Berkenalan dengan seseorang adalah sesuatu yang biasa kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun kita mampu berinteraksi dengan baik, untuk menemukan bahan pembicaraan terkadang terasa sulit sehingga membuat kita bertanya-tanya topik apa yang paling pas untuk dibahas.
Nah begitu juga saat saya kenal dengan salah seorang driver yang mengantarkan saya dari Kuabang Kao ke Tobelo. Karena perjalanan memakan waktu kurang lebih 1,5 jam pasti akan membosankan jika tidak kami isi dengan obrolan yang menarik.
Bahasan sekitar budaya, suku, alam dll akan selalu menarik buat saya. Dan obrolan ini saya coba mulai dengan pertanyaan mengenai Suku Togutil, yaitu suku yang mendiami pedalaman Halmahera kepada Pak Doni (nama driver yang mengantar kami sesuai dengan tanda pengenalnya). Nah ternyata beliau cukup antusias untuk menjelaskannya. Dan bermula dari situ obrolan kami menjadi menarik sampai 1,5 jam kedepan.
Ceritanya seperti ini :
Bapak tau suku togutil ? iya saya tau, suku togutil adalah salah satu suku yang mendiami daratan halmahera. Hal yang menarik dari suku Togutil adalah tentang asal usulnya. Konon pada awalnya ada sekelompok pasukan Portugis yang menyerang wilayah Halmahera, menyerang berbagai wilayah, terlibat peperangan dengan penduduk setempat termasuk berperang dengan pasukan Korakora dari Kesultanan Ternate, dan juga berperang dengan pasukan Alifuru.
Setelah berperang, mereka akhirnya kehabisan amunisi dan kapal mereka juga telah karam. Sehingga mereka tidak dapat kembali ke negaranya, yang mana pada akhirnya mereka pun membuat sebuah pemukiman di salah satu tempat di Halmahera Utara. Mereka bermukim di daerah Gunung Hum dan kemudian menamakan daerah tersebut Rum yang berarti bahwa daerah itu adalah tempat tinggal orang-orang yang berasal dari Rumawi.
Tetapi mereka tidak bisa hidup tenang, karena orang-orang Galela sering mengusik ketentraman mereka. Mereka pun kemudian memilih hijrah ke daerah Tobelo, membuat pemukiman baru di daerah perbukitan Karianga.
Perpindahan ini mempertemukan mereka dengan sesama bangsanya yang mengalami nasib sama di sekitar Pasir Putih yang kapalnya karam. Untuk menghilangkan jejak sebagai orang Portugis, sebagian dari mereka menyatu dengan masyarakat setempat serta mempelajari bahasa Tobelo sambil merobah aksen bahasa asli mereka.
Mereka kemudian hidup bergaul dengan orang Tobelo dan Kao yang pada akhinya membuat kebanyakan orang Togutil berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Tobelo Boeng dan Modole. Selain itu mereka juga melakukan kawin-campur dengan penduduk setempat. Upaya ini dilakukan untuk menghindari kejaran pasukan Ternate dan Alifuru terhadap sisa-sisa orang Portugis di Maluku Utara yang lari ke hutan.
Selanjutnya keturunan orang-orang Portugis yang telah kawin campur dengan penduduk setempat ini, hidup dengan cara berpindah-pindah ke daerah yang mereka anggap lebih aman sambil tetap mengembangkan keturunannya.
Setelah sekian lama mereka hidup di pedalaman Halmahera ini, terbentuklah suatu komunitas yang disebut sebagai suku Togutil, yang berasal dari orang-orang Portugis yang telah kawin-campur dengan suku-suku setempat.
No comments:
Post a Comment