Pada tahun 2011 yang lalu saya pernah melakukan perjalanan menyusuri jalan raya Daendeles yang saya mulai dari Panarukan, Jawa Timur sampai Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Dan sekarang di tahun 2014 saya melanjutkan perjalanan saya menyusuri jalan raya Daendeles dari Cirebon sampai ke Bandung melewati Cadas Pangeran di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.
Perjalanan melalui jalan yang berkelok-kelok
dengan pemandangan tebing tinggi dan pepohonan yang indah ketika memasuki
wilayah Cadas Pangeran, Sumedang. Jalanan ini merupakan jalanan yang paling
terkenal di Sumedang, bahkan ketenarannya sudah sampai ke daerah di luar
Sumedang. Hmmm, kok bisa ya terkenal sampai segitunya? Yuk, kita simak
yang satu ini !
Jalan
yang memiliki kelokan tajam ini merupakan penghubung Sumedang dengan wilayah
Bandung. Jalan raya sepanjang tiga kilometer tersebut dibuat pada jaman
penjajahan Belanda yang sarat akan sejarah, terutama sejarah tentang perjuangan
rakyat Sumedang melawan kolonialisme.
Jalan
Cadas Pangeran dibangun atas ide Gubernur Jenderal Herman Willem Daendles, pada
tahun 1809. Dalam pembangunan jalan ini, Jenderal Daendles memperkerjakan
masyarakat pribumi, yaitu masyarakat Sumedang. Pada saat pembuatan jalan,
rakyat Sumedang dipekerjakan secara rodi dibawah titah Belanda. Karena kawasan
ini berada di pinggir tebing dengan jurang yang dalam serta medannya yang
terjal dan berbatu karang yang sangat keras tak jarang para pekerja pribumi
mengalami penderitaan yang besar. Bahkan tak sedikit yang terkena penyakit
malaria hingga meninggal dunia. Dan
diperkirakan ribuan orang lainnya kehilangan nyawa selama pengerjaan jalan ini.
Cerita Cadas Pangeran sendiri berasal dari penderitaan rakyat sumedang dalam pembangan jalan ini. Ketika itu cerita menyedihkan tersebut sampai juga ke
telinga penguasa Kabupaten Sumedang saat itu, yakni Pangeran Kusumadinata IX
atau yang yang lebih populer dengan sebutan Pangeran Kornel. Pada saat Daendels
datang untuk memantau pembuatan jalan, tiba-tiba datanglah Pangeran Kornel.
Awalnya Daendels mesa senang karena dia mengira telah disambut hangat oleh
penguasa setempat. Oleh karena itu, ia hendak menjabat tangan Pangeran Kornel.
Namun, salam itu berbalas jabatan tangan denganmenggunakan tangan kiri serta tangan kanan yang menghunus keris.
Pada
saat itu Pangeran Kornel sempat memprotes tindakan Daendels yang telah
memperlakukan rakyat Sumedang dengan semena-mena. Dan akhirnya di depan
Pangeran Kornel, Daendels berjanji untuk melanjutkan pembangunan jalan tersebut
oleh pasukan Belanda dan rakyat Sumedang dijadikan cadangan pekerja saja.
Tapi
itu hanya akal bulus Daendels, setelah itu dia kembali dengan membawa
pasukannya untuk menyerang Pangeran Kornel beserta pengikutnya. Yang akhirnya
terjadi pertempuran antara pihak Pangeran Kornel dan pihak Belanda. Bisa
dipastikan, kemenangan berada dipihak Belanda yang mempunyai alat perang yang
sangat mumpuni. Banyak rakyatSumedang yang meninggal dunia pada peristiwa ini termasuk Pangeran Kornel sendiri.
Aksi
heroik masyarakat Sumedang dengan Pangeran Kornel ini dapat diartikan sebagai
sebuah tindakan perlawanan simbolik, atau protes dari masyarakat Sumedang
terhadap perlakuan Gubernur Jendral Herman Willem Daendeles yang sangat tidak manusiawi.
Dan
untuk mengenang keberanian Pangeran Kornel yang rela gugur demi membela
rakyatnya, kini jalan tersebut diberi nama Jalan Cadas Pangeran. Serta
dibuatkan patung yang diberinama Patung Pangeran Kornel yang terdapat di
persimpangan Jalan Cadas Pangeran. Patung ini menggambarkan peristiwa pada saat
Pangeran Kornel bersalaman dengan tangan kiri dengan Jendral Daendeles.
Dibalik
cerita yang heroik tersebut, ternyata ada sebagian orang yang tidak mempercayai
terjadinya peristiwa Cadas Pangeran, karena menurut mereka hal itu hanya
berasal dari cerita yang dituturkan secara turun temurun dikalangan petinggi
dan rakyat Sumedang. Bahkan hingga saat ini cerita tersebut masih diperdebatkan.
Terlepas
dari benar atau tidaknya peristiwa Cadas Pangeran ini, kita patut mencontoh
semangat perlawanan rakyat Sumedang yang tercermin dalam kisah Cadas Pangeran.
Keberanian Pangeran Kornel sebagai representasi pemimpin, yang berani menentang
kebijakan kolonial seharusnya menjadi contoh bagi Bupati dan para pemimpin
sekarang ini, untuk lebih berpihak pada kepentingan rakyat banyak.