Bersama
beberapa kawan anggota Tim Wiyak Bumi Wiyak Langit, saya berkesempatan
mengunjungi Petilasan Patih Narotama di Komplek Petirtaan Zaman Airlangga Candi
Jolotundo. Di depan bangunan petilasan tersebut terdapat tulisan yang berjudul Ponco
Waliko. Awalnya tulisan tersebut tampak biasa-biasa saja, namun ketika saya
baca berulang-ulang ternyata tulisan tersebut berisi wejangan yang sangat dalam
dan masih relevan dengan kondisi saat ini.
Adapun isi dari “Ponco Waliko” yaitu :
1. Kudu trisno marang sepadaning urip.
2. Ora pareng nerak wewalering negara.
3. Ora pareng milik sing dudu samestine
4. Ora pareng sepata nyepatani.
5. Ora pareng cidro hing ubaya (Janji )
Rerangkenipun;
-Ora butuh rewang, ora butuh musuh
-Ora butuh rewang, ora butuh musuh
-Butuhe mung kabecikan.
Kalau di terjemahkan secara dangkal ke dalam
bahasa Indonesia kira-kira adalah:
1. Harus mencintai sesama makhluk hidup (khususnya manusia)
2. Tidak boleh melanggar tatanan negara yang sudah disepakati
3. Tidak boleh mengambil sesuatu yang bukan haknya
4. Tidak boleh saling mendoakan jelek antar sesama
5. Tidak boleh ingkar janji
Hubungannya adalah:
-Tidak membutuhkan bantuan (bisa mandiri), tidak butuh musuh
-yang dibutuhkan adalah kebaikan.
Dari
kelima kalimat yang terdapat di Ponco Waliko tersebut sepertinya penggagas
wejangan sangat ingin mengatakan bahwa kesederhanaan pemikiran dan perenungan
terhadap alam semesta ini akan menciptakan kejujuran filosofi yang justru
sangat hakiki, yaitu patuh kepada hakikat kemanusiaan yang memang sangat
sederhana, bahwa manusia tidak mempunyai hak untuk menciptakan ‘gagasan’
kebenaran, karena itu mutlak kepunyaan Tuhan, dan sudah ditanamkan di jiwa
manusia jauh sebelum manusia dilahirkan.
Ketika
manusia mampu berlaku jujur, kejahatan dan angkara murka menjadi tidak
menakutkan, karena kebenaran adalah sebuah kejujuran.
Demikian
sekelumit pelajaran yang bisa di petik dari kunjungan ke Petilasan Patih
Narotama.
Maburo koyok manuk kuntul
ReplyDelete