Friday, 7 July 2017

Mengenal Sosok Raja Ali Haji sang Bapak Bahasa Melayu Indonesia



Tahukah anda bahwa Raja Ali Haji adalah Bapak Bahasa Melayu Indonesia ? saya rasa banyak diantara kita yang belum tahu. Termasuk saya sendiri....hehe...nah melalui coretan singkat di sore ini saya ingin mengenalkan siapakah sosok Raja Ali Haji tersebut.


Kisah ini berawal saat kunjungan saya ke Tanjung Pinang beberapa tahun yang lalu. saya diberitahu oleh kawan bahwa di Pulau Penyengat Indra Sakti, Kepulauan Riau terdapat makam seorang tokoh yang sangat terkenal, tidak hanya di daerah Riau saja, melainkan juga hampir di seluruh penjuru nusantara, yakni makam Raja Ali Haji. Bahkan pulau tempat makam tersebut, selalu dikait-kaitkan dengan nama besar sang punjanga. Oleh masyarakat melayu khususnya di semenanjung malaka, nama ini di angap sebagai pahlawan besar yang layak diagungkan dan dimonumenkan.

Mendengar cerita tersebut langsung bergegas saya mengajak beberapa kawan untuk pergi kesana. Dan dari situlah saya mulai mengenal siapakah Raja Ali Haji yang dimaksud. Pulau yang saya tuju berjarak sekitar 6 km di seberang Kota Tanjung Pinang. Makam itu sendiri dibangun sederhana di bawah pepohonan rindang. Ada beberapa bangunan di kompleks pemakaman ini, diantaranya sebuah masjid mini yang berkubah dan bermihrab. Bangunannya diselimuti cat warna kuning  mendominasi bergariskan warna hijau. Di dalam kompleks pemakaman juga terdapat makam para raja seperti Raja Kesultanan Riau Lingga, Raja Ahamad Syah, Raja Abdullah dan makam orang-orang yang memiliki hubungan kekerabatan kerajaan.


Melalui berbagai informasi yang saya kumpulkan, saya dapatkan keterangan bahwa Raja Ali Haji dianggap sebagai peletak dasar pertama tata bahasa melayu melalui Kitab Pengetahuan Bahasa (1885/1886 M), yakni buku yang menjadi standar yang kemudian di tetapkan oleh kongres pemuda Indonesia sebagai bahasa nasional (Bahasa Indonesia )pada tanggal 28 oktober 1928. Karna jasanya yang begitu besar , maka pada tanggal 10 November 2004, presiden Susilo Bambang Yudhoyono menganugrahkan gelar pahlawan nasional kepada Raja Ali Haji, pada saat peringatan hari pahlawan 10 November di istana Negara, Jakarta.
Namum oleh masyarakat, ia di kenal sebagai pujangga besar Nusantara yang telah melahirkan karya besar “Gurindam Dua Belas”.di terbitkan dalam bahasa belanda tijdschrift van het bataviaasch genootschap II (oleh E. Netscher) pada tahun 1854 M.


Aktifitas yang padat sebagai penasehat keagamaan Sultan Ali bin Ja’far (yang dipertuan muda riau VIII),serta lawatannya ke berbagai wilayah nusantara tak menyurutkan Raja Ali Haji untuk terus berkarya. Dari buah tangannya tak kurang ada puluhan karya, di antaranya bustanul katibin (di cetak di betawi pada tahun 1850 M), tuhfat al-nafis (diselesaikan pada tahun 1866 M), mukkadimah fi intizam, syair siti shianah, syair suluh pegawai, syair Hukum nikah, dan syair sultan abdul muluk.karya-karya ini banyak dibicarakan oleh para pengkaji bahasa, sastra, dan sejarah di nusantara dan juga di luar negeri.

Kurang lebih demikian gambaran singkat sosok Raja Ali Haji yang sempat saya tulis ulang, semoga menambah wawasan kita.


No comments:

Post a Comment