Saat
melintas di jalan raya Ngawi–Solo Km 19 beberapa hari yang lalu, saya sempatkan
berhenti sejenak di sekitar Monumen Soerjo, hanya untuk sekedar mengambil beberapa
dokumentasi. Kata teman saya, berkantor di Jalan Gubernur Suryo Surabaya tidak
tau cerita meninggalnya Gubernur Suryo itu sesuatu....hehe...Saya pikir benar
juga, dan ternyata memang benar Gubernur pertama Jawa Timur tersebut
menghembuskan nafas terakhirnya ya di tempat ini.
Penasaran....? begini ceritanya, Pada
bulan November 1948, Presiden Soekarno memanggil Gubernur dari seluruh
Indonesia untuk berkumpul di Yogyakarta (saat itu ibu kota negara masih di
Yogyakarta). Nah, saat perjalanan pulang ke Surabaya, Gubernur Soerjo dicegat
oleh gerombolan PKI di hutan jati desa Sidolaju, kecamatan Kedunggalar,
kabupaten Ngawi.
Di
situ, Gubernur Soerjo di seret keluar mobil dan ditelanjangi, dua perwira polisi
pun juga diperlakukan sama.
Setelah berjalan ke arah utara akhirnya Gubernur Soerjo dibunuh.
Mobil
yang di tumpangi juga di bakar. Mayat Gubernur Soerjo dan dua orang
perwira polisi itu dibiarkan begitu saja, dan pagi harinya ditemukan oleh
seseorang yang sedang mencari kayu bakar.
Patung
Gubernur Soerjo menunjuk ke arah utara, yaitu kearah sebuah prasasti yang
menandakan tempat dibunuhnya Beliau dan dua orang perwira polisi.
Dan
berikut adalah penggalan kata-kata yang terukir di bawah Monumen Suryo yang
saya tulis ulang. Kata –kata yang menyerukan kita sebagai generasi muda untuk
tetap setia kepada Pancasila & UUD 1945.
Akhir
Jalan
Andai
kami hari ini masih hidup
Kami
gemakan irama juang
Tapi
kini kami telah tiada
Akibat
keganasan pemberontakan PKI
Di
bulan September 1948
Ucapkan
nama kami penuh ingat
Tangisi
kami penuh bahagia
Biarkan
tempat ini jadi sunyi
Kami
menjaganya
Teruskan
jalan kami, jalan Pancasila & UUD 45
Kami
hanya sampai disini
Ngawi
28 oktober 1975
No comments:
Post a Comment