Hanya sesekali mataku terpejam, namun tidak bisa merasakan tidur yang sesungguhnya, karena posisi kursi yang berada di belakang pintu darurat, tidak bisa digerakan ke belakang untuk mengatur posisi yang nyaman. Jadi selama empat jam penerbangan Surabaya menuju ke Ternate saya harus duduk dengan tegak seperti postur tubuh anggota militer, termasuk saat mataku mulai terpejam diliputi rasa kantuk dan lelah, karena telah menjalani hari demi hari dengan kegiatan yang sangat padat.
Selama kurang lebih satu bulan saya berada di Sulawesi Tenggara untuk menyelesaikan tugas dari kantor dan dilanjutkan dengan kunjungan ke Maluku.
Pukul 14.45 Waktu Indonesia Timur (WITA), awak pesawat yang saya tumpangi mengumumkan bahwa beberapa saat lagi pesawat akan mendarat, penumpang dimohon untuk memasang sabuk pengaman, melipat meja di bagian depan tempat duduk, dan menegakan sandaran kursi.
Saya tersenyum kecut, kerena sejak memulai penerbangan, sandaran kursiku sudah tegak pernamen dan menyiksaku selama empat jam. Ketika pesawat mulai menurunkan ketinggian, kemudian mengambil posisi miring dan memutar, dari balik jendela saya bisa melihat samar-samar 2 gunung tinggi yang saling berdekatan yaitu Gunung Gamalama dan Gunung Tidore.
Selama proses pendaratan pesawat, berkecamuk perasaan di dada, dalam rentang panjang pengalaman mendarat di berbagai wilayah baru, baik di Indonesia maupun di mancanegara. Terselip perasaan syukur ternyata sampai dengan detik ini masih diberikan kesempatan merasakan nikmat sehat dan bisa mengunjungi tempat-tempat yang indah di Indonesia.
Dan kunjungan saya ke Maluku kali ini, pastinya akan seru dan menyenangkan. Karena saya akan berkeliling di hampir semua pulau di Maluku.
No comments:
Post a Comment