Thursday, 20 February 2020

Cerita Manhattan New York ditukar Pulau Run Maluku Karena Pala


Mungkin banyak diantara rekan-rekan yang belum pernah melihat pohon dan buah pala, termasuk saya. Walaupun sering pergi ke Maluku, saya juga tidak memperhatikan pohon yang dulu sempat membuat Belanda harus menukar Manhattan New York dengan Pulau Run di Banda Naera Maluku yang berukuran panjang 3,2 kilometer dan lebar 0,8 kilometer yang saat itu dikuasai Inggris karena termasuk daerah penghasil Pala.

Pala menjadi komoditas yang sangat berharga di Eropa kala itu. Konon harga segenggam pala setara dengan segenggam emas. Rempah menjadi bahan pengawet makanan, obat-obatan, hingga pemanas tubuh saat musim dingin melanda.

Cerita ini saya dapat dari seorang kawan ketika berada di lokasi pembibitan pala di kota Manado. Transaksi pertukaran tersebut bermula ketika Belanda berhasil mengalahkan Inggris di hampir seluruh Kepulauan Banda pada tahun 1621.

Namun tidak semua wilayah Kepulauan Banda berhasil dikuasai, Kerajaan Inggris masih memiliki Pulau Run.

Agar bisa memonopoli perdagangan pala, Belanda melakukan negosiasi untuk menukar Pulau Run dengan daerah jajahannya di pantai timur Benua Amerika, yaitu Manhattan.

Melalui Perjanjian Breda yang ditandatangani pada tanggal 31 Juli 1667, Inggris setuju dengan tawaran itu dan pulau yang dalam Bahasa Indian disebut dengan Manhattan tersebut resmi berpindah kepemilikan.

Dan selang 3,5 abad Manhattan kini berkembang menjadi kota bisnis terbesar di dunia. Sedangkan kehidupan Pulau Run berjalan sangat pelan, sejalan dengan harum buah pala yang tak lagi tercium oleh bangsa asing bahkan bangsanya sendiri.

No comments:

Post a Comment