak bisa masuk rumah ataupun mengindari binatang buas.
Di bagian dalam Rumah
Betang ini sudah ada kamar-kamar dengan pintunya yang berhiaskan ukiran khas
Dayak. Sementara di bagian depan rumah tampak sebuah bangunan kecil yang
berbentuk kotak seperti rumah, namanya Sandung. Wadah ini dahulu digunakan
sebagai tempat untuk meletakan tulang belulang para leluhur yang telah
meninggal dunia.
Di
samping rumah, kita bisa menemukan tiang Pantar yang juga dari kayu ulin, di
bagian atasnya kita bisa melihat berbagai bentuk macam ukiran, tiang-tiang ini
biasanya dibangun ketika ada keluarga yang meninggal dan dipercaya sebagai
jalan bagi roh untuk pulang menuju Nirwana.
Ada lagi yang namanya Tiang Sapundu, tiang ini rendah
namun lebih besar dari tiang Pantar, ukirannya juga lebih bervariasi, ada yang
berbentuk naga, ular, burung, belanga hingga manusia. Tiang ini digunakan untuk
mengikat hewan yang akan dikorbankan ketika acara adat, di sinilah hewan seperti
kerbau tersebut di ikat kemudian di bunuh beramai-ramai dengan menggunakan
tombak.
No comments:
Post a Comment