Berkunjung ke museum adalah salah satu cara yang paling
efektif untuk mengenal sejarah dan budaya suatu masyarakat di sebuah daerah. Apa
lagi, jika tidak memiliki banyak waktu saat berada di daerah tersebut. Seperti
halnya, saat saya sedang berada di Kota Palu dan ingin mengetahui segala
sesuatu tentang apa yang ada di ibu kota Sulawesi Tengah ini.
Di Palu terdapat sebuah museum, yang oleh pemerintah
setempat diberi nama museum Sulteng. Jika anda ke museum ini, pasti akan tahu
tentang peninggalan sejarah dan kebudayaan masyarakat Sulteng. Betapa tidak
karena di dalam museum ini, sangat mewakili seluruh sejarah dan kebudayaan
masyarakat yang ingin anda ketahui dengan waktu yang singkat.
Lokasi museum ini sangat strategis dan pastinya sangat
mudah untuk ditemukan saat di Palu karena letaknya berada di dalam kota.
Persisnya, berada di Jalan Kemiri No 23, Kelurahan Kamonji, Kecamatan Palu
Barat. Museum ini juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas, seperti tempat
parkir, taman, perpustakaan, restoran dan pusat perbelanjaan. Namun, jika berkunjung harus di hari-hari kerja saja,
mulai Senin hingga Kamis dari pukul 08.00 sampai 16.00 waktu setempat. Karena
di hari-hari libur dan hari besar keagamaan museum ini tutup. Terkecuali ada
tamu khusus daerah, seperti pejabat provinsi lain, turis asing, dan tamu dari
berbagai daerah lainnya.
Sementara semua koleksi ini, tidak hanya dipamerkan di dalam
ruangan. Namun ada juga yang dipamerkan di luar ruangan seperti koleksi patung
megalit dan batu dulang yang dipamerkan di halaman sekitar museum bersama
sejumlah koleksi lainnya.
Mungkin itu sekelumit cerita yang bisa saya bagikan saat berkunjung ke Museum
Sulteng.
Saat
pertama kali mendarat di Hammer City atau Kota Palu yang pertama kali saya baca
adalah SMS dari kawan saya yang isinya “jangan lupa mencicipi Kaledo ya.....”, dia
bilang kalau berkunjung ke Sulawesi Tengah kurang lengkap rasanya kalau belum
mencicipi kuliner khas daerah ini yang bernama Kaledo. Lalu seperti apakah
makanan Kaledo ini? Ya paling tidak dia berhasil membuat saya penasaran...hehe....Ada
yang mengatakan kalau Kaledo merupakan singkatan dari “Kaki Lembu Donggala”.
Kuliner
khas Sulawesi Tengah ini termasuk dalam jenis makanan yang memiliki kuah bening
dengan rasa yang sangat khas. Konon Kaledo pertama kali muncul dengan hanya
menggunakan bahan baku tulang kaki sapi dengan sedikit dagingnya. Namun, seiring
dengan waktu berjalan, penjual Kaledopun semakin bertambah, membuat tulang
kaki sapi semakin sulit untuk diperoleh. Maka untuk mensiasati hal ini, para
penjual Kaledo pun banyak yang menambahkan tulang belakang sapi sebagai
pelengkap bahan utama.
Sensasi
luar biasa yang saya rasakan ketika mencicipi makanan ini adalah saat menyedot
sumsum di dalam tulang dengan sedotan...wah...maknyus pokoknya.
Ketika
saya tanya asal usul makanan ini beberapa kawan tidak ada yang mengetahui dari
mana asal-usul makanan khas ini dan banyak juga yang beranggapan bahwa makanan
khas ini tidak memiliki asal-usul. Namun, saya sempat membaca sebuah cerita bahwa
pada zaman dahulu di wilayah Sulawesi Tengah terdapat orang yang sangat
dermawan dan mulia hatinya. Suatu ketika orang tersebut menyembelih sapi dan
membagi-bagikan daging sapi tersebut kepada semua penduduk desa setempat.
Ketika acara pembagian daging sapi sudah tiba, orang yang pertama kali
mendapatkan daging sapi adalah orang Jawa. Orang Jawa tersebut akhirnya
memanfaatkan daging sapi untuk dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan pentol
bakso. Kemudian, orang yang kedua berasal dari Makassar. Orang Makassar ini
tidak mendapatkan daging sapi yang telah di sembelih, akan tetapi ia
mendapatkan jeroan (isi perut) sapi, dan kemudian jeroan tersebut di masak
sedemikian rupa hingga menjadi makanan yang terkenal dengan nama Coto Makassar.
Sementara itu orang Kaili (suku asli Donggala) datang belakangan dan ia hanya
memperoleh tulang-tulang kaki sapi dengan sedikit daging yang menempel pada
tulang. Kemudian tulang-tulang tersebut dimasak dan disinilah cikal bakal
makanan Kaledo..... hehe...