Beberapa waktu yang lalu saya sempat mengunjungi sebuah air terjun yang lokasinya nggak jauh-jauh amat dari rumah saya. Nama air terjunnya agak unik yaitu Air Terjun Kakek Bodo. Nah kalau dengar yang aneh-aneh anak saya pasti nanya kok namanya gitu Pa....? ya agar jawabanya bisa memuaskan paling tidak saya harus membaca kisahnya dulu biar nggak salah. Sekalian saya ajak langsung dia ke lokasi.
Air terjun kakek bodo berlokasi di desa Tretes, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan. Dari Tanggulangin saya tempuh dengan sepeda motor cuma 45 menit saja, kebetulan Porong sudah tidak macet. Setelah memarkir sepeda motor dengan tarif Rp.5000 saya langsung menuju Pintu 2 (di Kakek Bodo ada dua pintu masuk yang cukup berjauhan). Karcis masuk pada saat itu harganya Rp. 12.500,- karena saat itu bertepatan pada hari libur.
Dari pintu masuk ini, kita sudah bisa melihat pemandangan yang indah. Di bawah tebing, kita bisa melihat kolam renang yang jernih (Untuk masuk ke kolam renang ini kita harus bayar lagi sebesar Rp. 10.000,-). Sementara di belakang kita terlihat pegunungan yang asri dengan hijau dedaunannya. Di tebing atas ada bumi perkemahan dan flying Fox. Tetapi karena tujuan utamanya adalah air terjun, maka saya harus berjalan sekitar 1 km lagi dari pintu masuk.
Perjalanan yang kita tempuh cukup berkelok-kelok dan sedikit menanjak. Tetapi karena sejuknya udara sekitar, maka tidak terlalu melelahkan. Apalagi dalam perjalanan kita bisa melihat tingkah pola monyet yang cukup menghibur. Kurang 100 meter dari air terjun, kita akan menemukan sebuah makam. Inilah makam Si Kakek Bodo, dimana nama tempat ini diambil.
Masyarakat sekitar percaya, Kakek Bodo adalah pembantu rumah tangga di sebuah keluarga Belanda. Dikenal sebagai orang yang saleh dan jujur. Kemudian ia meninggalkan keluarga majikannya untuk mensucikan diri dari masalah keduniawian, dengan cara bertapa. Karena sikapnya ini, keluarga Belanda yang ditinggalkannya menyebutnya sebagai kakek yang bodoh (Kakek Bodo). Namun berkat bertapanya, sang kakek memiliki kelebihan berupa kesaktian. Kesaktian ini pun digunakan untuk membantu masyarakat setempat yang meminta pertolongan. Sang kakek pun meninggal di tempat bertapanya, yang terletak tidak jauh dari air terjun. Dan makamnya hingga kini dikeramatkan oleh penduduk setempat.
Begitu melewati
makam tersebut, gemericik air mulai terdengar. Sungai yang jernih dengan
bebatuan besar, mengiringi langkah kita menuju air terjun. Dan tak begitu lama,
sampailah kita di air terjun Kakek Bodo.
Dan begitu melihat air terjun langsung
anak saya berlari kegirangan untuk mendekat.
Sekian dulu coretan pagi
menunggu sarapan.
No comments:
Post a Comment