Terik matahari menyengat saat berkendara di bibir Laut Arafuru seakan memaksa saya harus berhenti sejenak. Awal Desember 2018 lalu di Pantai Batu Kora Desa Wangel, Kecamatan Pulau-pulau Aru, Kabupaten Kepulauan Aru, Maluku. Tampak beberapa orang pengunjung menikmati deburan ombak di sekitar tiga pecahan batu besar di pantai tersebut.
Seorang pengunjung mengambil gambar dari pesisir pantai yang berada di sisi timur gugus batu itu dengan kameranya. Hasil gambar berupa sinar matahari yang menembus deretan batu-batu sungguh menarik.
”Gambarnya keren. Mengintip mentari dari balik batu, he-he-he,” ujar pengunjung sambil tertawa seraya menunjukkan hasil potretannya. Tiga pecahan batu besar yang kelilingnya lebih dari 7 meter, dengan tinggi sekitar 5 meter dari dasar laut berbanjar tegak ke tengah laut itu memang merupakan daya tarik utama di pantai tersebut. Di pantai itu ada juga beberapa batu lain berukuran lebih kecil berdiri di sana membentuk sebuah gugus batu dengan jarak lebih kurang 50 meter hingga 70 meter dari garis pantai.
Pada salah satu bongkahan batu terbesar, di bagian atas terdapat lapisan tanah yang ditumbuhi pohon kelapa dan pinus. Pinus merindang hijau dan kelapa tegak menjulang, subur seperti halnya tumbuh di habitat biasanya. Ketika laut surut hingga belasan meter dari bibir pantai, pengunjung dengan mudah mendekati batu-batu itu.
Deretan batu yang terbilang unik tampak sempurna karena dibingkai pesisir pantai berpasir putih sejauh hampir 2 kilometer. Di sana berdiri ratusan pohon nyiur sehingga membuat suasana terasa asri kendati matahari siang menyengat.
Sajian pesonanya memang menggairahkan penikmat wisata sehingga menjadi pilihan utama warga Dobo, ibu kota Kabupaten Kepulauan Aru, dan sekitarnya.
No comments:
Post a Comment