Di
setiap perjalanan pasti ada cerita menarik untuk dibagikan. Kali ini adalah kisah
tentang cikal bakal berdirinya perusahaan penerbangan niaga pertama Indonesia,
yang kini lebih dikenal dengan sebutan Garuda Indonesia dan cerita tentang
pesawat pertama Republik Indonesia. Tak diduga ternyata pesawat pertama
Indonesia lahir dari sumbangan dana masyarakat Aceh. Pesawat tersebut bernama
Pesawat Dakota RI-001 Seulawah. Masyarakat Aceh menyerahkan pesawat terbang
Seulawah pada tahun 1948 kepada pemerintah RI untuk meneruskan perjuangan
melawan penjajahan Belanda. Sumbangan dari rakyat Aceh tersebut setara dengan
20 kg emas.
Pada awal beroperasi, RI-001 Seulawah menjadi penghubung Jawa dan Sumatera,
mengangkut obat-obatan dari Burma dan India dengan menembus blokade-blokade
Belanda. Burung besi ini juga berperan menyelundupkan senjata, amunisi dan
perangkat komunikasi dari Burma ke Aceh, untuk logistik perang melawan Belanda.
Dengan perangkat radio yang diselundupkan pesawat ini, dari Aceh disiarkan
kabar ke penjuru dunia bahwa “Indonesia masih ada”.
Soekarno menggunakannya untuk melakukan perjalanan ke berbagai daerah di
Sumatera dan Jawa untuk mendapat dukungan kemerdekaan RI, juga dipakai dalam
menjalin diplomasi demi terwujudnya Negara Kesatuan Republik Indonesia ke
berbagai Negara. RI-001 Seulawah ikut mengangkut tokoh-tokoh bangsa ke luar
negeri untuk menjalin hubungan international dalam memperoleh dukungan
kemerdekaan.
Pesawat RI-001 sendiri merupakan pesawat yang dibeli atas hasil patungan
seluruh Masyarakat Aceh. Soekarno datang ke Aceh pada Juni 1948 untuk meminta
dukungan kepada masyarakat Aceh. Soekarno melakukan pertemuan dengan Gubernur
Militer, Abu Daud Beureueh di Hotel Aceh, samping Masjid Raya Baiturrahman,
Banda Aceh, Presiden RI pertama mengiba agar rakyat Aceh membantu dana
pembelian pesawat. Tujuannya untuk memperkuat pertahanan negara dan hubungan
antar pulau, menembus blokade Belanda yang mulai menguasai sebagian besar
nusantara menyusul agresi militer ke II Belanda. Pusat pemerintah Indonesia di
Yogjakarta sendiri kala itu mulai dikuasai lagi Belanda.
Soekarno berargumen bahwa pembelian pesawat tersebut bertujuan untuk
memperkuat pertahanan negera dan hubungan antar pulau untuk menembus blokade
yang dilakukan Belanda dan juga agresi militer ke II Belanda yang menyebabkan
pemerintahan Indonesi di Yogyakarta dikepung saat itu.
“Saya tidak akan makan malam ini, kalau dana untuk itu
tidak terkumpul,” kata Soekarno dalam pertemuan diselenggerakan
Gabungan Saudagar Indonesia Daerah Aceh (GASIDA) itu.
Ketua GASIDA, Muhammad Djuned Yusus yang hadir dalam forum, langsung
menyanggupinya. Bersama Said Muhammad Daud Alhabsyi, ia memimpin Dakota Found,
panitia penggalangan dana. Para saudagar menyumbangkan uang dan emas. Sementara
rakyat biasa ikut mengumpulkan hasil pertanian dan peternakannya untuk
disumbang ke panitia. Alhasil dalam dua hari terkumpul dana setara 20 kilogram
emas atau 130 ribu dolar Singapura.
Beberapa sumber lain mengatakan bahwa, Daud Beureueh yang iba dengan
Soekarno langsung memerintahkan Abu Mansor, sekretarisnya untuk mengumpulkan
sumbangan untuk perjuangan tokoh pergerakan di Jawa. Sebelum kembali ke Pulau
Jawa membawa sumbangan rakyat Aceh, dalam pertemuan akbar dengan rakyat Aceh di
Lapangan Blang Padang, Soekarno berorasi mengajak rakyat Aceh membantu
perjuangannya.
“Aku meminta kepadamu hai pemuda-pemuda,
pemudi-pemudi, ulama-ulama, saudara-saudara, anak-anakku dari angkatan perang,
segenap pegawai, segenap rakyat jelata yang berkumpul di sini, di seluruh
daerah Aceh, marilah kita terus berjuang,” katanya.
Dalam kunjungannya ke Aceh, Soekarno juga berpesan khusus kepada Daud
Beureueh yang ia panggil Kakak, agar mengajak rakyat Aceh membantu perjuangan
mengusir Belanda yang masih bercokol di berbagai daerah di nusantara.
“Saya minta bantuan Kakak agar rakyat Aceh turut
mengambil bagian dalam perjuangan bersenjata yang sekarang sedang berkobar
antara Indonesia dan Belanda, untuk mempertahankan kemerdekaan yang telah kita
proklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945.”
“Saudara Presiden! Kami rakyat Aceh dengan segala
senang hati dapat memenuhi permintaan Presiden asal saja perang yang akan kami
kobarkan itu berupa perang sabil atau perang fisabilillah, perang untuk
menegakkan agama Allah sehingga kalau ada di antara kami yang terbunuh dalam
perang itu maka berarti mati syahid,” jawab Daud Beureueh.
“Kakak! Memang yang saya maksudkan adalah perang yang
seperti telah dikobarkan oleh pahlawan-pahlawan Aceh yang terkenal seperti
Teungku Cik Di Tiro dan lain-lain, yaitu perang yang tidak kenal mundur, perang
yang bersemboyan merdeka atau syahid,” timpal Soekarno”.
Kemudian Soekarno kembali ke Jawa dengan hasil sumbangan rakyat aceh dan
kemudian membelikannya sebuah pesawat Dakota DC-3 melalui Singapura pada bulan
Oktober 1948. Perwira penerbangan Wiweko Soepono kemudian ditunjuk menjadi
Direktur Utama Garuda. Kapal tersebut kemudian diregistrasi atas nama RI-001
Seulaah. RI-001 Seulawah merupakan kapal angkut pertama yang dimiliki oleh
Indonesia dan menjadi cikap bakal Indonesian Airways yang saat itu memiliki
kantor di Burma (Myanmar). Pendirian di Burma dengan alasan masih besarnya
wilayah Indonesia yang diduduki Belanda.
RI-001 memiliki panjang badan sepanjang 19,66 m dengan rentang sayap 28,96
m. pesawat ini ditopang dengan tenaga dua mesin jenis pratt dan whitney
berbobot 8,030 kg. Pesawat ini memiliki kecepatan terbang maksumum sekira 346
km per jam.
Karena Jasa nya yang besar pesawat ini maka dibangun lah sebuah monumen
Pesawat RI-001 yang terletak di lapangan Blang Padang Banda Aceh. Monumen ini
diresmikan pada tanggal 29 juli 1984 dan tertera di sebuah batu prasasti yang
berada tepat di bawah sayap pesawat. Disana dijelaskan juga bahwa monumen ini
dibangun sebagai penghargaan dari TNI angkatan udara kepada rakyat Aceh dalam
menegakkan dan mempertahankan kemerdekaan. Ini merupakan monumen replika
pesawat RI pertama sedangkan pesawat aslinya tersimpan di Taman Mini Indonesia
Indah Jakarta.
No comments:
Post a Comment