Saat berada di Makassar terdapat tempat yang
menarik buat saya, namanya adalah Karebosi. Tempat ini begitu melegenda dalam
mitos turun temurun masyarakat Bugis Makassar. Konon sejak lahirnya Kota
Makassar, lapangan yang merupakan lahan relaksasi warga ini telah ada. Kisah
membola dari bibir ke bibir yang pada akhirnya masuk ke telinga saya begitu kuat
membuat rasa penasaran semakin menjadi-jadi. Berbagai referensi telah saya buka
dan memang begitu banyak versi mengenai asal muasal keberadaan Karebosi. Salah satu
kisah yang sempat saya baca adalah sebagai berikut :
Pada zaman pendudukan Belanda (VOC), Makassar
bernama Jumpandang. Nama ini merupakan
pemberian kolonialisme yang diambil dari harafiah “ujung pandangan” atau “batas
penglihatan”. Pemberian nama tersebut bukan tanpa sebab, sewaktu
hendak menginvasi Makassar kuno, pihak VOC terbentur kendala dalam spionasis
atau pengintaian. Tersebutlah Karebosi yang merupakan hutan nenas dan pandan,
yang notabene merupakan penghalang pengintaian mereka terhadap benteng Gowa
yang menjadi prioritas penaklukan. Lalu VOC pun menjalankan siasat licik dengan
menggunakan strategi lihai yang tak pernah terpikirkan oleh Kerajaan Gowa,
yakni menembakkan meriam-meriam yang berisi amunisi “gulden” atau uang emas Belanda.
Penduduk sekitar hutan terhipnotis oleh strategi
‘iming’ dan menebas pohon-pohon lebat yang berada di kawasan ‘Karebosi’ untuk
mencari dan mengumpulkan ‘gulden’ yang telah menebar di sana. Alhasil, dalam
sekejap hutan-hutan pandan menjadi gundul dan memudahkan Belanda mengintai Kota
Jumpandang.
Setelah leluasa mengintai Kota Jumpandang, maka
terlihatlah sehamparan sawah yang dilintasi anak sungai yang menyambung ke
benteng Fort Roterdam dan kemudian bermuara ke laut di depan benteng. Karebosi
dulunya disebut “parang lampe”, dalam bahasa
Indonesia dapat diartikan “lapangan panjang dan lebar”.
Saat Lapangan Karebosi di revitalisasi dan diadakan galian untuk pondasi
bangunan, air yang berasal dari dalam tanah bukanlah air endapan hujan,
melainkan air yang menyambung ke laut.
Karebosi dulunya dijadikan alun-alun pasamuan
para raja se-Sulawesi Selatan sebagai tempat berkumpul untuk bermusyawarah
dalam mengambil suatu kebijakan maupun keputusan, atau melakukan acara besar
tertentu.
Kini wajah Karebosi sudah berubah sesuai
perkembangan jaman. Pemkot Makassar menjadikannya sebagai kota dengan konsep
modernis.
No comments:
Post a Comment