Tahukah anda bahwa Raja Ali Haji adalah Bapak
Bahasa Melayu Indonesia ? saya rasa banyak diantara kita yang belum tahu. Termasuk
saya sendiri....hehe...nah melalui coretan singkat di sore ini saya ingin mengenalkan
siapakah sosok Raja Ali Haji tersebut.
Kisah ini berawal saat kunjungan saya ke
Tanjung Pinang beberapa tahun yang lalu. saya diberitahu oleh kawan bahwa di
Pulau Penyengat Indra Sakti, Kepulauan Riau terdapat makam seorang tokoh yang
sangat terkenal, tidak hanya di daerah Riau saja, melainkan juga hampir di
seluruh penjuru nusantara, yakni makam Raja Ali Haji. Bahkan pulau tempat makam
tersebut, selalu dikait-kaitkan dengan nama besar sang punjanga. Oleh
masyarakat melayu khususnya di semenanjung malaka, nama ini di angap sebagai
pahlawan besar yang layak diagungkan dan dimonumenkan.
Mendengar cerita tersebut langsung
bergegas saya mengajak beberapa kawan untuk pergi kesana. Dan dari situlah saya
mulai mengenal siapakah Raja Ali Haji yang dimaksud. Pulau yang saya tuju
berjarak sekitar 6 km di seberang Kota Tanjung Pinang. Makam itu sendiri
dibangun sederhana di bawah pepohonan rindang. Ada beberapa bangunan di
kompleks pemakaman ini, diantaranya sebuah masjid mini yang berkubah dan
bermihrab. Bangunannya diselimuti cat warna kuning mendominasi
bergariskan warna hijau. Di dalam kompleks pemakaman juga terdapat makam para
raja seperti Raja Kesultanan Riau Lingga, Raja Ahamad Syah, Raja Abdullah dan
makam orang-orang yang memiliki hubungan kekerabatan kerajaan.
Melalui berbagai informasi yang saya
kumpulkan, saya dapatkan keterangan bahwa Raja Ali Haji dianggap sebagai peletak
dasar pertama tata bahasa melayu melalui Kitab Pengetahuan Bahasa (1885/1886
M), yakni buku yang menjadi standar yang kemudian di tetapkan oleh kongres
pemuda Indonesia sebagai bahasa nasional (Bahasa Indonesia )pada tanggal 28
oktober 1928. Karna jasanya yang begitu besar , maka pada tanggal 10 November
2004, presiden Susilo Bambang Yudhoyono menganugrahkan gelar pahlawan nasional
kepada Raja Ali Haji, pada saat peringatan hari pahlawan 10 November di istana
Negara, Jakarta.
Namum oleh masyarakat, ia di kenal
sebagai pujangga besar Nusantara yang telah melahirkan karya besar “Gurindam
Dua Belas”.di terbitkan dalam bahasa belanda tijdschrift van het bataviaasch
genootschap II (oleh E. Netscher) pada tahun 1854 M.
Aktifitas yang padat sebagai penasehat
keagamaan Sultan Ali bin Ja’far (yang dipertuan muda riau VIII),serta
lawatannya ke berbagai wilayah nusantara tak menyurutkan Raja Ali Haji untuk
terus berkarya. Dari buah tangannya tak kurang ada puluhan karya, di antaranya
bustanul katibin (di cetak di betawi pada tahun 1850 M), tuhfat al-nafis
(diselesaikan pada tahun 1866 M), mukkadimah fi intizam, syair siti shianah,
syair suluh pegawai, syair Hukum nikah, dan syair sultan abdul
muluk.karya-karya ini banyak dibicarakan oleh para pengkaji bahasa, sastra, dan
sejarah di nusantara dan juga di luar negeri.
No comments:
Post a Comment