Di ketinggian
sekitar 1000 m dari permukaan tanah Pulau Bangka, kubangan-kubangan bekas
tambang timah terlihat jelas di beberapa titik. Galian bekas tambang timah
tersebut dibiarkan menganga. Kolam bekas tambang timah yang sudah berlangsung
hampir 200 tahun lalu, baik yang dibuat oleh perusahaan besar maupun para penambang
ilegal. Bangka dan Belitung adalah penghasil sekitar 90% timah Indonesia.
Namun, dampak buruknya terhadap lingkungan sungguh tak terbayangkan.
Apa
jadinya Pulau Bangka jika pertambangan terus berlangsung sementara bekas-bekas
tambangnya tak pernah diperhatikan? Untunglah, ada satu kegiatan yang telah
dilakukan dan bisa direplikasikan di tempat lain di Bangka yaitu Bangka
Botanical Garden. BBG merupakan kawasan seluas 300 hektar yang memadukan
pertanian, peternakan, dan perikanan yang kini menjadi ikon agrowisata di Pulau
Bangka.
Awalnya,
wilayah ini bekas galian tambang timah terbengkalai yang kemudian direstorasi pada
tahun 2010 lalu. Ada 4 hal yang bisa dilakukan disini yaitu sebagai sarana
edukasi, perbaikan lingkungan, wahana rekreasi, serta lahan pendapatan bagi
karyawan dan masyarakat sekitar.
Wilayah
ini dikelilingi tumbuhan perdu sebagai pagar hias. BBG juga menggunakan sistem
terpadu yang semuanya berkait yaitu peternakan, perikanan, dan perkebunan.
Ketiganya saling mendukung guna mensukseskan konsep zero waste yang dikembangkan
oleh pengelola.
Kawasan
ini juga menjadi pusat pembibitan beragam jenis tanaman, ikan air tawar, tambak
budi daya ikan, peternakan sapi perah dan potong, hingga mencetak persawahan
yang ditanami palawija.
Ya....
kawasan yang dulunya merupakan ancaman bagi lingkungan, kini berubah menjadi
sumber harapan bagi masyarakat sekitar. Dengan kemauan kuat dan inovasi, lahan
yang dulunya kritis dan ‘terbuang’, kini bertransformasi menjadi tempat yang
produktif dan bermanfaat langsung bagi masyarakat.
Sungguh
ide yang patut diapresiasi.....
No comments:
Post a Comment