Sunday, 16 April 2017

Melihat Ruang Tahanan Pangeran Diponegoro di Benteng Fort Rotterdam Makassar



Sudah satu bulan lebih saya tidak menyambangi blog petualangan ini karena berbagai hal teknis yang semestinya tidak harus terjadi, ya.... tapi apapun itu yang jelas tidak menyurutkan semangat saya untuk tetap ber Wiyak Bumi Wiyak Langit.....hehe.... Oke sobat saya mulai tulisan kali ini dengan papan penunjuk arah ruang pada foto disamping saya yang bertuliskan Ruang Tahanan Pangeran Dipenogoro di dalam kompleks Benteng Fort Rotterdam Makassar. Ruang penjara tersebut berdinding melengkung dan amat kokoh. Konon diruang itu disediakan sebuah kamar kosong beserta pelengkap hidup lainnya seperti peralatan shalat, alquran, dan tempat tidur. Banyak kemudian yang meyakini bahwa Pangeran Diponegoro wafat di Makassar, lalu ia dikuburkan disitu juga. Tapi ada pendapat lain mengatakan, mayat Diponegoro tidak ada di Makassar. Begitu ia wafat Belanda memindahkannya ketempat rahasia agar tidak memicu letupan diantara pengikut fanatiknya di Jawa atau di Makassar

Menurut catatan yang ada, Perang Diponegoro berawal ketika pihak Belanda memasang patok di tanah milik Diponegoro di desa Tegalrejo. Saat itu, beliau memang sudah muak dengan kelakuan Belanda yang tidak menghargai adat istiadat setempat dan sangat mengeksploitasi rakyat dengan pembebanan pajak. Sikap Diponegoro yang menentang Belanda secara terbuka, mendapat simpati dan dukungan rakyat. Atas saran Pangeran Mangkubumi, pamannya, Diponegoro menyingkir dari Tegalrejo, dan membuat markas di sebuah goa yang bernama Goa Selarong

Saat itu, Diponegoro menyatakan bahwa perlawanannya terhadap Belanda adalah perang sabil, perlawanan menghadapi kaum kafir. Semangat "perang sabil" yang dikobarkan Diponegoro membawa pengaruh luas hingga ke wilayah Kedu dan Pacitan (Jawa Timur). Salah seorang tokoh agama di Surakarta, Kyai Maja, ikut bergabung dengan pasukan Diponegoro di Goa Selarong.

Selama perang ini kerugian pihak Belanda tidak kurang dari 15.000 tentara dan 20 juta Gulden. Berbagai cara terus diupayakan Belanda untuk menangkap Diponegoro. Bahkan sayembara pun dipergunakan. Hadiah 50.000 Gulden diberikan kepada siapa saja yang bisa menangkap Diponegoro. Sampai akhirnya Diponegoro ditangkap pada 1830. Dan kemudian diasingkan dan dipenjara di Benteng Fort Rotterdam Makassar. 


Sekian tulisan ringan kali ini semoga bermanfaat.